Minggu, 20 Juli 2008

Silsilah Yesus Kristus Seperti Tercantum dalam Lukas 3:23-38

Injil Lukas menitik beratkan pada ke-Manusia-an Kristus. Dalam hal ini Lukas memperkenalkan Yesus sebagai Manusia Sempurna. Dia adalah Allah-Manusia. Dengan jelas Lukas menggunakan jabatan “Anak Manusia” untuk memfokuskan ke-Manusia-an Yesus Kristus sebanyak 26 kali dalam injil Lukas melebihi dari ketiga injil lain (Matius, Markus dan Yohanes). Sehubungan dengan pandangan ini, maka tidak heran silsilah Yesus yang dicantumkan Lukas menunjuk kembali pada manusia yang pertama yaitu Adam (Lukas 3:38).

Sangat perlu diperhatikan perbedaan silsilah Yesus Kritus menurut Matius dan Lukas. Kedua silsilah ini sama-sama menunjuk kembali pada Daud (Mat 1:6-7, Lukas 3:31). Namun demikian, sesudah nama Daud, kedua silsilih ini ada perbedaan. Dalam Matius, garis keturunan itu dilanjutkan melalui Salomo. Sedangkan dalam Lukas dilanjutkan melalui Natan. Kedua nama ini (Salomo dan Natan) adalah anak-anak Daud melalui Batsyeba (2 Sam 5:14, 12:24). Jadi sangat jelas bahwa silsilah menurut Matius adalah silsilah menurut Yusuf (Mat 1:16). Kalau memang demikian maka dapat disimpulkan bahwa Lukas menulis menurut silsilah Maria. Hal ini benar karena Yusuf tidak mungkin memiliki dua silsilah keturunan. Dengan kesimpulan yang demikian maka ada pertanyaan yang timbul: Bagaimana kita menjelaskan bahwa Yusuf adalah anak Eli dalam Lukas 3:23? Sebenarnya tidak ada masalah dalam melihat Yusuf anak Eli. Kita dapat menjelaskan situasi ini sebagai berikut: Ayah kandung Yusuf adalah Yakub (Mat 1:16). Dan Eli adalah ayah Maria dan juga ayah mertua Yusuf. Lukas dalam hal ini sangat berhati-hati dalam penulisannya karena dia tidak mengatakan bahwa Eli “memperanakkan” [begat] Yusuf (ref. Mat 1:16). Lukas dalam silsilah ini menuliskannya dengan memakai “anak.” Kata “Anak” di sini dapat diartikan sebagai “anak menantu.” Hal ini didukung oleh buku Tafsiran Agama Yahudi yang dikenal dengan “Talmud” yang menyatakan bahwa Maria adalah “anak perempuan Eli” (Haghigha: 77:4).

Silsilah Yesus Kristus Seperti Tercantum dalam Matius 1:1-17

Injil Matius ditulis dengan pikiran utama adalah orang Yahudi. Hal ini terjadi karena tujuan utama Matius ingin membuktikan bahwa Yesus Kristus adalah benar-benar Mesias yang dijanjikan Allah. Jadi satu cara untuk membuktikannya adalah dengan menyusut silsilah Yesus. Silsilah yang titulis oleh Matius menunjukkan bahwa Yesus datang dari garis keturunan Abraham dan Daud sebagai penggenapan Perjanjian Allah kepada Abraham dan Daud (the Abrahamic dan Davidic covenants). Maka untuk mempermudah ingatan, Matius memperkenalkan silsilah tersebut dengan pembagian tiga periode yang tiap periode terdiri dari 14 keturunan (generation). (1) Periode Patriakh: yaitu mulai dari Abraham hingga Daud, (2) Periode Monarkh: yaitu mulai dari Salomo hingga pembuangan orang Israel ke Babilon, dan (3) Periode Setelah Pembuangan: yaitu mulai dari pembebasan oleh Persia hingga Yusuf. Matius menyusut garis keturuan Yesus Kristus melalui Yusuf kembali pada Daud dan Abraham.

Silsilah Kristus yang ditulis Matius memberitahukan bahwa Yesus adalah anak Abraham, dan Daud. Hal ini sangat berarti karena inilah yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama bahwa Mesias harus dari keturunan Abraham (Kej 13:15 ref, Gal 3:16, Yoh 8:56) dan Daud (2 Samuel 7:12-13).

Hal yang sangat perlu kita perhatikan dalam silsilah Yesus Kristus adalah tercantumnya nama dua orang perempuan (Mat 1:5). Munurut kebiasaannya hanya laki-laki yang lanyak dimasukkan dalam silsilah tetapi kita menemukan nama dua perempuan yaitu Rahab (Yos 2) dan Rut (Rut 1-4). Yang lebih penting lagi adalah bahwa mereka ini bukan orang Yahudi. Rahab adalah pelacur dari Yerikho dan Rut adalah perembuan Moab. Kenapa diberikan kehormatan yang demikan kepada mereka? Bukankah hal ini memberikan pengajaran yang sangat penting bahwa kemurahan Allah diberikan bukan hanya pada orang Yahudi tetapi juga bagi bangsa lain [Gentiles] (Gal 3:28-29)? Karena kasih karunia Allah melalui iman, Rahab diselamatkan dan kemudian menikah dengan Salmon cucu dari Yehuda. Hasil pernikah mereka, maka lahirlah Boas yang menikah dengan Rut, perempuan Moab itu, yang kemudian melahirkan Obed, ayah dari Isai dan Isai memperanakkan Daud, raja Israel. Kita bersyukur pada Allah karena Dia tidak mengganggap kita orang-orang yang di luar Israel sebagai orang asing tetapi memberikan kasih karuniaNya.

Sebelum kita melanjutkannya, ada masalah penting yang harus kita selesaikan. Allah telah berjanji bahwa Mesias akan datang dari keturunan Daud dan akan duduk pada takhtanya (2 Sam 7:12, Yes 9:7). Tetapi dalam Yeremiah 36:30 (ref. Yer 22:30), Allah memberikan kutuk pada Yoyakim: “Ia tidak akan mempunyai keturunan yang akan duduk di atas takhta Daud.” Kita membaca dalam Matius 1:11 bahwa Yusuf adalah dari garis keturunan Konya, anak Yoyakim (Yer 22:24), raja yang terkutuk itu. Pertanyaannya adalah “Bagaimanakah Yesus tergolong dalam silsilah Yusuf, namun tidak bertentangan dengan kutukan Allah yang diberikan kepada Yoyakim? Jawabannya terletak pada mujizat kelahiran Yesus Kristus dari anak Dara Maria. Allah tidak menentang kutuk yang diberikanNya pada Yoyakim karena Yesus tidak dilahirkan dari Yusuf tetapi dari Maria. Silsilah yang ditulis Matius adalah garis keturunan menurut Yusuf, sementara apa yang ditulis oleh Lukas adalah menurut Maria. Jadi Allah tetap memegang firmanNya untuk kedua catatan tersebut (1) Janji kepada Daud sudah digenapi karena Yesus lahir dari Anak Daud dalam silsilah Maria yang diusut kembali kepada Natan; (2) dalam waktu yang sama kutuk yang diberikan pada Yoyakim tetap sebagaimana adanya karena Yesus bukan dan tidak menjadi keturunan Konya secara jasmaniah karena mujizat kelahiranNya.

Silsilah Yesus Kristus

Ada apa dengan Silsilah? Silsilah bermanfaat untuk menyusut asal leluhur seseorang. Hal ini sangat penting bagi keturunan Yahudi untuk dapat mengetahui dan menyusut silsilahnya. Hal ini disebabkan, karena bagi orang Yahudi, silsilah berperan sebagai Kartu Identitas. Orang-orang Israel membuktikan suku-suku mereka dengan silsilahnya (ref. Filipi 3:5). Dalam hal ini jelas terlihat bahwa Yesus menyatakan diriNya sebagai Anak Daud. Apa yang merupakan buktinya? Buktinya ada dalam silsilahNya. Maka tidak heran bahwa Matius menuliskan injilnya pada orang-orang Yahudi dimulai dengan mencoba membuktikan bahwa Yesus sesungguhnya Anak Abraham dan Anak Daud.

Prolog Injil dalam Lukas 1:1-4

Masa hidup Yesus di dunia tidak hidup dalam pengasingan. Dia juga tidak tinggal di padang gurun atau gunung tinggi, tetapi membagikan hikmat surgawi pada orang-orang yang mengambil jalan sempit untuk datang kepadaNya. Tuhan Yesus selalu bergabung dengan orang banyak. Dia berjalan, makan bersama mereka, mendengarkan mereka dan berbicara pada mereka, dan tinggal bersama mereka. Setiap pergerakan dan tindakanNya diamati oleh sekelompok orang yaitu 12 orang yang Dia pilih menjadi murid-muridNya yang menjadi saksi mata segala sesuatu yang telah terjadi. Dengan hidup dekat bersama mereka, Yesus membuktikan bahwa Dia benar-benar manusia. Mereka melihat Dia lapar, haus dan letih. Dia tidak berbeda dengan mereka terkecuali pada hal ini bahwa Dia tidak berdosa.

Murid-murid yang mengikutiNya menjadi “Pelayan-pelayan Firman (logos).” Rasul-rasul Kristus ini tidak memiliki keraguan mengajarkan kehidupan Kristus kepada semua orang percaya. Lukas sendiri dipimpin oleh Roh Kudus untuk menuliskan catatan kehidupan Yesus Kristus.

Hal yang menarik adalah bahwa Lukas menunjuk pada Kristus sebagai Firman atau Logos (yang sebenarnya hal ini adalah tipe tulisan Yohanes). Dengan demikian, Lukas juga memberitahukan pada pembacanya bahwa dia memberitakan Kristus yang sama, yaitu Kristus yang diberitakan Yohanes. Logos yang diberitakan Lukas sama dengan Logos yang diberitakan Yohanes. Namun demikian, meskipun kedua penulis memberitakan orang yang sama yaitu Yesus, mereka melihat Yesus dari sudut pandang mereka yang berbeda. Yohanes misalnya menekankan ke-Tuhanan Kristus, sementara Lukas menekankan ke-Manusiaan Kristus. Lukas lebih memilih memanggil Yesus “Anak manusia” sebanyak 26 kali, tetapi Yohanes di sisi lain adalah satu-satunya yang mencatat pernyataan mutlak Yesus yaitu “Aku Adalah” sebanyak 7 kali (Kel 3:14, Yoh 8:58 ref. 6:35, 9:5, 10:7, 9, 11, 14, 11:25, 14:6, 15:1, 5). Hal ini juga menunjukkan hal yang menarik sebab angka tujuh dalam catatan Alkitab adalah angka ilahi. Dengan kata lain, ini memberitahukan bahwa Yesus adalah Jehovah, Dia adalah Allah.

Meskipun Lukas dan Yohanes memiliki penekanan yang berbeda pada sifat alami Kristus, keduanya menyadari bahwa Yesus adalah Allah dan Manusia. Lukas dengan yakin mengatakan Amin pada Yohanes ketika dia menulis “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup – itulah yang kami tuliskan kepada kamu. Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami. Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus” (1 Yoh 1:1-3).

Sabtu, 19 Juli 2008

Firman itu adalah Allah

“Firman itu adalah Allah.” Pernyataan ini memproklamirkan bahwa Yesus adalah Allah sendiri. Yesus adalah Ilahi (Deity). Dalam Alkitab SAKSI JEHOVAH yang dikenal dengan “Alkitab Terjemahan Dunia Baru” [The New World Translation] secara mutlak salah menterjemahkan ayat “Firman itu adalah satu allah” [The Word was a god.” Pandangan yang salah Saksi Jehovah ini menjadikan Yesus sebagai allah yang lebih kecil dan bukan 100% Allah seperti JEHOVAH (Allah Bapa) adanya tetapi hanya 50% allah, telah menghancurkan teks Alkitab. Kelompok ini memberikan argumentasi bahwa kata Yunani Qeo" (theos) yang berarti “Allah” dalam ayat ini harus diartikan “satu allah” [a god] karena dalam dalam teks aslinya (Yunani) tidak terdapat kata sandang tertentu (definite article) yaitu “the” dalam bahasa Inggris. Dalam hal ini pengetahuan yang sedikit akan bahasa Yunani sangat berbahanya. Suatu kata benda Yunani tidak membutuhkan kata sandang tertentu (definite article) untuk menjadikannya kata benda Yunani yang tidak memiliki kata sandang [A Greek noun does not require a definite article to make it definite]. Khususnya hal ini terjadi dalam Predikat Nominatif yang mendahului kata kerja “to be” (eijmi dalam bahasa Yunani). Rumus ini sesuai dengan “Aturan Cowell” [Cowell’s Rule].

Jadi keilahian Yesus sangat jelas diuraikan dalam ayat seperti dibawah ini. (1) Dalam Yoh 10:30, Yesus berkata “Aku dan Bapa adalah satu.” Melalui perkataan ini Yesus bermaksud bahwa Dia adalah Allah sendiri (ref. Ayat 33). (2) Filipi 2:5-7 berkata, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, manaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun menunjuk pada essence dalam rupa Allah itu, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa (morfhv) seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia.” “Dalam rupa Allah” berarti “Dalam kesamaan dengan Allah” (lihat Alva J. McClain, “The doktrin of he Kenosis in Philippians 2:5-8,” The Bibilical Review 13 [1928]: 206-27; reprinted in The Master’s Seminary Journal 9 [1998]: 85-96). Dan (3) Colose 2:9 menyatakan, “Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan.” Yesus adalah 100% Allah sebelum Dia menjadi manusia. Dan ketika Dia menjadi 100% manusia, Dia tidak berkurang dari 100% Allah. Dia adalah 100% Allah-Manusia – Theanthropos – selama-lamanya (ref. Ibrani 7:24).

Firman Itu Bersama-Sama Dengan Allah

“Firman itu bersama-sama dengan Allah.” Dalam hal ini firman atau logos dibedakan dari Allah. Perlu diketahui perbedaan ini tidak berhubungan dengan inti keilahian [essence] karena Yesus sama dalam keilahian dengan Allah. Tetapi perbedaan di sini berhubungan dengan pribadi. Firman atau logos memiliki pribadi sendiri. Dia bersama-sama dengan (with) Allah dalam arti bahwa Dia “berada dihadapan” [in the presence] atau “dalam menemani” [in the company] Allah (BAGD, 711, eg, Mat 13:56, Markus 6:3, Lukas 9:41, 1 Tes 3:4).

Siapakah Allah yang bersama-sama dengan Yesus ini? Dia adalah Allah Bapa. Yohanes menjelaskan bahwa Yesus adalah “Anak Tunggal Allah Bapa” (Yohanes 1:14,18, 3:16). Sejak pada mulanya Kristus bersama-sama dengan Allah Bapa, Dia sudah dibedakan dari Allah Bapa. Dengan kata lain Kristus bukanlah Allah Bapa. [Doktrin ini berbeda dengan apa yang diajarkan oleh Sabellianisme yang mengajarkan ajaran sesat yang berkata “Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus semuanya satu dan dalam satu pribadi tetapi menunjukkan diri dalam tiga bentuk].

Pada Mulanya Adalah Firman

“Pada mulanya adalah Firman.” Frase “Pada mulanya” mengingatkan kita pada Kejadian 1:1. Kemungkinan Yohanes di sini mencoba menjelaskan pada pambacanya bahwa cerita Kristus yang ia ingin sampaikan tidak memiliki titik awal pada Yohanes 1:1, tetapi dalam Kejadian 1:1. Dengan kata lain, seseorang yang ingin mengetahui Kristus, dia harus mengetahui Perjanjian Lama yang dimulai dari buku pertamanya. Kristus sudah ada di sana ketika dituliskan “pada mulanya.” Dia adalah Pencipta: Seperti Yohanes katakan “Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan” (Yoh 1:3).

Perlu ditekankan bahwa Yohanes tidak bermaksud mengatakan bahwa permulaan Yesus bermula pada Kejadian 1:1. Frase dalam Yoh 1:1 “Firman itu [adalah] bersama-sama dengan Allah” atau “Firman itu adalah Allah” perlu dipelajari lebih dalam. Kata “adalah” dalam bahasa Inggris adalah “was” yang berarti kata yang berbentuk lampau. Kata ini dalam bahasa Yunani memiliki tensis sebagai “imperfect tense dari kata eijmi.” Secara tidak langsung memberikan arti “ketidak terbatasan waktu” (Homer A Ken Jr, Light in the Darkness: Studies in the Gospel of John [Grand Rapids: Baker Book House, 1974], 26). Yesus sudah ada sebelum Kej 1:1. Seperti Rev Dr Timothy Tow berkata, “Yesus memiliki permulaan dari yang tidak ada awal.”

Firman Itu Telah Menjadi Manusia

“Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita” (Yoh 1:14). Philo, seorang filsuf Yahudi dari Alexandria berbicara tentang logos dalam istilah yang sangat abstrak seperti “kata” (word) atau “alasan” (reason). Hal ini disampaikan dalam istilah “fungsi” atau “pernyataan” yang ilahi yang olehnya dunia diciptakan. Filsuf dari Cina memberikan pengertian tentang logos sebagai Laotse yang diartikan sebagai “Tao” atau “Alasan” (reason), atau “kebenaran akhir” (ultimate truth) yang menggerakkan dunia ini. Semau filsuf ini memberikan penjelasan yang luas mengenai arti logos, tetapi mereka tidak akan pernah memberitahukan Siapa itu Logos. Dalam segala hikmat manusia, mereka sesungguhnya telah kehilangan kemuliaan Allah, karena mereka gagal mengidentifikasi siapa logos itu. Mereka tidak pernah mengartikan bahwa logos itu adalah seorang Pribadi. Mereka selalu berpikir bahwa logos itu adalah suatu ide. Rasul Yohanes – seorang filsuf teologia – atas inspirasi ilahi, menyatakan bahwa Logos adalah Kristus yang menjelma. Doktrin ini sangat unik. Machen dengan benar berkata, “pemikiran tentang inkarnasi logos, secara mutlak tidak memiliki persamaan yang paralel dalam pikiran filsafat sekarang ini” (The New Testament, 222).

Jumat, 18 Juli 2008

Kehidupan Kristus dari Yohanes 1:1-14 dan Ibrani 1:3

Dalam perikop ini Yesus diperkenal sebagai Logos atau lebih sering dikenal sebagai “Firman” (Yoh 1:1). Dia adalah wahyu Allah. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah sebenarnya arti Firman? J. Grasham Machen memberikan jawaban sempurna ketika dia berkata, “Istilah ini menunjukkan bahwa Yesus adalah wujud Allah (revealer of God). Frase “Firman Allah” adalah frase yang umum, yang menunjuk pada berita yang ilahi yang datang melalui firman Allah yaitu Alkitab atau melalui pemberitaan seorang Nabi atau Rasul. Tuhan tidak hanya berbicara dalam bahasa tulisan atau lisan, tetapi Dia juga melalui manusia. Manusia ini adalah Kristus Yesus sendiri. Ada firman yang tertulis dan ada firman yang inkarnasi. . . . Ibrani 1:1-2 berkata, “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.” Yohanes juga mengatakan, “Tidak seorangpun yang penah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya” (Yoh 1:18). Yesus berkata, “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh 14:9).

Rasul Yohanes memberikan diskripsi yang unik akan nama Yesus. Dia menamakan-Nya “Anak Allah yang Tunggal.” Hal ini jelas menuntut perhatian penting. Pernyataan seperti ini sering Yohanes sampaikan dan dicatat dalam Yoh 1:14, 18; 3:16, 18; dan 1 Yoh 4:9. Dengan pernyataan ini, Yohanes ingin memberitahukan kepada kita bahwa Yesus bukan hanya Anak Allah tetapi Dia juga Anak Tunggal Allah yang Kekal. Doktrin kekekalan Oknum Kedua Tritunggal diajarkan pada abad ke 4 M dalam Pengakuan Iman Athanasius dan Nisea yang menyatakan bahwa Yesus adalah Anak dan Allah, “Anak Tunggal Allah, … sebelum segala zaman.” Pengakuan Iman Westminster (1648) menyatakan hal yang sama, “Dalam kesatuan Allah (Godhead), ada Tiga Oknum yang memilki satu substansi, kuasa dan kekekalan; yaitu Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Allah Bapa tidak bermula, tidak dilahirkan dan tidak juga yang terdahulu. Anak Allah adalah Anak Tunggal Allah yang Kekal, dan Roh Kudus diutus oleh Allah Bapa dan Allah Anak (Pasal II:3).”

Doktrin “Anak Allah yang Kekal” diperhadapkan dengan banyak tantangan yang menentangnya. Sekelompok teolog tidak mempercayai bahwa Yesus Kristus “Anak Allah yang kekal.” Salah satu penafsir dan pengkhotbah yang terkenal tidak percaya akan kekekalan Yesus Kritus sebagai Anak Allah. Dia mengajarkan doktrin yang salah dan berkata, “Tidak ada dalam Alkitab dicatat bahwa Yesus adalah Anak Allah yang kekal. … Dia (Yesus) adalah Allah senantiasa tetapi Dia menjadi Anak. Dia tidak selalu memiliki jabatan sebagai Anak. Jabatan ini adalah jabatan setelah inkarnasiNya menjadi manusia. Secara kekekalan Dia adalah Allah, tetapi hanya sejak inkarnasiNya Dia dipanggil sebagai Anak. … Jabatan Yesus sebagai Anak Allah bermula pada waktu tertentu dan bukan sejak dahulu kala (kekekalan). Hidup Yesus sebagai Anak dimulai sejak Dia ada di dunia ini.” Pernyataan ini adalah pengajaran yang meremehkan Yohanes 3:16 yang berbunyi, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana Allah bisa mengatakan Dia memberikan AnakNya sementara Dia tidak memilki Anak untuk diberikan datang ke dunia ini? Jadi, jika Yesus Kristus tidak dikenal sebagai Anak Allah sejak dahulu kala (kekekalan), maka secara logika, Allah Bapa juga tidak ada sejak dahulu kala. Dan jika tidak ada Allah Bapa yang dahulu kala sebagai Bapa, dan tidak ada juga Allah Anak sejak dahulu kala sebagai Anak, jadi apakah ada Allah Roh Kudus yang ada sejak dahulu kala sebagai Roh? Jika kita mengingkari doktrin “Anak Allah yang kekal” atau masalah kekekalan Oknum dan jabatan Allah (Godhead), kita sebenarnya mengingkari doktrin Tritungal Allah secara keseluruhan.

Puji syukur pada Allah Bapa yang sudah menginsafkan hamba-Nya. Ia pada 1 September 1999 menulis secara tertulis sebagai pengakuan bersalah dan kelirunya akan doktrin “Anak Allah yang kekal” atau yang dikenal dengan RECANTS. Dia menyadari kesilapan dan kekeliruannya dan dengan rendah hati mengakuinya bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah sejak dahulu kala (eternity). Namun demikian, masih ada kelompok tertentu yang menentang doktrin ini walaupun Alkitab mencatat dengan jelas kebenarannya.