Sabtu, 20 Desember 2008

Pelayanan Pembaptisan Kristus (Yohanes 3:22-24)

Di sini, kita menemukan Yesus juga melakukan pekerjaan baptisan. Yohanes 4:2 menjelaskan bahwa Yesus tidak secara pribadi membaptis tetapi memberikan tugas tersebut pada murid-murid-Nya. Baptisan Kristus ini mungkin menandakan pergantian dari baptisan Yohanes menjadi baptisan Kristen. Adalah fakta bahwa Yesus tidak membaptis tetapi memberikan tugas tersebut pada murid-murid-Nya, hal ini menyatakan bahwa Dia lebih besar dari Yohanes pembaptis. Dengan kata lain, Yohanes pembatis merupakan murid Yesus Kristus sama halnya dengan murid-murid Yesus lainnya yang membaptis di bawah pengawasanNya. Dengan membaptis mereka yang datang pada Yesus, Dia menunjukkan bahwa baptisan air sangat penting. Namun demikian perlu dicatat bahwa baptisan air sangat penting untuk membuktikan ketaatan seorang percaya tetapi bukan untuk keselamatan. Baptisan tidak menyelamatkan. Air tidak memiliki kuasa khusus. Air melambangkan kuasa penyucian Firman Allah (Yoh 15:3) dan Darah Kristus (1 Yoh 1:7). Kuasa ada dalam Firman dan Darah Kristus. Baptisan Air merupakan sarana dari luar yang menunjukkan hal yang telah mengambil tempat internal yaitu pembaharuan, pembenaran, pengudusan, dll. Hal ini merupakan tanda dari luar akan kasih karunia Allah yang telah dialamai di dalam diri seseorang.

Ada kelompok baptis (kelompok gereja Baptis) yang memakai ayat ini sebagai salah satu bukti teks untuk membuktikan pola selam merupkan satu-satunya baptisan air benar. Dalam Yohanes 3:23, dinyatakan bahwa Yohanes membaptis di Ainon, “Sebab di situ banyak air.” Maka mereka menyimpulkan bahwa baptisan tersebut pasti dengan baptisan selam karena Yohanes melayani di suatu tempat di mana ditemukan banyak air. Meskipun ada kemungkinan Yohanes melakukan baptisan selam dalam pelayanan baptisan, namun pernyataan “banyak air” tidaklah kesimpulan yang mutlak. “Ada banyak air,” tetapi apakah hal ini harus diartikan bahwa Yohanes memakai air tersebut sebagai tempat selam? Buswell berkomentar, “Penekanan khusus terkadang ditempatkan pada frase “banyak air” seperti terjadi dalam Yohanes 3:23, … Kenyataannya adalah, kata yang diterjemahkan “banyak air” secara harfiah berarti “beberapa air (many waters).” Dalam area geografi seperti Ainon, ada banyak sumber-sumber air, tetapi tidak ada sungai atau kolam air yang cukup untuk dipakai sebagai tempat selam. Yohanes dan murid-muridnya dapat membaptis banyak orang pada sumber air yang berbeda-beda, tetapi selam tidak termasuk” (Theology, 2:247). John Calvin dengan hikmat berkata, “Dari kata-kata ini, kita boleh menyimpulkan bahwa Yohanes dan Kristus bisa saja melaksanakan baptisan dengan menyelamkan seluruh tubuh ke dalam air yang disediakan. Itu sesuai dengan kebenaran rohani dan dengan pernyataan Allah; meskipun kita tidak seharusnya memberikan diri kita pada upacara pelaksanaan yang nampak (outward rite)” (John, 111). Jadi haruskah kita menggunakan air yang banyak atau air yang sedikit dalam baptisan? Dr John Sung menjawab, “Iman yang banyak menggunkan sedikit air, iman yang sedikit menggunakan banyak air.” Rev Dr. Timothy Tow, dalam semangat Calvin mengatakan “Air banyak atau sedikit, Injil adalah yang terbaik.”

Hal yang sama diaplikasikan pada baptisan Yesus. Dalam Markus 1:10 Yesus dijelaskan, “keluar dari air” [coming up out of the water]. Jadi kelompok baptis berargumentasi bahwa Yesus pasti diselam karena cara Dia keluar dari air. Mereka mengatakan bahwa Yesus pasti diselamkan sebelum Dia keluar dari air. Meskipun hal ini memiliki skenerio yang mungkin tentang apa yang terjadi, tetapi sekali lagi, hal ini bukanlah mutlak. Buswell menyarankan skenerio yang lain, “Sering didebatkan bahwa dalam penguraian-penguraian Perjanjian Baru tentang baptisan, ada kesempatan tertentu di mana “turun ke dalam air” dan “keluar dari air” dipakai. Hal ini benar, tetapi dalam kejadian tertentu tindakan baptisan merupakan suatu tindakan yang berbeda setelah turun ke dalam air dan sebelum keluar dari air. Tidak pernah diartikan bahwa tindakan baptisan itu sendiri diuraikan sebagai turun ke dan keluar dari air.

“Dalam situasi air di tempat terbuka, di sungai atau danau, seseorang sangat susah untuk mencuci tangan pada pinggiran sungai tanpa melangkahkan kaki ke dalam air tersebut. Di daerah yang orang-orang mengenakan sandal, umumnya tindakan yang dilakukan adalah melangkah masuk ke dalam air untuk mendapatkan baptisan dan kemudian melangkah keluar dari air setelah baptisan dilakukan. Dalam baptisan Yesus, tidak diberitahukan juga bahwa Yesus melangkah masuk ke dalam air. Matius mengatakan bahwa, “Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air” (Matius 3:16). Markus mengatakan bahwa Yesus “dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes. Pada saat itu Ia keluar dari air, Ia melihat….” (Markus 1:9-10). Lukas dan Yohanes tidak memberitahukan keluar dari air. Jadi jelas, “baptisan” dan “keluar dari air” merupakan dua kegiatan yang berbeda dan terpisah. Turun ke dalam air adalah tindakan yang pertama dan keluar dari air adalah yang keuda.

“Arus air sungai Yordan kadang-kadang sangat kuat. Teman-teman kami mencoba untuk diselamkan di sungai Yordan di tempat di mana Yohanes membaptis, memberikan laporan bahwa mereka dalam keadaan bahaya karena air yang begitu kuat. Dalam segala kemungkinannya, seseorang yang dibaptis Yohanes, hanya melangkah ke pinggiran sungai; jadi Yohanes mengambil air dengan tangannya, atau mengambil air dengan alat tertentu; dan Yohanes membaptis dengan percikan atau menumpahkan air ke atas kepala dan kemudian orang yang dibaptis tersebut keluar dari air” (Theology, 2:247).

Adalah sesuatu yang keliru jika ayat-ayat diatas dipergunakan sebagai teks kunci untuk menentukan apakah pola baptisan Alkitabiah; percikan atau selam karena yang sebenarnya ayat-ayat itu lebih menjelaskan apa yang telah terjadi (descriptive), daripada memerintahkan apa yang harus dilakukan (prescriptive). Sebagai Alkitab Presbyterian, kita lebih condong pada percikan berdasarkan konsep penyucian Alkitabiah (ref. Kisah 2:38, Ibrani 10:22). Namun dalam hal ini juga, kita tidak memiliki masalah dengan teman-teman Baptis yang melakukan selam. Selagi air dipergunakan dalam baptisan, banyaknya air yang dipergunakan bukanlah suatu pertentangan di antara orang-orang percaya. Penjelasan yang lebih sempurna pada pola baptisan diberikan dalam buku tulisan Buswell Theology 2:241-66.

Yesus Mengajar Nikodemus tentang Kelahiran Kembali (Yohanes 2:23-3:21)

Sebelum seseorang dapat masuk ke dalam kerajaan Allah, ia harus “dilahirkan kambali.” Nikodemus salah mengartikan arti lahir kembali. Ia mengira bahwa menjadi lahir baru artinya masuk kembali ke dalam kandungan ibunyaa dan dilahirkan kembali secara jasmani untuk kedua kalinya. Sebagai seorang Farisi – seorang Doktor Teologi – Nikodemus sudah seharusnya tahu apa yang Yesus maksudkan ketika Dia berkata, “Kamu harus dilahirkan kembali.” Konsep “dilahirkan kembali” bukanlah sesuatu yang baru. Umur konsep ini sama dengan umur Perjanjian Lama. Kata “kembali” dalam kalimat tersebut dapat juga diterjemahkan sebagai “dari atas” (lihat Yoh 3:31; 19:11, 23). Menjadi penduduk kerajaan Allah, seseorang harus dilahirkan dari sorga, yaitu dilahirkan secara rohani. Yesus menjelaskan, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah” (Yoh 3:5). Frase “dari air dan Roh” harus diartikan secara menyeluruh; yang satu menjelaskan yang lain. Air menunjuk pada pembaharuan air Roh Kudus yang menyucikan hati dari dosa. Titus 3:5 memberikan penjelasan, “Bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus.”

Sebagai seorang Farisi, Nikodemus selalu berpikir bahwa keselamatan datang dengan cara memelihara hukum Taurat dan melakukan perbuatan baik. Namun apa yang diketahui oleh Nikodemus tentang keselamatan bertentangan dengan apa yang diajarkan dalam firman Allah. Seseorang yang telah diselamatkan didiami oleh Roh Kudus. Roh kudus diam di dalam diri setiap orang percaya sejak ia pertama sekali mengakui Yesus Kritus sebagai Tuhan dan juruselamatnya. Inilah pekerjaan Allah dalam diri orang percaya. “Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. … Kamu harus dilahirkan kembali. … lahir dari Roh” (Yoh 3:6-8).

Rasul Paulus memberikan eksposisi yang jelas tentang apa artinya dilahirkan dari Roh. Ia berkata, “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut. Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh. Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah. Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus. Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran. Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu. Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging. Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup. Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!” Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah” (Roma 8:1-16).

Dalam bagian firman Tuhan yang lain Paulus juga memberikan kesimpulan ini, “iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus” (Roma 10:17) dan Yesus memberitakan Kabar Baik Keselamatan pada Nikodemus. Yesus berkata, “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:14). Yesus secara tidak langsung menunjuk pada kematian-Nya di kayu salib. Pada kayu salib yang kejam itu, Yesus dijadikan sebagai kutuk bagi kita. Dia adalah pengganti kita, dan menanggung penghukuman atas dosa-dosa kita. Dia mengambil tempat kita dan melakukan segala sesuatu yang perlu dilakukan untuk menebus kita. Sekarang hanya tinggal masalah percaya, jika kita ingin diselamatkan kita harus percaya pada Yesus.

Sebelum kita lanjutkan, tafsiran hyper-Calvinisme pada Yoh 3:16 harus diperbaiki. Hyper-Calvinis seperti John Gill dan John Owen percaya bahwa “dunia” dalam Yoh 3:16 hanya berarti “dunia orang yang dipilih.” Bagi mereka, “dunia” tidak berarti semua manusia di bumi ini dimasa lampau, sekarang dan yang akan datang. Mereka menolak bahwa Allah dengan cuma-cuma dan sungguh-sungguh menawarkan Injil pada semua orang tanpa ada pengecualian. Penjelasan Yohanes Calvin sendiri akan menyelesaikan perdebatan tentang pengertian Calvinis yang benar tentang istilah “dunia” (kosmos) dalam Yohanes 3:16. Calvin memberikan komentar, “Hal yang sangat menonjol dan jelas mengenai iman adalah bahwa iman menyelamatkan kita dari penghakiman yang kekal. Karena Dia khusus ingin mengatakan bahwa meskipun kita nampaknya telah dilahirkan untuk mati, tetapi jaminan penyelamatan ditawarkan pada kita oleh iman dalam Kristus supaya kita tidak perlu takut akan kematian yang menakutkan. Dan Dia memakai istilah umum, untuk mengundang semua orang dalam kehidpuan tanpa diskriminasi dan memutuskan segala alasan dari orang-orang tidak percaya. Hal seperti ini sangat penting dalam istilah “dunia” yang Dia sudah pergunakan sebelumnya. Meskipun tidak ada di dunia yang pantas menerima kemurahan Allah, namun demikian Allah menunjukkan kemurahanNya pada semua dunia ketika Dia memanggil semua orang tanpa kecuali untuk percaya pada Kristus, yang sesungguhnya menjadi kunci mendapatkan hidup yang kekal” (The Gospel According to St. John 1-10, trans T H L Parker [Grand Rapids: Wm B Eerdmans, 1993 reprint], 74). Yohanes Calvin dengan jelas percaya pada penawaran yang Cuma-Cuma akan Injil pada setiap orang dalam dunia yang dipilih atau tidak dipilih (world elect or non-elect).

Selasa, 16 Desember 2008

Paskah Pertama dan Yesus Menyucikan Bait Allah yang Pertama Kali (Yohanes 2:13-22)

Paskah merupakan perayaan agama nasional orang Yahudi. Ini merupakan perayaan yang ditetapkan Allah dan memerintahkan orang Israel untuk mengingat masa Keluaran dari Mesir dengan merayakan Paskah satu kali dalam setahun (Kel 12). Perayaan Paskah dirayakan pada hari ke-14 bulan Nisan. Setiap laki-laki orang Yahudi yang berumur 12 tahun ke atas harus ikut berpartisipasi dalam perayaan peringatan ini di Yerusalem. Kita juga melihat bagaimana Yesus ikut berpartisipasi dalam perayaan Paskah sejak umur 12 tahun. Dia tidak pernah gagal memeliharanya termasuk pada masa pelayananNya – masa yang paling sibuk dalam hidupNya. Hal ini dilakukan untuk menggenapi segala sesuatu dalam kebenaran – yaitu memelihara setiap aspek seremonial atau upacara hukum Taurat bagi keselamatan kita.

Bait Allah di Yerusalem pada dasarnya dimaksudkan sebagai tempat menyembah Allah, namun hal ini telah berubah menjadi pasar. Para imam-imam yang menyeleweng telah mengubah Bait Allah menjadi tempat belanja. Seperti Yesus katakan bahwa mereka telah mengubah rumah BapaNya menjadi tempat business. Para imam dan pebisnis bekerja bersama-sama secara rahasia. Para imam hanya menerima binatang (domba, lembu, dll) untuk dipersembahkan di Bait Allah jikalau binatang itu dibeli disekitar Bait Allah. Tetapi hukum Perjanjian Lama memberikan izin pada orang Yahudi yang miskin mempersembahkan sepasang burung merpati (Imamat 12:8 ref. Lukas 2:24) untuk menggantikan domba atau lembu jantan yang sepatutnya, yang bisa digolongkan sebagai benda mahal. Tetapi, daripada menjual burung merpati seperti ini dengan murah, mereka menaikkan harganya menjadi sangat mahal. Para penyembah juga dimanfaatkan oleh para penukar uang. Para imam juga hanya menerima mata uang Yahudi. Mata uang lain tidak bisa dipergunakan. Oleh karena itu, para imam memberikan izin pada penukar uang tertentu untuk menukarkan mata uang asing dengan mata uang yang diterima di Bait Allah. Ongkos yang tinggi dikenakan pada setiap transaksi. Semua para pedagang dan penukar uang ini harus memberikan komisi kepada para imam.

Kita bisa membayangkan keributan dan kesibukan yang terjadi di Bait Allah. Halaman Bait Allah pasti sudah menjadi sangat kotor dengan kotoran binatang-binatang. Proses tawar menawar antara penjual dan pembeli telah membuat Bait Allah tidak layak sebagai tempat beribadah. Menurut Alfred Edersheim, “Semua kegiatan, penukaran uang, penjual merpati dan pasar domba dan lembu pada hakekatnya dan lingkungannya merupakan suatu kekejian” (The Life and Times of Jesus the Messiah [Grand Rapids: Wm B Eerdmans, 1971], Bagaimana Yesus tidak bertindak sesuatu melihat keadaan sedemikian?

Kemarahan kudus Yesus, Anak Tunggal Allah memiliki hak mutlak untuk menyucikan Rumah BapaNya dari segala kekotoran yang menguasai RumahNya. Dia mengambil satu cambuk yang Ia temukan di Bait Allah dan mengusir keluar semua para pedagang yang jahat termasuk semua binatang-binatang yang ada di Bait Allah. Yesus menghamburkan uang para penukar uang dan memutar balikkan meja penukar uang. Apa yang Yesus ajarkan di sini.

Dalam menyucikan Bait Allah dengan semangat besar, Yesus menggenapi nubuat mesianik Mazmur 69:11. Apa yang dilakukan Yesus dalam Bait Allah telah diramalkan dalam Maleakhi 3:2-3, “Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab ia seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu. Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak; dan Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada TUHAN.”

Hanya Mesiaslah yang memiliki kuasa yang melampaui kuasa dari Imam Besar dan menempatkan Bait Allah pada fungsinya. Oleh karena itu orang Yahudi menuntut suatu tanda dari Yesus untuk mengabsahkan ke-Mesiasan-Nya. Mereka meminta pekerjaan mujizat. Namun tidak ada tanda yang diberikan kepada orang-orang yang tidak percaya tetapi tanda kebangkitan. Yesus berkata, “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali…. Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri” (Yoh 2:19-21). Kebangkitan-Nya tiga hari setelah penyaliban-Nya akan menjadi tanda yang paling pasti bahwa Dia adalah Mesias. Tetapi mereka semua buta terhadap arti rohani yang dikatakan Yesus. Mereka menganggap bahwa Yesus membicarakan gedung Bait Allah yang sesungguhnya yang telah dibangun kembali selama 46 tahun dan masih dalam proses pembangunan. Herodes mulai membangunnya pada tahun ke 18 masa pemerintahannya yaitu tahun 20 SM. Ini sesuai dengan tahun 27 M sebagai tahun pertama pelayanan Kristus Yesus.

Mujizat Yesus Yang Pertama di Kana (Yohanes 2:1-12)

Di daerah Kana Galilea, kota tetangga Nazaret, Yesus melakukan mujizat yang pertama pada suatu pernikahan. Ketika tuan pesta itu kehabisan anggur, Maria meminta bantuan Yesus. Tetapi Yesus menjawab Maria dan berkata, “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba” (Yoh 2:4). Apakah yang dimaksud Yesus dengan “saat-Ku” dalam ayat ini? Dari 26 kali kata “saat” atau “waktu” digunakan dalam Injil Yohanes, sebanyak 9 kali menunjukkan pada "waktu atau saat Yesus" (2:4; 7:30; 8:20; 12:23, 27; 13:1; 16:32, 17:1).
Kata “waktu atau saat” diuraikan dengan berbagai cara seperti “saat-Ku” (2:4), “saatnya” (5:28, 12:23, 16:32, 17:1), “saat-Nya” (7:30), dan “saat ini” (12:27). Kata sandang tertentu (definite article), kata benda milik dan kata penunjuk menandakan bahwa “waktu atau saat” adalah (1) batas waktu tertentu dan (2) berhubungan dengan diri Kristus. Kapankah itu terjadi? Apa yang terjadi jikalau hal itu datang? Apa yang Yesus katakan, “Saat-Ku belum tiba”? Dia sangat jelas berbicara tentang hal yang akan datang. Dengan penekanan tentang “saat,” Yesus juga berkata saat-Ku sudah tiba untuk pertama kalinya dalam Yohanes 12:23, “Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan.” Mulai saat itu, Yesus dengan konsisten menunjuk pada “waktu” sebagai yang sudah tiba. Sangat penting dicatat bahwa perkataan ini disampaikan Yesus pada permulaan minggu kesengsaraanNya. Dengan jelas, Yesus melihat saatNya adalah sebagai saat penderitaan yang memimpin pada kematianNya di kayu salib, penguburan dan kebangkitanNya. Hanya pada permulaan penderitaan Yesus Kristus, Dia sepenuhnya menyatakan IdentitasNya sebagai Mesias seperti yang tunjukkannya dengan “memasuki kota Yerusalem” dalam Matius 21:1-9, Markus 11:1-10, Lukas 19:29-40, Yohanes 12:12-19. Jadi ketika Yesus berkata kepada Maria bahwa saatNya belum tiba, Dia mencoba mengatakan bahwa pernyataan wahyu ke-Mesiasan-Nya tidak diputuskan oleh manusia (ref. Markus 1:44), tidak juga oleh Setan (demons) (ref. Markus 1:24-25, 34; Lukas 4:34-35), tetapi oleh Allah sendiri (ref. Mat 16:16-17). Maria pada pesta perkawinan di Kana melampaui batas kelayakannya dengan meminta Yesus melakukan suatu tanda atau mujizat. Tetapi Yesus dalam ketaatanNya menghargai permintaan Maria.

Dengan menjadikan air menjadi anggur apakah Yesus mengajarkan di sini bahwa minim anggur itu diperbolehkan? Pdt Dr. Timothy Tow memberikan tanggapan pada bagian firman Tuhan ini. Pada judul artikel “Anggur kehidupan bukan whisky kematian” – dia menuliskan, “Oleh karena Yesus membuat anggur di Kana Galilea, kelompok orang-orang Kristen tertentu mengartikan hal ini sebagai izin untuk minum anggur dan minum-minum Alkohol pada makan malam pernikahan mereka seperti “Yam Sengs.” Ini benar-benar salah paham dan salah menerapkan kebenaran firman Allah. Anggur yang dibuat Yesus, menurut Kamus Alkitab Hastings, anggur ini sama halnya dengan anggur orang Ibrani yang mengandung alkohol ringan. Hal ini disetujui oleh Dr. R.L Harris dalam sebuah Artikel pada “The Bible Today” dimana dia menunjukkan perbedaan besar kadar alkohol pada anggur yang demikian dengan whisky dan brandy sekarang ini. Dr. Buswell secara humor mengamati bahwa jenis ‘Yam Seng’ sekarang ini adalah sejenis alkohol seperti ‘gosohol’ yang dapat digunakan sebagai bahan bakar sepeda motor. Dia juga menambahkan, ‘perut kita bukanlah sejenis mesin.’

“Namun demikian, anggur Palistina yang dipakai pada perjamuan makan orang Ibrani memiliki kadar alkohol ringan. Anggur Saron dicampur dengan dua bagian air untuk lebih ringan dari yang lainnya. Dengan anggur yang lain, perbandingan ukurannya adalah satu bagian anggur dan tiga bagian air.

“Bahaya anggur untuk membuat seseorang mabuk diingatkan oleh raja Salomo (baca Amsal 23:29-35). Oleh karena itu, alangkah baiknya bagi orang Kristen untuk menjauhkan diri dari minuman beralkohol. Marilah kita menjadi seorang yang tidak minum alkohol!” (The Gospel of Life, 13).

Rabu, 12 November 2008

Murid-Murid Yohanes Menjadi Murid Yesus (Yohanes 1:35-51)

Dalam catatan firman Tuhan dalam Yohanes 1:35-51 menjelaskan Mesias sudah tiba, dan Yohanes sudah pensiun. Dia mengarahkan murid-muridnya pada Allah sendiri. Andreas sebelumnya merupakan murid Yohanes tetapi sekarang menjadi pengikut Yesus. Kemudian Andreas membawa Simon, saudaranya untuk melihat Yesus. Namun sebelum Andreas memperkenalkan saudaranya, Yesus sudah mengetahui namanya, dan mengenalnya sebagai Simon - anak Yohanes. Ini merupakan satu bukti kemahatahuan Yesus. Yesus memberikan perhatian khusus dengan Simon, dan memberinya nama baru yaitu Kefas (Aram) yang berarti Petrus (Yunani) artinya “batu.”

Nama yang lain adalah Filipus. Yesus memasukkan namanya sebagai salah satu dari dua belas muridNya. Kemudian Filipus menemukan Natanael dan memberitahukan padanya berita baik, “Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi” (Yoh 1:45). Filipus mengenal Yesus sebagai Mesias yang diberitakan Musa dan para nabi (dalam Perjanjian Lama). Yesus adalah Nabi seperti Musa seperti dicatat dalam Ulangan 18:15, dan Juruselamat yang menderita seperti dicatat dalam Yesaya 53. Yesus juga menunjukkan kemahatahuanNya dalam pertemuanNya dengan Natanael. Dia mengetahui segala sesuatu mengenai Natanael ketika Dia melihatnya di bawah pohon ara sebelum Filipus memanggilnya. Oleh karena itu Natanael mengakui Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan Allah “Anak Allah” (ref. Daniel 3:25), dan “Raja Israel” (Yesaya 44:6).

Sementara murid-murid itu penuh keheranan atas kebesaran Mesias ini, Yesus memberitahukan bahwa mereka dapat berharap melihat hal-hal yang lebih besar lagi. Yesus berkata, “Sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia” (Yoh 1:51). Dalam kehidupan Kristus kita dapat melihat kemulian Yesus dalam beberapa kesempatan meskipun itu singkat. Pada kesempatan seperti itu, sorga terbuka dan malaikat-malaikat turun melanyaniNya. Kesempatan seperti ini juga terjadi pada saat baptisanNya dan sesudah masa pencobaanNya (Matius 2:13-4:11). Hal lain, yang akan datang adalah ketika Yesus dimuliakan di atas gunung (Mat 17:1-9), pada penderitaanNya di taman Getsemani (Lukas 22:39-46), pada kebangkitan (Mat 28:1-7) dan kenaikanNya (Kis 1:1-11).

Kesaksian Yohanes Pembaptis (Yohanes 1:19-34)

Yohanes menyatakan bahwa Yesus adalah “Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yoh 1:29). Kenapa Yohanes mengenali Yesus sedemikian? Untuk menjawabnya, William Hendriksen mengajukan pertanyaan retorik sebagai berikut: “Bukankah benar bahwa kesediaan tunduk Yesus untuk dibaptis dan dengan keberjayaanNya atas cobaan-cobaan Setan di padang gurun, Yesus sesungguhnya melakukan tugasNya dengan mengenakan pada diriNya kutuk hukum Taurat dan memberikan ketaatan yang sempurna?” (William Hendriksen, Commentary on John, 98).

Korban persembahan Perjanjian Lama tidak pernah dapat mengampuni dosa. Penulis buku Ibrani memberikan penjelasan sebagai berikut: “Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya. … Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa” (Ibrani 10:1, 4). “Tipe [bayangan]” dalam Perjanjian Lama menunjuk pada “anti-tipe [hal yang sebenarnya]” dalam Perjanjian Baru. Semua korban persembahan Perjanjian Lama hanya gambaran persembahan yang akan datang, yaitu, Domba Allah – Tuhan Yesus sendiri. Orang-orang kudus Perjanjian Lama diselamatkan bukan oleh darah domba atau lembu jantan yang dipersembahkan, tetapi melalui darah Anak Domba Allah saja yang sungguh-sungguh menghapus dosa dunia ini. Sebagai contoh, Habel diselamatkan bukan karena Dia mempercayakan dirinya pada domba yang dipersembahkannya, tetapi melalui domba tersebut, ia melihat dengan iman, yaitu Anak Domba Allah yang akan disediakan. Domba ini adalah Kristus – keturunan perempuan – yang akan meremukkan kepala Setan – ular (Kej 3:15). Itulah sebabnya dicatat, “Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati” (Ibrani 11:4). Petrus juga menulis, “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat” (1 Petrus 1:18-19).

Kedua ketaatan Kristus yang sempurna juga terlihat dalam metafor domba ini. Ketaatan pasif Yesus sebagai seorang Domba Allah boleh terlihat dalam kerelaanNya dipersembahkan kepada Allah untuk mendamaikan murkaNya menentang orang-orang berdosa. Dan ketaatan aktifNya sebagai Domba Allah terlihat dalam diriNya yang tanpa noda dan dosa, Dia sungguh tidak berdosa dibawah tuntutan hukum Taurat yang kudus.

Yesus Dicobai

Pencobaan Yesus dicatat dalam ketiga Injil Sinoptik (Lukas 4:1-13; Matius 4:1-11; Markus 1:12-13). Ini merupakan kejadian yang sangat penting dalam kehidupan Yesus. Kita diberitahukan bahwa Yesus, sebagai yang dipenuhi Roh Kudus, segera dipimpin oleh Roh ke padang gurun. Di sana Ia berpuasa selama 40 hari dan 40 malam serta dicobai oleh Setan. Selama masa ini, Yesus tidak makan apa-apa. Keadaan seperti ini membuatNya secara jasmania rawan pada godaan-godaan Iblis.

Kenapa Yesus harus menjalani pencobaan atau ujian pada waktu seperti ini? Yesus harus melalui waktu seperti ini sebab Ia harus mendapatkan atau mencapai kebenaran yang dibutuhkan umatNya agar bisa memasuki kerajaan sorga. Ini termasuk bagian dari ketaatan aktif Yesus. Sama seperti Adam harus diuji di Taman Eden untuk memperoleh kehidupan kekal melalui ketaatannya. Kristus sebagai Adam yang lebih Besar dan Hebat, harus menjalani cobaan seperti itu untuk menjamin keselamatan kita. Hal ini sangat jelas diajarkan Paulus dalam Roma 5:12-21: “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa. Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat. Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang. Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus. Dan kasih karunia tidak berimbangan dengan dosa satu orang. Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran. Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus. Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup. Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar. Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah, supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.” Adam gagal, tetapi Kristus berhasil melalui ujian. Jadi kita bukan hanya diselamatkan oleh kematianNya, tetapi juga kita “diselamatkan oleh hidup-Nya” (Roma 5:10).

Dalam Injil Lukas, catatan pencobaan Yesus ditempatkan sesudah silsilah Yesus di mana Lukas mengusut kembali kepada Adam. Lukas melalui pengajaran Paulus dengan benar menggambarkan Kristus sebagai Adam yang kedua yang harus mengerjakan apa yang Adam pertama gagal lakukan, yaitu hidup yang kekal. Apa yang Adam gagal lakukan dibawah “Covenant of Works” [Perjanjian Perbuatan Baik], Kristus berjaya melakukannya dibawah “Covenant of Grace” [Perjanjian Kasih Karunia].” Kristus, sebagai perwakilan sempurna manusia, memelihara Taurat Allah untuk kita melalui ketaatanNya yang aktif. Adam gagal menaati perintah Allah di Taman Eden dengan menyerahkan diri pada tiga godaan Setan yaitu (1) Keinginan danging (2) Keinginan mata dan (3) Keangkuhan hidup. Setelah dicobai Setan, Hawa mengambil bagian buah itu karena (1) “buah pohon itu baik” (keinginan daging), (2) “sedap kelihatannya” (keinginan mata), (3) “menarik hati karena memberi pengertian” (keangkuhan hidup). Dengan tidak menaati Allah, Adam dan Hawa bukan hanya menceburkan diri mereka saja, tetapi juga semua manusia jatuh pada penghukuman karena dosa.

Jika kita perhatikan pencobaan yang dialami Yesus, Yesus juga dicobai dengan cara yang sama seperti Adam dan Hawa alami: Yesus dicobai (1) untuk mengubah batu menjadi roti (keinginan daging), (2) dengan kerajaan dunia dan kemegahannya (keinginan mata), dan (3) menjatuhkan diri dari bubungan Bait Allah ke bawah (keangkuhan hidup). Kristus menang. Dia mengalahkan Setan dengan firman Allah dan mengutip firman Allah, (1) Ulangan 8:3 “Bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN,” (2) Ulangan 6:13, “Engkau harus takut akan TUHAN, Allahmu; kepada Dia haruslah engkau beribadah” dan (3) Ulangan 6:16, “Janganlah kamu mencobai TUHAN, Allahmu.” Firman Allah adalah Pedang Roh (Efesus 6:17). Firman Allah adalah senjata yang paling ampuh untuk menentang godaan Setan. Kristus mengalahkan Setan. Dia dengan sempurna mentaati perintah-perintah Allah. Dia menyelamatkan kita melalui ketaatan aktifNya.

Selasa, 11 November 2008

Permulaan Pelayanan Yesus Kristus: Yesus Dibaptis

Yesus Dibaptis, Pernyataan Allah Bapa dan Kehadiran Roh Kudus (Matius 3:13-17, Markus 1:9-11, Lukas 3:21-23, Yohanes 1:15-18)

Kita menemukan Yesus Kristus melakukan sesuatu yang luar biasa di sini: Dia datang pada Yohanes untuk dibaptis. Kita mengetahui bahwa baptisan Yohanes adalah merupakan baptisan “untuk pertobatan.” Yesus tidak berdosa dan Dia tidak memiliki sesuatu yang perlu diampuni atau ditobatkan. Yohanes sendiri penuh keheranan ketika Yesus datang kepadanya karena Tuhan Yesus menginginkan baptisan dari Yohanes.

Tuhan Yesus memberitahukan Yohanes alasannya kenapa Dia harus dibaptis. Yesus mengatakan bahwa Dia perlu dibaptis untuk “menggenapkan seluruh kehendak Allah.” Apakah maksudnya? Yohanes Calvin dengan hikmat mengkomentari, “Frase ‘seluruh kehendak Allah’ (all righteousness) sering berarti dalam Alkitab, pemeliharaan hukum Taurat: dengan demikian kita boleh menjelaskan bagian firman Allah ini bahwa karena Yesus dengan sadar menundukkan diriNya pada hukum Taurat, maka Dia harus memelihara setiap bagian hukum Taurat” (Harmony 1:180). Calvin juga mengatakan bahwa Yesus harus “tunduk pada BapaNya dengan ketaatan penuh, sementara alasan yang penting adalah untuk menguduskan Baptisan dalam tubuhNya, yang juga terdapat di antara Dia dan kita” (dikutip oleh Timothy Tow, The Gospel of Life [Singapore: Christian Life Distributors, 1983], 8). Allah Bapa menginginkan Allah Anak melakukan perintahNya sebagai perwakilan sempurna manusia. Anak menaati Bapa dan dengan merendahkan diri, menundukkan diriNya untuk melakukan kehendak Bapa. Itulah sebabnya setelah Yesus menyelesaikan baptisan dengan air, kita mendengar pernyataan Allah: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Matius 3:17). Di sini kita melihat kembali ketaatan aktif Yesus Kristus. Kristus menaati peraturan hukum Taurat akan baptisan air untuk memperoleh pembenaran yang kita butuhkan demi keselamatan kita. Yesus mencapainya melalui kuasa Roh Kudus yang diberikan padaNya tanpa batas.

Yohanes dalam melakukan tugasnya mengumumkan kepada semua orang bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah ada sejak dahulu kala. Dia telah datang untuk menyatakan kemurahan Allah yang besar. “Sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus” (Yoh 1:17). Apakah arti pernyataan ini? Apakah ini berarti bahwa dengan kedatangan kasih karunia Allah dan kebenaran dalam Kristus, hukum Taurat Allah oleh Musa yaitu ke-sepuluh hukum Allah, sekarang dihapuskan dan tidak lagi penting bagi orang-orang kudus dalam Perjanjian Baru? Tentu tidak. Mengenai hukum Taurat dan kasih karunia Allah dalam ayat ini, Agustinus, bapa gereja memberikan komentar sebagai berikut, “Oleh seorang hamba, hukum Taurat diberikan, dan manusia dibuat bersalah: oleh seorang kaisar, pengampunan diberikan, dan diselamatkan dari kesalahan. ‘Hukum Taurat diberikan oleh Musa.’ Jadi janganlah seorang hamba mengenakan pada dirinya melebihi dari apa yang dikerjakan melalui dia. Dipilih untuk pelayanan yang besar seperti seorang yang setia di rumahnya, tetapi juga seorang hamba, dia dapat bertindak sesuai dengan hukum Taurat tetapi tidak dapat melepaskannya dari kesalahan terhadap hukum Taurat. Oleh karena itu “‘hukum Taurat’ diberikan oleh Musa: tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.’”

“Mungkin ada yang berkata, bukankah kasih karunia dan kebenaran datang oleh Musa, yang melihat Allah? Maka secepat mungkin Dia [Yesus] menambahkan, “Tak seorangpun yang pernah melihat Allah.” Lalu bagaimana Allah dikenal oleh musa? Sebab Allah menyatakan diri-Nya kepadanya. Allah yang seperti apa? Kristus yang sama mengirimkan hukum Taurat terlebih dahulu oleh hambanya, supaya Dia sendiri datang dengan kasih karunia dan kebenaran.”

“Agustinus mengatakan dengan cara yang lain, … ‘Hukum Taurat diberikan agar kasih karunia dicari; kasih karunia diberikan agar hukum Taurat digenapi’” (dikutip oleh Timothy Tow, The Law of Moses and of Jesus [Singapore: Christian Life Publishers, 1986], 27-8).

Hukum Taurat tidak dihapuskan oleh kasih karunia. Karena jikalau tidak ada hukum Taurat, maka tidak diperlukan kasih karunia. Oleh karena kita berdiri dibawah kutukan hukum Taurat dalam dosa dan kesalahan maka kita membutuhkan kasih karunia Allah. Hukum Taurat membawa kita pada Kristus untuk kasih karunia yang dikaruniakanNya. Jadi, ketika kita menerima kasih karunia maka hukum Taurat menjadi terang dan kesenangan kita: “Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari. Perintah-Mu membuat aku lebih bijaksana dari pada musuh-musuhku, sebab selama-lamanya itu ada padaku” (Mazmur 119:97-98).

Hingga pada saat ini hukum Taurat berfungsi dalam tiga cara: Sebagai (1) Pedang (Sword) untuk membunuh kita dalam dosa-dosa kita (Roma 3:19), (2) Tongkat (Rod) untuk menuntun kita kepada Kristus (Gal 3:24), dan (3) senter atau obor (Torch) untuk menerangi langkah kita (Maz 119:105).

Pada Baptisan Tuhan Yesus, kita melihat penunjukan yang jelas akan Tritunggal Allah. Kita memiliki Allah Bapa di sorga, Allah Anak di bumi dan Allah Roh Kudus turun dari sorga ke bumi. Kita menemukan ketiga pribadi Allah dalam satu kejadian. Hal ini benar-benar menentang ajaran Sabellianisme atau Modalisme yang mengajarkan bahwa Allah tidak terdiri dari tiga pribadi tetapi hanya satu pribadi, dan Dia kadang-kadang menampakkan diri sebagai Bapa, terkadang sebagai Anak dan terkadang sebagai Roh. Ini adalah ajaran sesat yang dikutuk oleh gereja pada Konsili di Roma tahun 263 Masehi.

Hingga pada kejadian ini, Yesus “hampir tiga puluh tahun.” Yesus hanya kira-kira 6 bulan lebih muda dari Yohanes pembaptis (Lukas 1:26, 36). Jika keduanya lahir pada tahun 5 SM, maka mereka berumur kira-kira 30 tahun pada saat ini (26 M). Dalam Perjanjian Lama seorang Lewi memulai pelayanannya ketika mereka mencapai umur 30 tahun (Ulangan 4:47). Pada umur seperti ini juga Yusuf (satu dari kedua belas anak Yakub) menjadi Perdana Mentri Mesir (Kejadian 41:4, 6), dan Daud menjadi raja Israel (2 Samuel 5:4). Jadi hal ini sangat tepat bagi Yesus untuk memulai pelayanan-Nya pada umur 30 tahun.

Permulaan Pelayanan Yesus Kristus: Pelayanan Yohanes Pembaptis

Pelayanan Yohanes Pembaptis (Lukas 3:1-18, Matius 3:1-12, Markus 1:1-8)

Markus memulai catatan tentang kehidupan Kristus dengan perkataan ini: “Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah” (Markus 1:1). Ini merupakan pendahuluan yang baik tentang semua Injil. Istilah “Injil” (Yunani: euangelion) secara harfiah artinya “kabar baik.” Jadi injil hanya berbicara tentang Yesus Kristus dan kabar baik yang dibawakanNya. Kabar baik itu adalah tentang Kristus Yesus yang telah mati, dikuburkan, dan pada hari yang ketiga bangkit dari antara kematian sesuai dengan firman Allah (1 Kor 15:1-4). Markus (dan semua penulis injil yang lain) menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada kehidupan Kristus yang memimpin pada kematian, penguburan, dan kebangkitan untuk keselamatan umat-Nya.

Penampakan Kristus di dunia terbukti menurut sejarah. Alkitab tidak ragu-ragu tentang waktu kedatangan Yesus ke dunia ini. Kita sudah melihat bagaimana Dia lahir pada tahun 5 SM (Sebelum Masehi) ketika Herodes Agung menjadi raja. Sekarang Dia hampir memasuki kehidupan dan pelayanan-Nya kepada orang banyak. Lukas memberitahukan bahwa hal ini terjadi pada tahun ke 15 pemerintahan Kaisar Tiberius ketika (1) Pontius Pilatus menjadi wali negeri Yudea; (2) Herodes Antipas raja wilayah Galilea; (3) Filipus, saudara Herodes, raja wilayah Iturea dan Trakhonitis; (4) Lisanias raja wilayah Abilene (sebelah utara Iturea dimana Damsyik terletak) dan (5) Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar (Kayafas yang sebenarnya Imam Besar sejak tahun 18 M (Masehi), tetapi Hanas adalah Imam Besar yang sebelumnya, yang juga mertua Kayafas, yang pada masa itu masih memiliki pengaruh dan kontrol). Tahun ke 15 pemerintahan Kaisar Tiberius terjadi pada tahun 26 M (Masehi). Untuk penjelasan yang baik yang mendukung pandangan tradisi tahun 26 M (Masehi) ini , dapat dilihat dalam, [William Hendriksen, The Gospel According to Luke, NTC (Grand Rapids: Baker, 1978), 194-9].

Dalam mempelajari kehidupan Kristus, kita jangan gagal membicarakan pendahuluNya yaitu Yohanes. Kita juga jangan salah mengenal Yohanes ini dengan rasul Yohanes, penulis Injil keempat, anak Zebedeus. Jadi Yohanes yang dimaksud di sini sebagai pendahulu Kristus adalah “Yohanes Pembaptis,” anak Zakharia. Dia adalah Yohanes yang sama dalam Lukas 1:5-25, 57-80 seperti yang sudah dibicarakan.

Yohanes memulai pelayanannya sebagai pendahulu kedatangan Mesias pada umur 30 tahun (26 M). Ini merupakan penggenapan Yesaya 40:3-4. Nabi Yesaya menubuatkan bahwa kedatangan Kristus yang pertama akan didahului oleh pendahuluNya (His forerunner and heralder). Lokasi pelayanannya terletak di daerah padang gurun Yudea, dekat Sungai Yordan. Dia menyerukan “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu” (Lukas 3:3) dan “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” (Matius 3:2).

Bagaimanakah Yohanes dapat menarik perhatian orang-orang Yahudi dengan kothbah yang tidak begitu popular di tempat yang jarang ditempati orang? Tentu sekali hal ini akan bertentangan dengan teknik pertumbuhan gereja yang diajarkan sekarang ini. Tetapi tidak ada keraguan bahwa pelayanan Yohanes pembaptis adalah pelayanan yang luar biasa seperti diberitahukan bahwa orang banyak datang kepadanya dari “Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan” (Matius 3:5). Dia tidak harus pergi kepada orang banyak tetapi orang banyak datang kepadanya. Sesungguhnya ada kehausan besar akan Firman Allah terjadi karena Israel tidak memiliki nabi sejak nabi terakhir Maleakhi telah berbicara pada mereka. Ada selama 400 tahun yang dikenal dengan “Silent Years” [Tahun di mana Allah tidak berbicara pada manusia] selama masa periode Inter-testament (periode antara PL dan PB). Maleakhi bernubuat bahwa seorang nabi dalam roh dan kuasa Elia suatu hari akan datang. Dalam ayat kedua terakhir, nabi Maleakhi memberitahukan janji Allah: “Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu” (Mal 4:5). Hingga pada masa Yohanes, 400 tahun sudah berlalu. Mereka sudah sungguh-sungguh menunggu nabi yang dijanjikan ini. Apakah yang dimaksud ini adalah Yohanes?

Yohanes dengan pasti kelihatan seperti Elia dalam cara berpakaian. Dia “memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit” (Markus 1:5). Jubah bulu unta dan ikat pinggang kulitnya menyerupai penampilan nabi Elia (2 Raja-raja 1:8). Makanannya hanya belalang dan madu hutan. Penampakan dan cara hidup Yohanes sangat berbeda dari semua orang yang hidup di masa itu. Berita yang disampaikan sangat keras. Dia mencela dosa-dosa manusia dan memanggil mereka untuk bertobat. Khotbah yang demikian mungkin tidak pernah kedengaran sejak masa nabi Maleakhi. Di sini terlihat hubungan yang erat dalam hal pemberitaan nabi. Akhirnya Allah membangkitkan seorang nabi. Orang-orang Yahudi datang mendengarkannya tetapi sekelompok orang tertentu tidak menyukainya.

Di antara orang-orang yang datang melihat dan mendengarkan Yohanes Pembaptis adalah orang-orang Farisi dan Saduki. Siapakah mereka ini? Orang-orang Farisi (Bahasa Ibrani: perushim artinya “orang yang memisahkan diri”) adalah para guru-guru hukum Taurat (Torah). Mereka adalah para reformator Yahudi yang merupakan “polisi” agama Israel. Mereka adalah pelindung dan penegak hukum Taurat. Pada masa Perjanjian Baru, ada kira-kira 6000 orang Farisi. Orang Saduki di sisi lain, jumlahnya lebih sedikit dan mereka lebih berkubu dalam sistem Bait Allah. Misalnya, semua para Imam Besar adalah orang Saduki. Kedua kelompok Farisi dan Saduki sebenarnya tidak bersahabat. Kelompok Farisi secara teologi lebih ketat sedangkan kelompok Saduki lebih bersifat liberal. Kelompok Farisi percaya adanya kebangkitan dan kehidupan setelah kematian sementara kelompok Saduki menolaknya. Tetapi meskipun mereka tidak saling suka, ketika menentang Tuhan Yesus Kristus, permusuhan mereka seakan-akan hilang begitu saja. Untuk lebih mengetahui hal Farisi dan Saduki, silakan baca [Emil Schurer, The History of the Jewish People in the Age of Jesus Christ (Edinburgh: T & T Clark, 1979), 2:381-414].

Ketika orang-orang Farisi dan Saduki datang pada Yohanes untuk dibaptis, dia mencela dan memanggil mereka sebagai “keturunan ular beludak.” Mereka datang kepada Yohanes untuk dibaptis tanpa mereka benar-benar bertobat dari dosa-dosanya. Jadi tidak cukup bagi seseorang hanya mengatakan dia memiliki iman, tetapi hal yang sangat penting adalah dia menyatakan imannya yang benar melalui pekerjaan baik yang dihasilkannya. Itulah sebabnya Yohanes mengingatkan mereka, “Siapakah yang mengatakan kepada kamu melarikan diri dari murka yang akan datang? Jadi hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan. Dan janganlah berpikir dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini! Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, akan ditebang dan dibuang ke dalam api” (Lukas 3:7-9; ref. Yakobus 2:21-24). Anggapan orang Farisi dan Saduki sebagai orang yang benar dan kudus adalah munafik. Perbuatan mereka tidak sesuai dengan perkataannya. “Iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati” (Yakobus 2:20, 26). Yohanes adalah orang yang pertama kali menyatakan atau membukakan ketidak-berimanan mereka dan Yesus dalam pelayananNya juga tidak gagal mengutuk kemunafikan mereka.

Keberanian Yohanes mencela orang Farisi dan Saduki (mereka adalah orang yang terhormat di negeri orang Yahudi) mendorong mereka lebih heran dan bertanya apakah dia itu adalah Mesias atau tidak. Yohanes sendiri tidak membuang-buang waktu untuk menunjukkan dan memperbaiki fungsi dan jabatannya. Dia hanya seorang pembaptis dan bukan Mesias. Mesias yang akan datang setelahnya adalah pasti lebih besar dan berkuasa dari padanya. Yesus lebih besar dan berkuasa bahkan Yohanes tidak layak untuk membuka tali kasutNya. Yohanes membaptis hanya dengan air tetapi Yesus akan membaptis dengan Roh Kudus dan Api. Api ini adalah api penghukuman dan pengajaran yang menyucikan semua orang percaya (“Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-nya ke dalam lumbung” [Matius 3:12a]), dan juga api penghakiman yang menghanguskan semua orang yang tidak percaya pada hari kemurkaan-Nya (“tetapi debu jerami itu akan dibakarnya dalam api yang tidak terpadamkan” [Matius 3:12b]).

Masa Kanak-Kanak Yesus: Masa Tenang Di Nazaret

Masa Tenang di Nazaret (Lukas 2:51-52)

Yesus menghabiskan masa kecilNya di Nazaret. Dia bertumbuh semakin besar dan alami dalam intelektual dan jasmani. Dia melakukan semua hal yang telah diperintahkan Bapa-Nya di surga. Salah satu di antaranya adalah untuk taat pada Yusuf dan Maria. Yesus melakukan hal-hal yang berhubungan dengan ke-Manusia-an-Nya untuk umat-Nya sebagai Adam yang sempurna. Meskipun Dia adalah Raja dari segala raja, Dia benar-benar menjadi Hamba dari segala hamba. Dia “Mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Filipi 2:7-8). Aspek ketaatan Kristus yang aktif ini dijelaskan Yohanes Calvin dengan baik, “Ini adalah untuk keselamatan kita bahwa Kristus mengenakan pada diriNya status yang rendah agar Allah dan Kepala para malaikat dengan kesadaran menjadi tunduk pada ciptaan yang fana. Seperti itulah tujuan Allah bahwa Kristus harus tetap tinggal untuk beberapa lama, dibawah suatu bayangan, membawa nama Yusuf. Meskipun ketundukan ini timbul bukan karena keharusan yang tidak dapat dihindariNya, namun seperti yang Dia kenakan pada diriNya, sifat manusiawi pada kondisi yang harus tunduk pada orang tuanya, dan telah dianggap kedua karakter sebagai manusia dan hamba – dengan hubungannya dengan jabatan Penebus, hal ini adalah kondisi yang sesuai dengan hukum. Kesukaan yang besar dalam kesempatan ini seharusnya setiap orang menanggung kuk yang Allah dengan senang telah meletakkan padaNya” (Harmony 1:157).

Yesus bukan hanya menaati Bapa-Nya di surga dan orangtua-Nya di bumi, dalam hubungannya dengan pengosongan diri di antara para tetangga, Dia tidak diragukan, dengan baik semakin dikasihi Allah dan manusia. “Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia” (Lukas 2:52). Yesus adalah seorang yang paling mengasihi dan Anak yang dapat dikasih. Semua orang tidak memiliki masalah dengan-Nya.

Selain dari bagian firman Allah yang singkat ini dalam Injil Lukas, tidak ada lagi catatan masa kecil Kristus yang diilhamkan Allah. Buku-buku Apokripa Perjanjian Baru yang tidak termasuk tulisan yang diilhamkan Allah mencatat beberapa naratif (cerita) kehidupan masa kecil Yesus: Misalnya, dalam 1 Infancy 15:1-7 kita menemukan Yesus sebagai seorang yang menonjolkan diri: “Dan ketika Tuhan Yesus berumur tujuh tahun, di suatu hari dia sedang bersama teman-teman sebayanya. Ketika mereka sedang membuat mainan dari tanah dengan berbagai bentuk seperti keledai, lembu, burung dan lain-lain, tiap-tiap orang membanggakan pekerjaannya dan berusaha keras untuk mengalahkan satu sama lain. Kemudian Yesus berkata kepada anak-anak yang lain, Saya akan memerintahkan bentuk mainan yang saya buat ini untuk berjalan. Dan tiba-tiba mereka berjalan dan ketika diperintahkan untuk kembali, mereka juga menurut. Dia juga membuat bentuk burung-burung dan burung pipit dan ketika diperintahkannya, mereka langsung terbang dan ketika diperintahkan untuk diam, mereka juga diam dan tenang dan jikalau dia memberikan mereka makanan dan minuman, mereka makan dan minum. Ketika anak-anak itu pulang, mereka memberitahukan hal-hal itu pada orangtua mereka, dan orangtua mereka berkata, Perhatikanlah anak-anak, untuk masa yang akan datang, janganlah berteman dengan dia sebab dia itu adalah tukang sihir. Jauhilah dia dan jangan bermain lagi dengan dia.” Catatan palsu ini tentu bertentangan dengan catatan Lukas yang berkata bahwa Yesus makin “dikasihi oleh Allah dan manusia.”

Contoh lain dimana Yesus bertindak sebagai seorang anak yang nakal dapat ditemukan dalam 2 Infancy 2:7-18. Di sini kita melihat Yesus bertindak sebagai seorang yang jahat: “Pada suatu hari ketika Yesus sedang berjalan di pinggir jalan, seorang anak laki-laki berlari melewatinya dan Yesus langsung menarik bahunya. Yesus sangat marah dan berkata padanya, kamu tidak perlu hidup, dan tiba-tiba anak itu jatuh dan mati. Ketika orang banyak melihat hal itu, mereka berkata, di manakah orang ini dilahirkan sebab apa yang diucapkannya pasti terjadi? Kemudian orangtua anak yang meninggal itu datang menuntut kepada Yusuf dan berkata, Kamu tidak layak hidup bersama kami di kota ini karena kamu memiliki anak seperti itu, kamu tidak mengajarnya untuk memberkati dan untuk tidak mengutuk. Tinggalkanlah kota ini bersama anak itu, karena dia akan membunuh anak-anak kami. Kemudian Yusuf memanggil Yesus dan mengingatkan dia serta berkata, Kenapa kamu melakukan hal yang demikian, melukai orang lain hingga mereka membenci dan menganianya kita? Tetapi Yesus menjawab, saya tahu apa yang kamu katakan bukanlah dari kamu sendiri, tetapi demi kamu saya tidak akan berkata apa-apa. Tetapi mereka yang mengatakan hal ini padamu akan menderita penghakiman kekal. Dan segera sesudah itu, mereka yang telah menuduhnya menjadi buta. Dan semua yang melihat hal itu sangat ketakutan dan berkata tentang dia, apa saja yang ia ucapkan, apakah itu baik atau buruk akan sungguh terjadi dan mereka sangat heran. Dan ketika mereka melihat tindakan Yesus ini, Yusuf bangkit dan menarik kuping Yesus, dan Yesus marah dan berkata, tenanglah.” Sangat jelas bahwa Yesus yang dicatat dalam buku apokripa ini adalah Yesus yang lain yaitu Yesus palsu dan bukan Yesus yang dicatat dalam Alkitab. Jika kita memiliki Roh Kudus, kita pasti dapat melihat kepalsuan cerita diatas (1 Yoh 2:20). Cerita ini tentu tidak diilhamkan Allah tetapi Setan.

Sangat berbahaya jikalau menduga-duga tentang seperti apa masa kecil Yesus sebenarnya. Dengan melakukan tindakan sedemikian kita mungkin bertentangan dengan Firman Allah atau menggambarkan Yesus dengan salah, jikalau kita dihadapkan dengan suatu imajinasi diskusi akan kehidupan Kristus Yesus. Jikalau Alkitab diam, marilah kita juga melakukan hal yang sama. Prinsip diam seperti yang terdapat dalam Ulangan 29:29 perlu diperhatikan: “Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini.”

Masa Kanak-Kanak Yesus: Paskah Di Yerusalem

Paskah di Yerusalem (Lukas 2:41-50)

Setiap anak laki-laki orang Yahudi ketika mereka mencapai umur 12 atau 13 tahun menjadi seorang bar mitzvah – “seorang anak yang tunduk pada Hukum Taurat” atau yang dikenal dengan “a son of the law.” Sebagai seorang bar mitzvah, Yesus mulai sekarang bertanggung jawab memelihara perintah-perintah Allah. Jadi untuk meresmikan tahap hidup yang penting ini, Yesus ketika berumur 12 tahun mendampingi Yusuf dan Maria pergi ke Yerusalem untuk merayakan Paskah. Perayaan Paskah ini memperingati “Perlindungan Allah” atas orang-orang Israel ketika Allah mencabut nyawa setiap anak pertama orang Mesir di Mesir (Kel 12:11-28, 23:14-17). Sekarang sebagai seorang yang muda, Yesus secara personal bertanggung jawab memelihara hukum Taurat. Yesus memastikan bahwa Dia memelihara hukum Paskah. Di sini terlihat kembali akan ketaatan aktif Yesus.

Selama kunjungan ini di Bait Allah Yerusalem, Yesus menyatakan kesadaran Mesianik-Nya. Hingga pada saat ini, pengetahuan dan pengertian-Nya akan Perjanjian Lama melampaui semua doktor-doktor teologia dalam Bait Allah tersebut. Yesus seperti siswa teladan mendengarkan pengajaran-pengajaran dan pertanyaan-pertanyaan mereka. Kita dengan pasti yakin bahwa ada pertanyaan-pertanyaan yang Dia ajukan membuat guru-guru yang terdidik Yahudi di Bait Allah terlena. Ketika suatu masalah teologi ditanyakan, Yesus dapat memberikan jawaban dengan penuh kuasa. Hal ini kita ketahui dari Lukas ketika dia melaporkannya, “Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya” (Lukas 2:47).

Ketaatan Yesus yang aktif juga terlihat dalam jawabanNya pada orangtuaNya – Yusuf dan Maria – ketika Dia berkata “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” (Lukas 2:49). Meskipun Yesus masih muda, Dia mengetahui kenapa Dia ada di dunia ini. Yesus sebagai Anak Allah mengetahui benar apa yang Allah Bapa ingin Dia lakukan. Dengan perpanjangan waktu tinggal di Bait Allah, telah menarik perhatian para rabi (guru-guru) Yahudi sebagai bagian dari ketaatannya pada BapaNya dalam menggenapi kehendakNya. Yesus taat pada BapaNya sejak permulaan.

Masa Kanak-Kanak Yesus Di Nazaret

Dalam ke empat injil, hanya Lukas yang memberitahukan pertumbuhan fisik Tuhan Yesus. Yesus bertumbuh dalam tubuh, pikiran dan roh. PertumbuhanNya sama halnya dengan seorang anak normal (ref. Lukas 1:80), tetapi dengan satu pengecualian, yaitu Dia sempurna dan tidak berdosa (Ibrani 4:15). Semua ini berhubungan dengan rencana teologiaNya yang harus memperkenalkan Kristus sebagai Manusia sempurna dan sebagai Manusia sempurna perwakilan dalam rencana penyelamatan Allah. Lukas mungkin merefleksikan pikiran Paulus karena rasul ini memperkenalkan Kristus sebagai Adam kedua atau Adam yang lebih hebat: “Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus” (Roma 5:15); “Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus” (1 Kor 15:22).

Rabu, 27 Agustus 2008

Masa Bayi Yesus

Yesus Disunat (Lukas 2:21)

Peranyaan penyunatan adalah sebagai tanda perjanjian (covenant) Allah dengan Abraham yang dicatat dalam Kejadian 17:10. Semua anak laki-laki Israel harus disunat pada hari yang kedelapan (Imamat 12:3). Kenapa Yesus harus disunat? Dia disunat bukan hanya karena Dia adalah orang Yahudi tetapi lebih penting lagi karena Dia harus memelihara setiap aspek hukum Taurat untuk keselamatan kita. Yohanes Calvin memberikan pengertian teologi ini seperti berikut: “Allah menetapkan Anak-Nya disunat agar menundukkan dia pada hukum Taurat; karena sunat adalah suatu upacara keagamaan yang mana orang-orang Yahudi pada mulanya diperintahkan untuk menaati hukum Taurat. Paulus menjelaskan hal ini ketika dia berkata, bahwa Kristus dibuat “takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat” (Gal 4:4-5). Dengan menjalani penyunatan, Kristus mengakui diri-Nya menjadi hamba kepada hukum Taurat agar Dia mendapatkan/memperoleh kebebasan kita (Harmony, 1:122).

Nama “YESUS” berarti “JURUSELAMAT.” Maka sungguh benar bahwa meskipun Yesus masih bayi, dia sudah mengerjakan keselamatan kita. Penyunatan-Nya bukan yang pertama dan hanya kejadian ketaatan Yesus pada hukum Taurat. Keseluruhan pelayanan-Nya di bumi ini, Yesus sangat berhati-hati dalam memelihara hukum Taurat dengan sempurna.

Penyucian Maria dan Yesus (Lukas 2:22-24)

Pemeliharaan Yesus Kristus akan hukum Taurat dapat juga dilihat dalam partisipasi-Nya mengikuti upacara-upacara keagamaan walaupun Dia masih bayi yaitu: (1) Upacara penyucian Maria (Imamat 12:1-8), dan (2) Dedikasi anak pertama (Bilangan 3:13). Perlu diketahui bahwa upacara-upacara seperti ini bukan hanya melihat individu tetapi juga keluarga sebagai sifat natural Perjanjian Allah dalam hukum Taurat (Keluaran 20:1-10, 29; Bilangan 6:1-3).

Pada hari ke 40 setelah anaknya lahir (atau hari ke 41), Maria harus mempersembahkan diri di Bait Suci untuk Penyucian. Yusuf dan Maria juga harus mempersembahkan Yesus untuk Dedikasi. Yesus secara tidak langsung ikut berpartisipasi pada upacara tersebut karena Penyucian Maria adalah keharusan karena Kelahiran Yesus. Dalam hal ini tidak bisa diartikan bahwa Yesus harus juga disucikan dari dosa. Yesus tidak berdosa. Dia diikut sertakan dalam Penyucian dalam pengidentifikasian dengan orang berdosa karena Dia akan menjadi perwakilan kita sebagai penanggung kesalahan kita. Yohanes Calvin mengatakan, “… tidak kelihatan aneh bahwa Kristus yang akan dibuat kutuk untuk kita pada kayu salib (Galatia 3:13) akan mengenakan padanya kekotoran kita sebagai kejahatan yang legal untuk keuntungan kita walaupun Dia “tanpa noda dan dosa” (1 Petrus 1:19). Seharusnya tidaklah kelihatan aneh jika bukit kekudusan untuk menyucikan kekotoran kita, memilih dianggap sebagai yang tidak suci” (Harmony1:131).

Ucapan Syukur Simeon dan Hana (Lukas 2:25-38)

Paling sedikitnya ada dua orang di Israel yaitu Simeon dan Hana yang dengan sungguh-sungguh menantikan kedatangan Mesias Israel seperti dijanjikan dalam buku Perjanjian Lama. Dalam menghargai iman mereka, Allah menganugerahkan mereka kesempatan untuk melihat Mesias sebelum mereka meninggal.

Ucapan Syukur Simeon (Lukas 2:25-35)

Allah telah menjanjikan Simeon bahwa sebelum dia meninggal dia akan melihat Kristus Tuhan. Kata “Kristus” dalam bahasa Yunani memiliki persamaan arti dengan kata “Mesias” dalam bahasa Ibrani yang keduanya memiliki arti “YANG DIURAPI.” Ketika Simeon memandang bayi Yesus Kristus, dia langsung mengatakan bahwa dia sudah melihat Keselamatan Allah. Yesus Kristus harus menjadi Juruselamat manusia baik bagi orang Yahudi dan non-Yahudi (Kafir). Dia juga membicarakan kesengsaraan Yesus yang menderita di kayu salib dan bagaimana Maria akan bersedih olehNya.

Perlu ditekankan bahwa Lukas mencatat dalam Lukas 2:33 suatu pernyataan bahwa Yusuf adalah bapa Yesus. Lukas berkata, “Dan bapa dan ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia.” Dalam Alkitab KJV kata “bapa” ditulis dengan kata “Yusuf.” Dengan kata lain bahwa Lukas tidak melihat Yusuf sebagai bapa Yesus. Dalam terjemahan Alkitab yang lain seperti NIV, mengikuti terjemahan seperti terdapat dalam bahasa Indonesia. Hingga saat ini hal ini masih terus diperdebatkan apakah kata “bapa” atau “Yusuf” yang dipakai. Ada banyak naskah kuno manuscripts) yang mamakai kata “Yusuf” dan ada juga memakai kata “bapa.” Namun jika kita mempertimbangkan isi teologianya, sepertinya lebih cocok jika mamakai kata “Yusuf.” Dengan demikian hal ini menjelaskan bahwa Yusuf bukanlah bapa Yesus tetapi Maria adalah ibu-Nya.

Sehubungan dengan ide “bapa” dalam Lukas 2:33, kita perlu mempertimbangkan juga apa yang dikatakan oleh Maria dalam Lukas 2:48. Maria berkata kepada Yesus, “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau.” Maria memberikan penekanan khusus pada perkataan “bapa.” Tetapi apakah jawaban Yesus tentang pernyataan tersebut. “Jawab-Nya kepada mereka: ‘Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?’” Sebenarnya Yesus bisa memakai kata “Allah atau Tuhan” untuk menggantikan kata “Bapa-Ku” tetapi Dia tidak melakukannya. Yesus sengaja memakai kata “Bapa” untuk memberitahukan Maria bahwa Yusuf bukanlah Bapa-Nya. Maria dalam kekawatirannya melakukan kesalahan dengan mengatakan bahwa Yusuf adalah Bapa Yesus. Yusuf bukan bapa-Nya tetapi Allah adalah Bapa-Nya. Dan Yesus tidak akan memanggil siapa saja sebagai Bapa-Nya selain Allah.

Ucapan Syukur Hana (Lukas 2:36-38)

Hana, seorang nabi yang mengerti buku Perjanjian Lama dengan baik ketika dia mengatakan Yesus adalah Pelepasan untuk Yerusalem. Yerusalem dalam hal ini adalah ibu kota Israel yang mewakilkan negara Israel secara menyeluruh. Perkataan Hana “Pelepasan untuk Yerusalem” adalah sama seperti Perkataan Simeon “Penghiburan bagi Israel” (Lukas 2:25). Pengharapan dan kemuliaan Israel terletak pada Mesiasnya – Tuhan Yesus Kristus – Anak Daud (Yesaya 52:9 ref. 2 Samuel 7:12-13). Lahir di Kota Daud (Lukas 2:11), Dia pada suatu hari akan memimpin semua dunia dari Yerusalem yang diperbaharui.

Natal Pertama

Siapakah yang mengunjungi Bayi Yesus pada malam Dia dilahirkan? Dalam cerita Natal yang dilakonkan oleh anak-anak sekolah minggu sekarang ini kita lihat bahwa Bayi Yesus dikunjungi para malaikat, para gembala domba dan orang Majus. Tetapi yang menjadi pertayaan adalah apakah cerita seperti itu yang sebenarnya?

Malaikat Mengunjungi Gembala (Lukas 2:8-14)

Berdasarkan catatan Lukas dalam Lukas 2:8-20, para pengunjung malam itu ketika Yesus lahir hanya para gembala. Kelahiran Kristus diumumkan kepada mereka oleh Malaikat Allah yang menampakkan diri pada mereka ketika mereka manjaga domba. Malaikat Allah membawa kabar damai sejahtera dari surga: “Jangan takut sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” (Lukas 2:10-11). Kemudian nampaklah oleh mereka bala tentara surga memuji Allah dan berkata “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya” (Lukas 2:14).

Apakah itu “damai sejahtera” dan “berkenan kepada-Nya atau kehendak Allah (good will)?” Damai sejahtera yang datang dengan kelahiran Kristus tentu bukanlah hal yang umum atau damai sejahtera yang tampak dari luar kepada manusia. Yesus sendiri berkata, “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi, Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang” (Mat 10:34). Hal ini sungguh nyata, ketika Kristus lahir, Raja Herodes membunuh massal bayi-bayi berumur dibawah dua tahun (Mat 2:16). Sebenarnya, tidak ada damai sejahtera. Tetapi damai sejahtera yang para malaikat beritahukan ini harus menjadi yang khusus, damai dalam hati yang menghasilkan pendamaian antara Allah dan manusia dalam Kristus. Paulus membicarakan hal ini dalam Roma 5:1, 9-10 “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita yang hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. … Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!” Kristus, pengantara kita telah menyelamatkan kita bukan hanya melalui kematian-Nya tetapi juga hidup-Nya. Kristus mendapatkan kebenaran/kekudusan (righteousness) Allah untuk kita ketika Dia hidup dengan hidup yang sempurna di dunia ini dalam menggenapi hukum Taurat (Mat 5:7-18). Damai sejahtera Allah yang datang dari Kristus adalah suatu hasil/akibat dimana Kristus mengenakan kekudusan/kebenaran-Nya pada kita ketika kita menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat kita.

“Kehendak Allah” yang para malaikat maksudkan bukan yang datang dari manusia tapi dari Tuhan. Oleh karena kehendak Allahlah maka kita menerima damai sejahtera. Kehendak Allah adalah sumber damai sejahtera kita. Damai sejahtera yang Tuhan berikan ini adalah anugrah yang cuma-cuma. Ini hanya semata-mata kasih anugrahNya bahwa orang-orang berdosa dikaruniakan damai sejahtera. Karena keselamatan adalah kasih karunia Allah semata-mata, Allah berbangga ketika orang-orang berdosa percaya dan Dia sajalah yang lanyak menerima segala kemuliaan. “Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar – tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati – Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Roma 5:6-7).

Para Gembala Menyembah Yesus (Lukas 2:15-20)

Kelahiran Kristus tidak disaksikan oleh orang-orang tinggi dan terhormat tetapi orang-orang yang rendah dan hina. Para malaikat membawa berita baik akan kelahiran Yesus bukan pada raja-raja, tetapi pada gembala-gembala domba. Tuhan Yesus sendiri lahir bukan di sebuah istana tetapi di kandang domba dan dibungkus dengan lampin. Allah pada permulaannya telah merencanakan bahwa damai sejahtera dan kehendak Allah akan diterima hanya oleh orang-orang yang merendahkan diri dihadapan Allah yang telah merendahkan diriNya bagi kita. Melalui contoh yang Allah nyatakan inilah maka Paulus menuliskan inspirasi untuk menasihati orang-orang Filipi untuk merendahkan diri: “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, manaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Filipi 2:5-8).

Minggu, 10 Agustus 2008

Kelahiran Yesus, Sang Mesias (Lukas 2:1-7)

Filipi 2:8 menyatakan bahwa Tuhan Yesus mengambil rupa seorang manusia untuk mati bagi dosa-dosa kita: “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” Galatia 4:4-5 memberikan penjelasan tambahan bahwa Yesus menjadi manusia bukan hanya untuk mati tetapi juga untuk hidup bagi kita: “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat supaya kita diterima menjadi anak.” Yesus memelihara hukum Taurat dengan sempurna selama hidupNya untuk menebus kita. Jadi sangat penting diketahui bahwa kita diselamatkan oleh kedua ketaatan Yesus Kristus yaitu ketaatan aktif dan pasif, hidup dan kematian-Nya. Sebagaimana kita mempelajari kehidupan Kristus, kita akan melihat bagaimana Dia menyelamatkan kita bukan hanya melalui kematianNya (ketaatan pasif), tetapi juga melalui hidupNya (ketaatan aktif) bagi kita.

Kapankah Kristus lahir? Sekarang ini kita hidup dalam masa yang dikenal dengan Sesudah Masehi atau yang lazim dikenal dengan AD (Anno Domini, “in the year of the Lord” [Yesus Kristus]). Periode sebelum AD dikenal dengan BC (Before Christ) “Sebelum Masehi.” Berdasarkan pemikiran BC dan AD, banyak orang berpikir bahwa Kristus lahir pada tahun 1 AD (Sesudah Masehi). Kesimpulan ini adalah salah. Kristus pasti tidak lahir pada tahun 1 AD (Sesudah Masehi). Matius 2:1 memberitahukan pada kita bahwa Kristus telah lahir pada saat Herodes sebagai raja. Tetapi pada tahun 1 AD (Sesudah Masehi), Herodes Agung sudah tidak hidup; dia mati pada tahun 4 BC (Sebelum Masehi). Lagi pula Lukas 2:2 memberitahukan kita bahwa Kristus lahir pada saat Kirenius mengadakan Census. Sejarah mencatat bahwa Census ini terjadi pada tahun 5 BC (Sebelum Masehi). Oleh karena itu, Kristus tidak lahir pada tahun 1 AD (Sesudah Masehi).

Kristus lahir pada tahun 5 BC (Sebelum Masehi) dan bukan pada tahun 1 AD (Sesudah Masehi). Bagaimana perbedaan ini bisa terjadi? Hal ini terjadi berhubungan dengan salah perhitungan Dionisius (a Scythian monk) ketika dia mempersiapkan Standard Kalender untuk Gereja bagian Barat (Katolik Roma). Dalam Kalender Dionisius, 1 Januari 754 AUC (Anno Urbis Condidate “from the foundation of the city of Roma”) menjadi 1 AD (Sesudah Masehi). Hal ini menjadi suatu masalah karena penyelidikan kemudian membuktikan bahwa Herodes Agung (ref. Matius 2:1) meninggal tahun 750 AUC atau 4 BC. Bagaimana mungkin Yesus dilahirkan pada saat Herodes Agung sudah meninggal? Ini bertentangan dengan catatan sejarah dalam Firman Allah yang memberitahukan kita bahwa Yesus lahir ketika Herodes Agung masih hidup. Oleh karena itu, Yesus tak mungkin dilahirkan pada tahun 1 AD (sesudah masehi) tetapi beberapa lama sebelum kematian Herodes Agung tahun 4 BC sesuai dengan Firman Allah.

Jadi kapan Jesus dilahirkan? Yesus pasti sudah dilahirkan dua tahun lebih awal sebelum kematian Herodes Agung. Hal ini kita lihat dari Matius 2:7 yang memberitahukan bahwa setelah Herodes memastikan waktu munculnya Bintang (tanda kelahiran Kristus), dia memerintahkan pembunuhan semua anak laki-laki dibawah 2 tahun (Matius 2:16). Oleh karena itu, Yesus pasti sudah lahir antara tahun 6-4 BC (Sebelum Masehi).

Kita mengetahui bahwa Yohanes Pembaptis sudah dikandung Elisabet selama 6 bulan sebelum Maria mengandung Yesus (Lukas 1:36). Perbedaan umur Yohanes dengan Yesus hanya 6 bulan saja. Lukas 3:1 memberitahukan bahwa Yohanes memulai pelayanannya pada tahun ke 15 masa pemerintahan Kaiser Tiberius. Tiberius menjadi pemerintah pada tahun 11 AD (sesudah masehi). Jadi tahun ke 15 pemerintahannya jatuh pada tahun 26 AD (sesudah masehi) sebagai permulaan pelayanan baptisan Yohanes ketika dia berumur 30 tahun. Dengan memegang Lukas 3:23, berarti Yesus juga sudah hampir berumur 30 tahun pada masa tersebut karena Yesus 6 bulan lebih muda dari Yohanes. Hal ini memastikan bahwa tahun 5 BC (sebelum masehi) adalah tahun kelahiran Yesus (ingat tidak ada tahun 0 BC atau 0 AD). Untuk mengetahui lebih lanjut, kita dapat membaca dalam [“The Date of Christ’s Birth” in Chronological Aspects of the Life of Christ by Herold W. Hoehner (Grand Rapids: Zondervan, 1977), 11-27].

Yesus dilahirkan di sebuah kota kecil yang bernama Betlehem (ref. Mika 5:2). Dia tidak dilahirkan dalam sebuah istana tetapi di kandang domba, dan tempat tidurnya tidak dilapisi dengan kain sutra tetapi dengan lampin. Ini adalah kelahirn yang sangat sederhana dan hina bagi Dia yang adalah Anak Allah dan Raja dari segala raja. Rasul Paulus menarik suatu pelajaran penting dari inkaranasi Kristus dalam ke-Manusia-an-Nya dengan mengatakan: “Hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri; tetapi kepentingan orang lain juga. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Filipi 2:2-8). KelahiranNya yang hina menyatakan kehidupan yang akan Dia lalui yaitu kehidupan seorang hamba. Yesus berkata, “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Makrus 10:45). Dia datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani. Karena kita, Dia datang. Dia lahir untuk mati, untuk menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita.

Kelahiran Yohanes Pembptis (Lukas 1:57-80)

Setelah masa kehamilan selama 9 bulan, Yohanes lahir dari Elisabet dan Zakaria (Lukas 1:57). Selama beberapa bulan itu, mulut Zakaria membisu. Dia dibisukan karena dia meragukan perkataan malaikat Gabriel. Melalui sebuah papan tulis, dia menuliskan nama anaknya Yohanes sebagai ketaatannya pada Tuhan (Lukas 1:63-64).

Setelah Tuhan menyembuhkan kebisuaannya, Zakaria mengumumkan pada semua orang bahwa anaknya Yohanes akan menjadi kemuliaan bagi Allah. Yohanes akan “disebut nabi Allah Yang Mahatingg; karena engkau akan berjalan mendahului Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya, untuk memberikan kepada umat-Nya pengertian akan keselamatan yang berdasarkan pengampunan dosa-dosa mereka, oleh rahmat dan belas kasihan dari Allah kita, dengan mana Ia akan melawat kita, Surya pagi dari tempat yang tinggi, untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan dan dalam naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera” (Lukas 1:76-79).

Semua ini terjadi karena Allah setia. Allah mengingat sumpah (covenant) yang Dia buat dengan Israel – “sumpah yang diucapkan-Nya kepada Abraham, bapa leluhur kita, bahwa Ia mengaruniai kita, supaya kita, terlepas dari tangan musuh, dapat beribadah kepada-Nya tanpa takut, dalam kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya seumur hidup kita” (Lukas 1:73-75; ref. Kejadian 12:1-3; 13:14-17; 15:4-5, 17-18; 17:1-8; 22:15-18). Janji penyelamatan yang Allah berikan terdiri dari dua bagian yaitu secara jasmani dan spiritual. Mesias sudah datang menyelematkan kita dari musuh kita. Musuh di sini bukan hanya berbicara mengenai orang-orang jahat tetapi juga para malaikat yang jatuh (Luzifer dan pengikutnya). Dia akan menyelamatkan kita dari kutukan dosa yaitu maut dan dari perhambaan Setan dan dosa (1 Kor 15:26, Roma 16:20, Kol 1:12-13). Dia bukan hanya memerintah atas hati manusia tetapi juga semua negeri di bumi ini dalam kekudusan dan kebenaran (Yes 2:1-5; 9:6-7, 11:1-9, Fil 2:5-11; 1 Tes 3:13; 2 Tes 1:7-9; Wahyu 19:11-20:6).

Nyanyian Pujian Maria (Lukas 1:46-56)

Maria mengetahui posisinya dalam rencana Allah. Dia juga tidak memikirkan bahwa dia adalah “Ibu Tuhan” dan tidak menganggap dia lebih tinggi dari Kristus. Pada awal sekali dia menyatakannya dengan jelas bahwa dia adalah “hamba Allah.” Maria juga tidak melihat dirinya sebagai manusia sempurna atau manusia tidak berdosa (berbeda dengan doktrin Gereja Katolik Roma yang mengajarkan Maria tidak berdosa sejak dia mengandung Yesus). Justru Maria mengakui sifat keberdosaannya (sinfulness) ketika dia mengakui bahwa Allah adalah Juruselamatnya. Maria mengatakan “Kuduslah nama-Nya” dan bukan “Kuduslah namaku.”

Yohanes Calvin yang menentang pendewaan Maria yang dilakukan Katolik Roma memberikan komentar sebagai berikut, “Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa kegembiraan Maria bukan karena hal-hal yang lain tetapi karena dia mengetahui dia diberkati oleh Tuhan yang dikenal sebagai kasih karunia Allah. Maria berkata “Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia.” Apakah Maria mencari pujian seperti ini dengan kekuatan atau paksaannya? Kenyataannya tidak demikian, dia tidak mengatakan hal yang lain selain pekerjaan Allah. Oleh karena itu, kita melihat sekarang perbedaan pandangan tokoh-tokoh Katolik Roma mengenai Maria di mana dia diangungkan oleh segala kekeliruan pengikut Gereja Katolik Roma yang sebenarnya Maria sendiri sadar dia tidak menerima hal yang demikian dari Tuhan. Mereka memberikan julukan-julukan yang tinggi pada Maria seperti, ‘Ratu Surga, Bintang Keselamatan, Pintu Kehidupan, Yang Termanis, Pengharapan, dan Keselamatan.’ Sesungguhnya mereka sudah diperalat Setan dan mereka memberikan kekuasaan pada Maria atas Kristus, seperti lagu pujian mereka, “Kami mohon Bapa, perintahkanlah AnakMu.” Dari ekspresi pernyataan ini, tidak ada bukti hal ini datang dari Tuhan. Semua julukan yang diberikan pada Maria pasti disangkal Maria. Jika memang tugas Maria untuk memuliakan nama Allah saja, yang telah melakukan hal-hal yang baik padanya, maka tidak ada tempat untuk berpura-pura dengan memberikan julukan pada Maria. Disamping itu, dengan melakukan hal yang demikan pada Maria, ini berarti tidak menghormati Maria, kemudian merampok apa yang seharusnya diberikan untuk Anak Allah dan mengenakan jubah jurahan” (Harmony 1:66-7).

Nyanyian Pujian Elisabet (Lukas 1:29-45)

Setelah mendengar perkataan Malaikat tentang sanaknya (sepupu) bahwa Elisabet sedang mengandung (ref. Lukas 1:36), Maria dengan segera pergi melihat Elisabet, dan tidak ada keraguan bahwa Maria juga memberitahukan apa yang Allah lakukan padanya. Bukan hanya Elisabet tetapi juga bayi Yohanes meskipun masih dalam kandungan ibunya, melonjak kegirangan mendengar panggilan Maria. Dengan dipenuhi Roh Kudus, Elisabet mengucapkan berkat pada Maria dengan memanggilnya “Ibu Tuhanku.” Yohanes Calvin mengatakan bahwa frase “Ibu Tuhanku” “Menyatakan suatu kesatuan pribadi dalam dua sifat alami Kristus; seperti yang dia (she) katakan bahwa Yesus dilahirkan dengan tanpa noda dan dosa dalam kandungan Maria, dalam saat yang sama, Allah yang kekal” (John Calvin, Commentary on Matthew, Mark, and Luke, trans William Pringle, 1:63). Perlu dicatat bahwa ini tidak mengatakan bahwa Maria adalah “Ibu Tuhan” seperti yang diajarkan oleh Gereja Katolik Roma yang mendewakan Maria. Pernyataan Elisabet tidak mendewakan Maria sama sekali, tetapi Kristus! Perhatian utama di sini bukan pada Maria tetapi pada Kristus.

Minggu, 03 Agustus 2008

Pengumuman Kelahiran Yesus Kepada Yusuf

Maria tidak memberitahukan Yusuf tentang kandungannya. Dia mungkin berpikir lebih berhikmat dengan membiarkan Allah yang akan memberitahukannya pada Yusuf sebab hanya Allah saja yang dapat memberitahukan cerita yang tidak mungkin ini menjadi benar-benar mungkin (kenyataan).

Tanda-tanda kehamilan Maria dengan cepat dapat diketahui Yusuf. Karena Yusuf mengetahui bahwa kehamilan Maria tidak berhubungan dengan dia. Dia pasti menyimpulkan bahwa Maria tidak setia dan telah melakukan percabulan. Dosa seperti ini dapat dihukum mati (Ul 22:23-24). Yusuf, seorang yang tulus hati, dia tidak ingin menikah dengan seorang pecabul. Dia harus memutuskan hubungan mereka tetapi pada saat yang sama ia sangat mencintai Maria. Oleh karena itu dia dengan diam-diam ingin meninggalkan Maria. Dalam keadaan seperti ini, maka Tuhan dengan waktu yang tepat, menyatakan kebenaran pada Yusuf. Dalam suatu mimpi Allah berkata pada Yusuf untuk mengambil Maria sebagai isterinya. Anak yang dalam kandungannya bukanlah anak yang biasa. Maria akan melahirkan seorang anak namanya YESUS “Karena Dia yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka” (Mat1:21). Yusuf diberitahukan bahwa semua ini dilakukan agar nubuat dalam Yesaya 7:14 digenapi, “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” – yang berarti: Allah menyertai kita” (Mat 1:23). Yusuf sebagai orang yang takut akan Tuhan tidak mempertanyakan atau meragukan pemberitahuan malaikat itu tetapi dia melakukan seperti yang diberitahukan kepadanya. Yusuf tidak bersetubuh dengan Maria hingga Maria melahirkan Yesus (Mat 1:25). Sesungguhnya seorang anak dara mengandung dan melahirkan seorang Anak yang dinamai Yesus.

Apakah Yesus menggenapi nubuat anak dara melahirkan dalam Yesaya 7:14 secara langsung dan harfiah? Tentu tidak ada pertanyaan dan keraguan akan hal ini. Hanya Kristus Yesus yang demikian dan dilahirkan melalui anak dara. Perlu dicatat bahwa hal yang sangat mengganggu adalah banyak buku-buku tafsiran dan Study Alkitab sekarang ini menentang nubuat Mesianik Yesaya 7:14 dengan mengatakan bahwa bukan hanya Kristus – Anak Allah – yang menggenapi nubuat ini. Mereka mengatakan Yesaya 7:14 sudah digenapi, yang paling utama dalam kelahiran seorang anak pada Yesaya melalui isteri keduanya. Banyak mengatakan bahwa itu sudah digenapi dalam anak Ahaz yaitu Hezekia. Walaupun sudah digenapi secara histori melalui anak Yesaya atau Ahaz, tentu juga digenapi dalam Kristus. Pandangan penggenapan ganda seperti ini adalah lidah bercabang dua menyerang Kristus dan Firman-Nya.

Dari beberapa pandangan buku tafsiran atau Study Alkitab dapat disimpulkan bahwa (1) kata “almah” memiliki dua arti: “perempuan muda yang sudah dapat nikah (a young woman of marriageable age)” dan “anak dara (virgin).” (2) Menunjukkan kegadisan isteri Ahaz atau isteri kedua Yesaya (yang adalah anak dara sebelum menikah, tetapi tidak lagi sesudahnya), dan terakhir pada anak dara Maria. (3) Anak yang akan dilahirkan menunjuk pada Maher-Syalal Hasy-Bas atau Hezekia, dan terakhir pada Yesus Kristus. Oleh karena itu Yesaya 7:14 memiliki dua arti dan menuntut dua penggenapan: (1) Penggenpan yang terjadi pada saat itu yaitu anak yang lahir pada masa Yesaya dan (2) Penggenapan yang terakhir yaitu Mesias. Perlu ditekankan bahwa cara penafsiran seperti ini dipengaruhi oleh metode penafsiran Walter Kaiser. Tetapi kita tidak melihat pembagian kategori seperti diatas. HANYA ADA SATU PENGGENAPAN AYAT TERSEBUT YAITU DALAM DIRI YESUS KRISTUS. Hal ini sangat jelas dinyatakan dalam Matius 1:22-23, “Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: ‘Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel’ – yang berarti: Allah menyertai kita.” Matius 1:22-23 ini adalah komentari atau tafsiran dari Yesaya 7:14. Matius mengartikan penjelasan nubuat Imanuel seperti Yesaya artikan yaitu pada Yesus Kristus.

Catatan mujizat kelahiran Tuhan Yesus Kristus dalam Injil mencatat penggenapan nubuat Imanuel. Mesias telah lahir dalam keluarga Daud (Matius 1:18-25, Lukas 1:26-38). Berita baik ini disampaikan oleh malaikat Gabriel yang datang dari Allah untuk membuktikan Yesaya 7:14 digenapi hanya dalam Tuhan Yesus. Anak Allah yang inkarnasi benar-benar Imanuel, Allah beserta kita. Dengan jelas Yesaya 7:14 menuntut hanya satu penggenapan dan itulah yang disampaikan oleh malaikat Gabriel. Jadi pandangan ganda Yesaya 7:14 harus ditolak. Kalau memang penggenpan nubuat ini tidak hanya satu, kenapa harus dua saja? Kenapa tidak lebih dari dua?

Pengumuman Kelahiran Yesus Kepada Maria

Malaikat Gabriel mengumumkan kelahiran Kristus kepada Maria dan Yusuf pada kesempatan yang berbeda. Pengumuman ini pertama kali diberitahukan pada Maria (Lukas 1:26-38) dan kemudian kepada Yusuf (Mat 1:18-2 5).

Kepada Maria (Lukas 1:26-38)

Malaikan Gabriel memberitahukan pada anak dara Maria bahwa dia akan mengandung seorang anak yaitu Yesus, Juruselamat, melalui kuasa Roh Kudus (Lukas 1:31, 35, Mat 1:18). Dia akan mengandung ketika dia masih sebagai anak dara (virgin). Proses mengandung dan melahirkan di sini berarti supernatural (ajaib). Kelahiran bayi yang dikandung Maria harus bersifat extraordinary dan mujizat. Malaikat Gabrial memberitahukan Maria untuk tidak heran dengan semua ini karena bayi yang dikandungnya, “Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan” (Lukas 1:31-35). Namun demikian Nubuat malaikat Gabriel ini bukanlah yang baru. Gabriel di sini hanya mengulang kembali apa yang nabi Yesaya telah katakan dalam Yesaya 9:5-6, “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini.”

Perlu dicatat bahwa Elisabet yang sudah mengandung Yohanes selama 6 bulan adalah sanak (sepupu) Maria (Lukas 1:36). Oleh karena itu Yohanes 6 bulan lebih tua dari Yesus.

Pengumuman Kelahiran Yohanes Pembatis Kepada Zakharia

Malaikat Gabriel mengumumkankan kepada Imam Zakharia bahwa Elisabet, isterinya akan mengandung seorang anak laki-laki yang akan dinamai Yohanes. Zakharia dan Elisabet tidak pernah dapat memperoleh anak, karena Elisabet mandul. Disamping itu juga Zakharia dan Elisabet sudah tua. Menurut pikiran manusia, tidak akan mungkin mereka dapat memperoleh anak lagi pada saat itu. Tetapi tidak ada yang mustahil bagi Allah; Dia dapat membuatnya terjadi. Dengan demikian, berita ini merupakan kabar baik bagi Zakharia dan Elisabet.

Allah memiliki tujuan yang khusus bagi anak mereka yaitu Yohanes. Dia harus menjadi seorang yang bernazar, dikuduskan untuk Allah bagi pelayananNya (Lukas 1:15 ref, Bil 6:1-21). Yohanes, seorang yang dipenuhi Roh Kudus, dan dikarunia semangat dan kuasa Elia, yang akan membuat banyak orang Israel meninggalkan dosa dan berbalik pada pertobatan pada Allah (Lukas 1:15-17).

Minggu, 20 Juli 2008

Silsilah Yesus Kristus Seperti Tercantum dalam Lukas 3:23-38

Injil Lukas menitik beratkan pada ke-Manusia-an Kristus. Dalam hal ini Lukas memperkenalkan Yesus sebagai Manusia Sempurna. Dia adalah Allah-Manusia. Dengan jelas Lukas menggunakan jabatan “Anak Manusia” untuk memfokuskan ke-Manusia-an Yesus Kristus sebanyak 26 kali dalam injil Lukas melebihi dari ketiga injil lain (Matius, Markus dan Yohanes). Sehubungan dengan pandangan ini, maka tidak heran silsilah Yesus yang dicantumkan Lukas menunjuk kembali pada manusia yang pertama yaitu Adam (Lukas 3:38).

Sangat perlu diperhatikan perbedaan silsilah Yesus Kritus menurut Matius dan Lukas. Kedua silsilah ini sama-sama menunjuk kembali pada Daud (Mat 1:6-7, Lukas 3:31). Namun demikian, sesudah nama Daud, kedua silsilih ini ada perbedaan. Dalam Matius, garis keturunan itu dilanjutkan melalui Salomo. Sedangkan dalam Lukas dilanjutkan melalui Natan. Kedua nama ini (Salomo dan Natan) adalah anak-anak Daud melalui Batsyeba (2 Sam 5:14, 12:24). Jadi sangat jelas bahwa silsilah menurut Matius adalah silsilah menurut Yusuf (Mat 1:16). Kalau memang demikian maka dapat disimpulkan bahwa Lukas menulis menurut silsilah Maria. Hal ini benar karena Yusuf tidak mungkin memiliki dua silsilah keturunan. Dengan kesimpulan yang demikian maka ada pertanyaan yang timbul: Bagaimana kita menjelaskan bahwa Yusuf adalah anak Eli dalam Lukas 3:23? Sebenarnya tidak ada masalah dalam melihat Yusuf anak Eli. Kita dapat menjelaskan situasi ini sebagai berikut: Ayah kandung Yusuf adalah Yakub (Mat 1:16). Dan Eli adalah ayah Maria dan juga ayah mertua Yusuf. Lukas dalam hal ini sangat berhati-hati dalam penulisannya karena dia tidak mengatakan bahwa Eli “memperanakkan” [begat] Yusuf (ref. Mat 1:16). Lukas dalam silsilah ini menuliskannya dengan memakai “anak.” Kata “Anak” di sini dapat diartikan sebagai “anak menantu.” Hal ini didukung oleh buku Tafsiran Agama Yahudi yang dikenal dengan “Talmud” yang menyatakan bahwa Maria adalah “anak perempuan Eli” (Haghigha: 77:4).

Silsilah Yesus Kristus Seperti Tercantum dalam Matius 1:1-17

Injil Matius ditulis dengan pikiran utama adalah orang Yahudi. Hal ini terjadi karena tujuan utama Matius ingin membuktikan bahwa Yesus Kristus adalah benar-benar Mesias yang dijanjikan Allah. Jadi satu cara untuk membuktikannya adalah dengan menyusut silsilah Yesus. Silsilah yang titulis oleh Matius menunjukkan bahwa Yesus datang dari garis keturunan Abraham dan Daud sebagai penggenapan Perjanjian Allah kepada Abraham dan Daud (the Abrahamic dan Davidic covenants). Maka untuk mempermudah ingatan, Matius memperkenalkan silsilah tersebut dengan pembagian tiga periode yang tiap periode terdiri dari 14 keturunan (generation). (1) Periode Patriakh: yaitu mulai dari Abraham hingga Daud, (2) Periode Monarkh: yaitu mulai dari Salomo hingga pembuangan orang Israel ke Babilon, dan (3) Periode Setelah Pembuangan: yaitu mulai dari pembebasan oleh Persia hingga Yusuf. Matius menyusut garis keturuan Yesus Kristus melalui Yusuf kembali pada Daud dan Abraham.

Silsilah Kristus yang ditulis Matius memberitahukan bahwa Yesus adalah anak Abraham, dan Daud. Hal ini sangat berarti karena inilah yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama bahwa Mesias harus dari keturunan Abraham (Kej 13:15 ref, Gal 3:16, Yoh 8:56) dan Daud (2 Samuel 7:12-13).

Hal yang sangat perlu kita perhatikan dalam silsilah Yesus Kristus adalah tercantumnya nama dua orang perempuan (Mat 1:5). Munurut kebiasaannya hanya laki-laki yang lanyak dimasukkan dalam silsilah tetapi kita menemukan nama dua perempuan yaitu Rahab (Yos 2) dan Rut (Rut 1-4). Yang lebih penting lagi adalah bahwa mereka ini bukan orang Yahudi. Rahab adalah pelacur dari Yerikho dan Rut adalah perembuan Moab. Kenapa diberikan kehormatan yang demikan kepada mereka? Bukankah hal ini memberikan pengajaran yang sangat penting bahwa kemurahan Allah diberikan bukan hanya pada orang Yahudi tetapi juga bagi bangsa lain [Gentiles] (Gal 3:28-29)? Karena kasih karunia Allah melalui iman, Rahab diselamatkan dan kemudian menikah dengan Salmon cucu dari Yehuda. Hasil pernikah mereka, maka lahirlah Boas yang menikah dengan Rut, perempuan Moab itu, yang kemudian melahirkan Obed, ayah dari Isai dan Isai memperanakkan Daud, raja Israel. Kita bersyukur pada Allah karena Dia tidak mengganggap kita orang-orang yang di luar Israel sebagai orang asing tetapi memberikan kasih karuniaNya.

Sebelum kita melanjutkannya, ada masalah penting yang harus kita selesaikan. Allah telah berjanji bahwa Mesias akan datang dari keturunan Daud dan akan duduk pada takhtanya (2 Sam 7:12, Yes 9:7). Tetapi dalam Yeremiah 36:30 (ref. Yer 22:30), Allah memberikan kutuk pada Yoyakim: “Ia tidak akan mempunyai keturunan yang akan duduk di atas takhta Daud.” Kita membaca dalam Matius 1:11 bahwa Yusuf adalah dari garis keturunan Konya, anak Yoyakim (Yer 22:24), raja yang terkutuk itu. Pertanyaannya adalah “Bagaimanakah Yesus tergolong dalam silsilah Yusuf, namun tidak bertentangan dengan kutukan Allah yang diberikan kepada Yoyakim? Jawabannya terletak pada mujizat kelahiran Yesus Kristus dari anak Dara Maria. Allah tidak menentang kutuk yang diberikanNya pada Yoyakim karena Yesus tidak dilahirkan dari Yusuf tetapi dari Maria. Silsilah yang ditulis Matius adalah garis keturunan menurut Yusuf, sementara apa yang ditulis oleh Lukas adalah menurut Maria. Jadi Allah tetap memegang firmanNya untuk kedua catatan tersebut (1) Janji kepada Daud sudah digenapi karena Yesus lahir dari Anak Daud dalam silsilah Maria yang diusut kembali kepada Natan; (2) dalam waktu yang sama kutuk yang diberikan pada Yoyakim tetap sebagaimana adanya karena Yesus bukan dan tidak menjadi keturunan Konya secara jasmaniah karena mujizat kelahiranNya.

Silsilah Yesus Kristus

Ada apa dengan Silsilah? Silsilah bermanfaat untuk menyusut asal leluhur seseorang. Hal ini sangat penting bagi keturunan Yahudi untuk dapat mengetahui dan menyusut silsilahnya. Hal ini disebabkan, karena bagi orang Yahudi, silsilah berperan sebagai Kartu Identitas. Orang-orang Israel membuktikan suku-suku mereka dengan silsilahnya (ref. Filipi 3:5). Dalam hal ini jelas terlihat bahwa Yesus menyatakan diriNya sebagai Anak Daud. Apa yang merupakan buktinya? Buktinya ada dalam silsilahNya. Maka tidak heran bahwa Matius menuliskan injilnya pada orang-orang Yahudi dimulai dengan mencoba membuktikan bahwa Yesus sesungguhnya Anak Abraham dan Anak Daud.

Prolog Injil dalam Lukas 1:1-4

Masa hidup Yesus di dunia tidak hidup dalam pengasingan. Dia juga tidak tinggal di padang gurun atau gunung tinggi, tetapi membagikan hikmat surgawi pada orang-orang yang mengambil jalan sempit untuk datang kepadaNya. Tuhan Yesus selalu bergabung dengan orang banyak. Dia berjalan, makan bersama mereka, mendengarkan mereka dan berbicara pada mereka, dan tinggal bersama mereka. Setiap pergerakan dan tindakanNya diamati oleh sekelompok orang yaitu 12 orang yang Dia pilih menjadi murid-muridNya yang menjadi saksi mata segala sesuatu yang telah terjadi. Dengan hidup dekat bersama mereka, Yesus membuktikan bahwa Dia benar-benar manusia. Mereka melihat Dia lapar, haus dan letih. Dia tidak berbeda dengan mereka terkecuali pada hal ini bahwa Dia tidak berdosa.

Murid-murid yang mengikutiNya menjadi “Pelayan-pelayan Firman (logos).” Rasul-rasul Kristus ini tidak memiliki keraguan mengajarkan kehidupan Kristus kepada semua orang percaya. Lukas sendiri dipimpin oleh Roh Kudus untuk menuliskan catatan kehidupan Yesus Kristus.

Hal yang menarik adalah bahwa Lukas menunjuk pada Kristus sebagai Firman atau Logos (yang sebenarnya hal ini adalah tipe tulisan Yohanes). Dengan demikian, Lukas juga memberitahukan pada pembacanya bahwa dia memberitakan Kristus yang sama, yaitu Kristus yang diberitakan Yohanes. Logos yang diberitakan Lukas sama dengan Logos yang diberitakan Yohanes. Namun demikian, meskipun kedua penulis memberitakan orang yang sama yaitu Yesus, mereka melihat Yesus dari sudut pandang mereka yang berbeda. Yohanes misalnya menekankan ke-Tuhanan Kristus, sementara Lukas menekankan ke-Manusiaan Kristus. Lukas lebih memilih memanggil Yesus “Anak manusia” sebanyak 26 kali, tetapi Yohanes di sisi lain adalah satu-satunya yang mencatat pernyataan mutlak Yesus yaitu “Aku Adalah” sebanyak 7 kali (Kel 3:14, Yoh 8:58 ref. 6:35, 9:5, 10:7, 9, 11, 14, 11:25, 14:6, 15:1, 5). Hal ini juga menunjukkan hal yang menarik sebab angka tujuh dalam catatan Alkitab adalah angka ilahi. Dengan kata lain, ini memberitahukan bahwa Yesus adalah Jehovah, Dia adalah Allah.

Meskipun Lukas dan Yohanes memiliki penekanan yang berbeda pada sifat alami Kristus, keduanya menyadari bahwa Yesus adalah Allah dan Manusia. Lukas dengan yakin mengatakan Amin pada Yohanes ketika dia menulis “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup – itulah yang kami tuliskan kepada kamu. Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami. Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus” (1 Yoh 1:1-3).

Sabtu, 19 Juli 2008

Firman itu adalah Allah

“Firman itu adalah Allah.” Pernyataan ini memproklamirkan bahwa Yesus adalah Allah sendiri. Yesus adalah Ilahi (Deity). Dalam Alkitab SAKSI JEHOVAH yang dikenal dengan “Alkitab Terjemahan Dunia Baru” [The New World Translation] secara mutlak salah menterjemahkan ayat “Firman itu adalah satu allah” [The Word was a god.” Pandangan yang salah Saksi Jehovah ini menjadikan Yesus sebagai allah yang lebih kecil dan bukan 100% Allah seperti JEHOVAH (Allah Bapa) adanya tetapi hanya 50% allah, telah menghancurkan teks Alkitab. Kelompok ini memberikan argumentasi bahwa kata Yunani Qeo" (theos) yang berarti “Allah” dalam ayat ini harus diartikan “satu allah” [a god] karena dalam dalam teks aslinya (Yunani) tidak terdapat kata sandang tertentu (definite article) yaitu “the” dalam bahasa Inggris. Dalam hal ini pengetahuan yang sedikit akan bahasa Yunani sangat berbahanya. Suatu kata benda Yunani tidak membutuhkan kata sandang tertentu (definite article) untuk menjadikannya kata benda Yunani yang tidak memiliki kata sandang [A Greek noun does not require a definite article to make it definite]. Khususnya hal ini terjadi dalam Predikat Nominatif yang mendahului kata kerja “to be” (eijmi dalam bahasa Yunani). Rumus ini sesuai dengan “Aturan Cowell” [Cowell’s Rule].

Jadi keilahian Yesus sangat jelas diuraikan dalam ayat seperti dibawah ini. (1) Dalam Yoh 10:30, Yesus berkata “Aku dan Bapa adalah satu.” Melalui perkataan ini Yesus bermaksud bahwa Dia adalah Allah sendiri (ref. Ayat 33). (2) Filipi 2:5-7 berkata, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, manaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun menunjuk pada essence dalam rupa Allah itu, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa (morfhv) seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia.” “Dalam rupa Allah” berarti “Dalam kesamaan dengan Allah” (lihat Alva J. McClain, “The doktrin of he Kenosis in Philippians 2:5-8,” The Bibilical Review 13 [1928]: 206-27; reprinted in The Master’s Seminary Journal 9 [1998]: 85-96). Dan (3) Colose 2:9 menyatakan, “Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan.” Yesus adalah 100% Allah sebelum Dia menjadi manusia. Dan ketika Dia menjadi 100% manusia, Dia tidak berkurang dari 100% Allah. Dia adalah 100% Allah-Manusia – Theanthropos – selama-lamanya (ref. Ibrani 7:24).