Rabu, 12 November 2008

Murid-Murid Yohanes Menjadi Murid Yesus (Yohanes 1:35-51)

Dalam catatan firman Tuhan dalam Yohanes 1:35-51 menjelaskan Mesias sudah tiba, dan Yohanes sudah pensiun. Dia mengarahkan murid-muridnya pada Allah sendiri. Andreas sebelumnya merupakan murid Yohanes tetapi sekarang menjadi pengikut Yesus. Kemudian Andreas membawa Simon, saudaranya untuk melihat Yesus. Namun sebelum Andreas memperkenalkan saudaranya, Yesus sudah mengetahui namanya, dan mengenalnya sebagai Simon - anak Yohanes. Ini merupakan satu bukti kemahatahuan Yesus. Yesus memberikan perhatian khusus dengan Simon, dan memberinya nama baru yaitu Kefas (Aram) yang berarti Petrus (Yunani) artinya “batu.”

Nama yang lain adalah Filipus. Yesus memasukkan namanya sebagai salah satu dari dua belas muridNya. Kemudian Filipus menemukan Natanael dan memberitahukan padanya berita baik, “Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi” (Yoh 1:45). Filipus mengenal Yesus sebagai Mesias yang diberitakan Musa dan para nabi (dalam Perjanjian Lama). Yesus adalah Nabi seperti Musa seperti dicatat dalam Ulangan 18:15, dan Juruselamat yang menderita seperti dicatat dalam Yesaya 53. Yesus juga menunjukkan kemahatahuanNya dalam pertemuanNya dengan Natanael. Dia mengetahui segala sesuatu mengenai Natanael ketika Dia melihatnya di bawah pohon ara sebelum Filipus memanggilnya. Oleh karena itu Natanael mengakui Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan Allah “Anak Allah” (ref. Daniel 3:25), dan “Raja Israel” (Yesaya 44:6).

Sementara murid-murid itu penuh keheranan atas kebesaran Mesias ini, Yesus memberitahukan bahwa mereka dapat berharap melihat hal-hal yang lebih besar lagi. Yesus berkata, “Sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia” (Yoh 1:51). Dalam kehidupan Kristus kita dapat melihat kemulian Yesus dalam beberapa kesempatan meskipun itu singkat. Pada kesempatan seperti itu, sorga terbuka dan malaikat-malaikat turun melanyaniNya. Kesempatan seperti ini juga terjadi pada saat baptisanNya dan sesudah masa pencobaanNya (Matius 2:13-4:11). Hal lain, yang akan datang adalah ketika Yesus dimuliakan di atas gunung (Mat 17:1-9), pada penderitaanNya di taman Getsemani (Lukas 22:39-46), pada kebangkitan (Mat 28:1-7) dan kenaikanNya (Kis 1:1-11).

Kesaksian Yohanes Pembaptis (Yohanes 1:19-34)

Yohanes menyatakan bahwa Yesus adalah “Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yoh 1:29). Kenapa Yohanes mengenali Yesus sedemikian? Untuk menjawabnya, William Hendriksen mengajukan pertanyaan retorik sebagai berikut: “Bukankah benar bahwa kesediaan tunduk Yesus untuk dibaptis dan dengan keberjayaanNya atas cobaan-cobaan Setan di padang gurun, Yesus sesungguhnya melakukan tugasNya dengan mengenakan pada diriNya kutuk hukum Taurat dan memberikan ketaatan yang sempurna?” (William Hendriksen, Commentary on John, 98).

Korban persembahan Perjanjian Lama tidak pernah dapat mengampuni dosa. Penulis buku Ibrani memberikan penjelasan sebagai berikut: “Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya. … Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa” (Ibrani 10:1, 4). “Tipe [bayangan]” dalam Perjanjian Lama menunjuk pada “anti-tipe [hal yang sebenarnya]” dalam Perjanjian Baru. Semua korban persembahan Perjanjian Lama hanya gambaran persembahan yang akan datang, yaitu, Domba Allah – Tuhan Yesus sendiri. Orang-orang kudus Perjanjian Lama diselamatkan bukan oleh darah domba atau lembu jantan yang dipersembahkan, tetapi melalui darah Anak Domba Allah saja yang sungguh-sungguh menghapus dosa dunia ini. Sebagai contoh, Habel diselamatkan bukan karena Dia mempercayakan dirinya pada domba yang dipersembahkannya, tetapi melalui domba tersebut, ia melihat dengan iman, yaitu Anak Domba Allah yang akan disediakan. Domba ini adalah Kristus – keturunan perempuan – yang akan meremukkan kepala Setan – ular (Kej 3:15). Itulah sebabnya dicatat, “Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati” (Ibrani 11:4). Petrus juga menulis, “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat” (1 Petrus 1:18-19).

Kedua ketaatan Kristus yang sempurna juga terlihat dalam metafor domba ini. Ketaatan pasif Yesus sebagai seorang Domba Allah boleh terlihat dalam kerelaanNya dipersembahkan kepada Allah untuk mendamaikan murkaNya menentang orang-orang berdosa. Dan ketaatan aktifNya sebagai Domba Allah terlihat dalam diriNya yang tanpa noda dan dosa, Dia sungguh tidak berdosa dibawah tuntutan hukum Taurat yang kudus.

Yesus Dicobai

Pencobaan Yesus dicatat dalam ketiga Injil Sinoptik (Lukas 4:1-13; Matius 4:1-11; Markus 1:12-13). Ini merupakan kejadian yang sangat penting dalam kehidupan Yesus. Kita diberitahukan bahwa Yesus, sebagai yang dipenuhi Roh Kudus, segera dipimpin oleh Roh ke padang gurun. Di sana Ia berpuasa selama 40 hari dan 40 malam serta dicobai oleh Setan. Selama masa ini, Yesus tidak makan apa-apa. Keadaan seperti ini membuatNya secara jasmania rawan pada godaan-godaan Iblis.

Kenapa Yesus harus menjalani pencobaan atau ujian pada waktu seperti ini? Yesus harus melalui waktu seperti ini sebab Ia harus mendapatkan atau mencapai kebenaran yang dibutuhkan umatNya agar bisa memasuki kerajaan sorga. Ini termasuk bagian dari ketaatan aktif Yesus. Sama seperti Adam harus diuji di Taman Eden untuk memperoleh kehidupan kekal melalui ketaatannya. Kristus sebagai Adam yang lebih Besar dan Hebat, harus menjalani cobaan seperti itu untuk menjamin keselamatan kita. Hal ini sangat jelas diajarkan Paulus dalam Roma 5:12-21: “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa. Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat. Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang. Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus. Dan kasih karunia tidak berimbangan dengan dosa satu orang. Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran. Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus. Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup. Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar. Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah, supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.” Adam gagal, tetapi Kristus berhasil melalui ujian. Jadi kita bukan hanya diselamatkan oleh kematianNya, tetapi juga kita “diselamatkan oleh hidup-Nya” (Roma 5:10).

Dalam Injil Lukas, catatan pencobaan Yesus ditempatkan sesudah silsilah Yesus di mana Lukas mengusut kembali kepada Adam. Lukas melalui pengajaran Paulus dengan benar menggambarkan Kristus sebagai Adam yang kedua yang harus mengerjakan apa yang Adam pertama gagal lakukan, yaitu hidup yang kekal. Apa yang Adam gagal lakukan dibawah “Covenant of Works” [Perjanjian Perbuatan Baik], Kristus berjaya melakukannya dibawah “Covenant of Grace” [Perjanjian Kasih Karunia].” Kristus, sebagai perwakilan sempurna manusia, memelihara Taurat Allah untuk kita melalui ketaatanNya yang aktif. Adam gagal menaati perintah Allah di Taman Eden dengan menyerahkan diri pada tiga godaan Setan yaitu (1) Keinginan danging (2) Keinginan mata dan (3) Keangkuhan hidup. Setelah dicobai Setan, Hawa mengambil bagian buah itu karena (1) “buah pohon itu baik” (keinginan daging), (2) “sedap kelihatannya” (keinginan mata), (3) “menarik hati karena memberi pengertian” (keangkuhan hidup). Dengan tidak menaati Allah, Adam dan Hawa bukan hanya menceburkan diri mereka saja, tetapi juga semua manusia jatuh pada penghukuman karena dosa.

Jika kita perhatikan pencobaan yang dialami Yesus, Yesus juga dicobai dengan cara yang sama seperti Adam dan Hawa alami: Yesus dicobai (1) untuk mengubah batu menjadi roti (keinginan daging), (2) dengan kerajaan dunia dan kemegahannya (keinginan mata), dan (3) menjatuhkan diri dari bubungan Bait Allah ke bawah (keangkuhan hidup). Kristus menang. Dia mengalahkan Setan dengan firman Allah dan mengutip firman Allah, (1) Ulangan 8:3 “Bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN,” (2) Ulangan 6:13, “Engkau harus takut akan TUHAN, Allahmu; kepada Dia haruslah engkau beribadah” dan (3) Ulangan 6:16, “Janganlah kamu mencobai TUHAN, Allahmu.” Firman Allah adalah Pedang Roh (Efesus 6:17). Firman Allah adalah senjata yang paling ampuh untuk menentang godaan Setan. Kristus mengalahkan Setan. Dia dengan sempurna mentaati perintah-perintah Allah. Dia menyelamatkan kita melalui ketaatan aktifNya.

Selasa, 11 November 2008

Permulaan Pelayanan Yesus Kristus: Yesus Dibaptis

Yesus Dibaptis, Pernyataan Allah Bapa dan Kehadiran Roh Kudus (Matius 3:13-17, Markus 1:9-11, Lukas 3:21-23, Yohanes 1:15-18)

Kita menemukan Yesus Kristus melakukan sesuatu yang luar biasa di sini: Dia datang pada Yohanes untuk dibaptis. Kita mengetahui bahwa baptisan Yohanes adalah merupakan baptisan “untuk pertobatan.” Yesus tidak berdosa dan Dia tidak memiliki sesuatu yang perlu diampuni atau ditobatkan. Yohanes sendiri penuh keheranan ketika Yesus datang kepadanya karena Tuhan Yesus menginginkan baptisan dari Yohanes.

Tuhan Yesus memberitahukan Yohanes alasannya kenapa Dia harus dibaptis. Yesus mengatakan bahwa Dia perlu dibaptis untuk “menggenapkan seluruh kehendak Allah.” Apakah maksudnya? Yohanes Calvin dengan hikmat mengkomentari, “Frase ‘seluruh kehendak Allah’ (all righteousness) sering berarti dalam Alkitab, pemeliharaan hukum Taurat: dengan demikian kita boleh menjelaskan bagian firman Allah ini bahwa karena Yesus dengan sadar menundukkan diriNya pada hukum Taurat, maka Dia harus memelihara setiap bagian hukum Taurat” (Harmony 1:180). Calvin juga mengatakan bahwa Yesus harus “tunduk pada BapaNya dengan ketaatan penuh, sementara alasan yang penting adalah untuk menguduskan Baptisan dalam tubuhNya, yang juga terdapat di antara Dia dan kita” (dikutip oleh Timothy Tow, The Gospel of Life [Singapore: Christian Life Distributors, 1983], 8). Allah Bapa menginginkan Allah Anak melakukan perintahNya sebagai perwakilan sempurna manusia. Anak menaati Bapa dan dengan merendahkan diri, menundukkan diriNya untuk melakukan kehendak Bapa. Itulah sebabnya setelah Yesus menyelesaikan baptisan dengan air, kita mendengar pernyataan Allah: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Matius 3:17). Di sini kita melihat kembali ketaatan aktif Yesus Kristus. Kristus menaati peraturan hukum Taurat akan baptisan air untuk memperoleh pembenaran yang kita butuhkan demi keselamatan kita. Yesus mencapainya melalui kuasa Roh Kudus yang diberikan padaNya tanpa batas.

Yohanes dalam melakukan tugasnya mengumumkan kepada semua orang bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah ada sejak dahulu kala. Dia telah datang untuk menyatakan kemurahan Allah yang besar. “Sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus” (Yoh 1:17). Apakah arti pernyataan ini? Apakah ini berarti bahwa dengan kedatangan kasih karunia Allah dan kebenaran dalam Kristus, hukum Taurat Allah oleh Musa yaitu ke-sepuluh hukum Allah, sekarang dihapuskan dan tidak lagi penting bagi orang-orang kudus dalam Perjanjian Baru? Tentu tidak. Mengenai hukum Taurat dan kasih karunia Allah dalam ayat ini, Agustinus, bapa gereja memberikan komentar sebagai berikut, “Oleh seorang hamba, hukum Taurat diberikan, dan manusia dibuat bersalah: oleh seorang kaisar, pengampunan diberikan, dan diselamatkan dari kesalahan. ‘Hukum Taurat diberikan oleh Musa.’ Jadi janganlah seorang hamba mengenakan pada dirinya melebihi dari apa yang dikerjakan melalui dia. Dipilih untuk pelayanan yang besar seperti seorang yang setia di rumahnya, tetapi juga seorang hamba, dia dapat bertindak sesuai dengan hukum Taurat tetapi tidak dapat melepaskannya dari kesalahan terhadap hukum Taurat. Oleh karena itu “‘hukum Taurat’ diberikan oleh Musa: tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.’”

“Mungkin ada yang berkata, bukankah kasih karunia dan kebenaran datang oleh Musa, yang melihat Allah? Maka secepat mungkin Dia [Yesus] menambahkan, “Tak seorangpun yang pernah melihat Allah.” Lalu bagaimana Allah dikenal oleh musa? Sebab Allah menyatakan diri-Nya kepadanya. Allah yang seperti apa? Kristus yang sama mengirimkan hukum Taurat terlebih dahulu oleh hambanya, supaya Dia sendiri datang dengan kasih karunia dan kebenaran.”

“Agustinus mengatakan dengan cara yang lain, … ‘Hukum Taurat diberikan agar kasih karunia dicari; kasih karunia diberikan agar hukum Taurat digenapi’” (dikutip oleh Timothy Tow, The Law of Moses and of Jesus [Singapore: Christian Life Publishers, 1986], 27-8).

Hukum Taurat tidak dihapuskan oleh kasih karunia. Karena jikalau tidak ada hukum Taurat, maka tidak diperlukan kasih karunia. Oleh karena kita berdiri dibawah kutukan hukum Taurat dalam dosa dan kesalahan maka kita membutuhkan kasih karunia Allah. Hukum Taurat membawa kita pada Kristus untuk kasih karunia yang dikaruniakanNya. Jadi, ketika kita menerima kasih karunia maka hukum Taurat menjadi terang dan kesenangan kita: “Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari. Perintah-Mu membuat aku lebih bijaksana dari pada musuh-musuhku, sebab selama-lamanya itu ada padaku” (Mazmur 119:97-98).

Hingga pada saat ini hukum Taurat berfungsi dalam tiga cara: Sebagai (1) Pedang (Sword) untuk membunuh kita dalam dosa-dosa kita (Roma 3:19), (2) Tongkat (Rod) untuk menuntun kita kepada Kristus (Gal 3:24), dan (3) senter atau obor (Torch) untuk menerangi langkah kita (Maz 119:105).

Pada Baptisan Tuhan Yesus, kita melihat penunjukan yang jelas akan Tritunggal Allah. Kita memiliki Allah Bapa di sorga, Allah Anak di bumi dan Allah Roh Kudus turun dari sorga ke bumi. Kita menemukan ketiga pribadi Allah dalam satu kejadian. Hal ini benar-benar menentang ajaran Sabellianisme atau Modalisme yang mengajarkan bahwa Allah tidak terdiri dari tiga pribadi tetapi hanya satu pribadi, dan Dia kadang-kadang menampakkan diri sebagai Bapa, terkadang sebagai Anak dan terkadang sebagai Roh. Ini adalah ajaran sesat yang dikutuk oleh gereja pada Konsili di Roma tahun 263 Masehi.

Hingga pada kejadian ini, Yesus “hampir tiga puluh tahun.” Yesus hanya kira-kira 6 bulan lebih muda dari Yohanes pembaptis (Lukas 1:26, 36). Jika keduanya lahir pada tahun 5 SM, maka mereka berumur kira-kira 30 tahun pada saat ini (26 M). Dalam Perjanjian Lama seorang Lewi memulai pelayanannya ketika mereka mencapai umur 30 tahun (Ulangan 4:47). Pada umur seperti ini juga Yusuf (satu dari kedua belas anak Yakub) menjadi Perdana Mentri Mesir (Kejadian 41:4, 6), dan Daud menjadi raja Israel (2 Samuel 5:4). Jadi hal ini sangat tepat bagi Yesus untuk memulai pelayanan-Nya pada umur 30 tahun.

Permulaan Pelayanan Yesus Kristus: Pelayanan Yohanes Pembaptis

Pelayanan Yohanes Pembaptis (Lukas 3:1-18, Matius 3:1-12, Markus 1:1-8)

Markus memulai catatan tentang kehidupan Kristus dengan perkataan ini: “Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah” (Markus 1:1). Ini merupakan pendahuluan yang baik tentang semua Injil. Istilah “Injil” (Yunani: euangelion) secara harfiah artinya “kabar baik.” Jadi injil hanya berbicara tentang Yesus Kristus dan kabar baik yang dibawakanNya. Kabar baik itu adalah tentang Kristus Yesus yang telah mati, dikuburkan, dan pada hari yang ketiga bangkit dari antara kematian sesuai dengan firman Allah (1 Kor 15:1-4). Markus (dan semua penulis injil yang lain) menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada kehidupan Kristus yang memimpin pada kematian, penguburan, dan kebangkitan untuk keselamatan umat-Nya.

Penampakan Kristus di dunia terbukti menurut sejarah. Alkitab tidak ragu-ragu tentang waktu kedatangan Yesus ke dunia ini. Kita sudah melihat bagaimana Dia lahir pada tahun 5 SM (Sebelum Masehi) ketika Herodes Agung menjadi raja. Sekarang Dia hampir memasuki kehidupan dan pelayanan-Nya kepada orang banyak. Lukas memberitahukan bahwa hal ini terjadi pada tahun ke 15 pemerintahan Kaisar Tiberius ketika (1) Pontius Pilatus menjadi wali negeri Yudea; (2) Herodes Antipas raja wilayah Galilea; (3) Filipus, saudara Herodes, raja wilayah Iturea dan Trakhonitis; (4) Lisanias raja wilayah Abilene (sebelah utara Iturea dimana Damsyik terletak) dan (5) Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar (Kayafas yang sebenarnya Imam Besar sejak tahun 18 M (Masehi), tetapi Hanas adalah Imam Besar yang sebelumnya, yang juga mertua Kayafas, yang pada masa itu masih memiliki pengaruh dan kontrol). Tahun ke 15 pemerintahan Kaisar Tiberius terjadi pada tahun 26 M (Masehi). Untuk penjelasan yang baik yang mendukung pandangan tradisi tahun 26 M (Masehi) ini , dapat dilihat dalam, [William Hendriksen, The Gospel According to Luke, NTC (Grand Rapids: Baker, 1978), 194-9].

Dalam mempelajari kehidupan Kristus, kita jangan gagal membicarakan pendahuluNya yaitu Yohanes. Kita juga jangan salah mengenal Yohanes ini dengan rasul Yohanes, penulis Injil keempat, anak Zebedeus. Jadi Yohanes yang dimaksud di sini sebagai pendahulu Kristus adalah “Yohanes Pembaptis,” anak Zakharia. Dia adalah Yohanes yang sama dalam Lukas 1:5-25, 57-80 seperti yang sudah dibicarakan.

Yohanes memulai pelayanannya sebagai pendahulu kedatangan Mesias pada umur 30 tahun (26 M). Ini merupakan penggenapan Yesaya 40:3-4. Nabi Yesaya menubuatkan bahwa kedatangan Kristus yang pertama akan didahului oleh pendahuluNya (His forerunner and heralder). Lokasi pelayanannya terletak di daerah padang gurun Yudea, dekat Sungai Yordan. Dia menyerukan “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu” (Lukas 3:3) dan “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” (Matius 3:2).

Bagaimanakah Yohanes dapat menarik perhatian orang-orang Yahudi dengan kothbah yang tidak begitu popular di tempat yang jarang ditempati orang? Tentu sekali hal ini akan bertentangan dengan teknik pertumbuhan gereja yang diajarkan sekarang ini. Tetapi tidak ada keraguan bahwa pelayanan Yohanes pembaptis adalah pelayanan yang luar biasa seperti diberitahukan bahwa orang banyak datang kepadanya dari “Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan” (Matius 3:5). Dia tidak harus pergi kepada orang banyak tetapi orang banyak datang kepadanya. Sesungguhnya ada kehausan besar akan Firman Allah terjadi karena Israel tidak memiliki nabi sejak nabi terakhir Maleakhi telah berbicara pada mereka. Ada selama 400 tahun yang dikenal dengan “Silent Years” [Tahun di mana Allah tidak berbicara pada manusia] selama masa periode Inter-testament (periode antara PL dan PB). Maleakhi bernubuat bahwa seorang nabi dalam roh dan kuasa Elia suatu hari akan datang. Dalam ayat kedua terakhir, nabi Maleakhi memberitahukan janji Allah: “Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu” (Mal 4:5). Hingga pada masa Yohanes, 400 tahun sudah berlalu. Mereka sudah sungguh-sungguh menunggu nabi yang dijanjikan ini. Apakah yang dimaksud ini adalah Yohanes?

Yohanes dengan pasti kelihatan seperti Elia dalam cara berpakaian. Dia “memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit” (Markus 1:5). Jubah bulu unta dan ikat pinggang kulitnya menyerupai penampilan nabi Elia (2 Raja-raja 1:8). Makanannya hanya belalang dan madu hutan. Penampakan dan cara hidup Yohanes sangat berbeda dari semua orang yang hidup di masa itu. Berita yang disampaikan sangat keras. Dia mencela dosa-dosa manusia dan memanggil mereka untuk bertobat. Khotbah yang demikian mungkin tidak pernah kedengaran sejak masa nabi Maleakhi. Di sini terlihat hubungan yang erat dalam hal pemberitaan nabi. Akhirnya Allah membangkitkan seorang nabi. Orang-orang Yahudi datang mendengarkannya tetapi sekelompok orang tertentu tidak menyukainya.

Di antara orang-orang yang datang melihat dan mendengarkan Yohanes Pembaptis adalah orang-orang Farisi dan Saduki. Siapakah mereka ini? Orang-orang Farisi (Bahasa Ibrani: perushim artinya “orang yang memisahkan diri”) adalah para guru-guru hukum Taurat (Torah). Mereka adalah para reformator Yahudi yang merupakan “polisi” agama Israel. Mereka adalah pelindung dan penegak hukum Taurat. Pada masa Perjanjian Baru, ada kira-kira 6000 orang Farisi. Orang Saduki di sisi lain, jumlahnya lebih sedikit dan mereka lebih berkubu dalam sistem Bait Allah. Misalnya, semua para Imam Besar adalah orang Saduki. Kedua kelompok Farisi dan Saduki sebenarnya tidak bersahabat. Kelompok Farisi secara teologi lebih ketat sedangkan kelompok Saduki lebih bersifat liberal. Kelompok Farisi percaya adanya kebangkitan dan kehidupan setelah kematian sementara kelompok Saduki menolaknya. Tetapi meskipun mereka tidak saling suka, ketika menentang Tuhan Yesus Kristus, permusuhan mereka seakan-akan hilang begitu saja. Untuk lebih mengetahui hal Farisi dan Saduki, silakan baca [Emil Schurer, The History of the Jewish People in the Age of Jesus Christ (Edinburgh: T & T Clark, 1979), 2:381-414].

Ketika orang-orang Farisi dan Saduki datang pada Yohanes untuk dibaptis, dia mencela dan memanggil mereka sebagai “keturunan ular beludak.” Mereka datang kepada Yohanes untuk dibaptis tanpa mereka benar-benar bertobat dari dosa-dosanya. Jadi tidak cukup bagi seseorang hanya mengatakan dia memiliki iman, tetapi hal yang sangat penting adalah dia menyatakan imannya yang benar melalui pekerjaan baik yang dihasilkannya. Itulah sebabnya Yohanes mengingatkan mereka, “Siapakah yang mengatakan kepada kamu melarikan diri dari murka yang akan datang? Jadi hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan. Dan janganlah berpikir dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini! Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, akan ditebang dan dibuang ke dalam api” (Lukas 3:7-9; ref. Yakobus 2:21-24). Anggapan orang Farisi dan Saduki sebagai orang yang benar dan kudus adalah munafik. Perbuatan mereka tidak sesuai dengan perkataannya. “Iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati” (Yakobus 2:20, 26). Yohanes adalah orang yang pertama kali menyatakan atau membukakan ketidak-berimanan mereka dan Yesus dalam pelayananNya juga tidak gagal mengutuk kemunafikan mereka.

Keberanian Yohanes mencela orang Farisi dan Saduki (mereka adalah orang yang terhormat di negeri orang Yahudi) mendorong mereka lebih heran dan bertanya apakah dia itu adalah Mesias atau tidak. Yohanes sendiri tidak membuang-buang waktu untuk menunjukkan dan memperbaiki fungsi dan jabatannya. Dia hanya seorang pembaptis dan bukan Mesias. Mesias yang akan datang setelahnya adalah pasti lebih besar dan berkuasa dari padanya. Yesus lebih besar dan berkuasa bahkan Yohanes tidak layak untuk membuka tali kasutNya. Yohanes membaptis hanya dengan air tetapi Yesus akan membaptis dengan Roh Kudus dan Api. Api ini adalah api penghukuman dan pengajaran yang menyucikan semua orang percaya (“Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-nya ke dalam lumbung” [Matius 3:12a]), dan juga api penghakiman yang menghanguskan semua orang yang tidak percaya pada hari kemurkaan-Nya (“tetapi debu jerami itu akan dibakarnya dalam api yang tidak terpadamkan” [Matius 3:12b]).

Masa Kanak-Kanak Yesus: Masa Tenang Di Nazaret

Masa Tenang di Nazaret (Lukas 2:51-52)

Yesus menghabiskan masa kecilNya di Nazaret. Dia bertumbuh semakin besar dan alami dalam intelektual dan jasmani. Dia melakukan semua hal yang telah diperintahkan Bapa-Nya di surga. Salah satu di antaranya adalah untuk taat pada Yusuf dan Maria. Yesus melakukan hal-hal yang berhubungan dengan ke-Manusia-an-Nya untuk umat-Nya sebagai Adam yang sempurna. Meskipun Dia adalah Raja dari segala raja, Dia benar-benar menjadi Hamba dari segala hamba. Dia “Mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Filipi 2:7-8). Aspek ketaatan Kristus yang aktif ini dijelaskan Yohanes Calvin dengan baik, “Ini adalah untuk keselamatan kita bahwa Kristus mengenakan pada diriNya status yang rendah agar Allah dan Kepala para malaikat dengan kesadaran menjadi tunduk pada ciptaan yang fana. Seperti itulah tujuan Allah bahwa Kristus harus tetap tinggal untuk beberapa lama, dibawah suatu bayangan, membawa nama Yusuf. Meskipun ketundukan ini timbul bukan karena keharusan yang tidak dapat dihindariNya, namun seperti yang Dia kenakan pada diriNya, sifat manusiawi pada kondisi yang harus tunduk pada orang tuanya, dan telah dianggap kedua karakter sebagai manusia dan hamba – dengan hubungannya dengan jabatan Penebus, hal ini adalah kondisi yang sesuai dengan hukum. Kesukaan yang besar dalam kesempatan ini seharusnya setiap orang menanggung kuk yang Allah dengan senang telah meletakkan padaNya” (Harmony 1:157).

Yesus bukan hanya menaati Bapa-Nya di surga dan orangtua-Nya di bumi, dalam hubungannya dengan pengosongan diri di antara para tetangga, Dia tidak diragukan, dengan baik semakin dikasihi Allah dan manusia. “Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia” (Lukas 2:52). Yesus adalah seorang yang paling mengasihi dan Anak yang dapat dikasih. Semua orang tidak memiliki masalah dengan-Nya.

Selain dari bagian firman Allah yang singkat ini dalam Injil Lukas, tidak ada lagi catatan masa kecil Kristus yang diilhamkan Allah. Buku-buku Apokripa Perjanjian Baru yang tidak termasuk tulisan yang diilhamkan Allah mencatat beberapa naratif (cerita) kehidupan masa kecil Yesus: Misalnya, dalam 1 Infancy 15:1-7 kita menemukan Yesus sebagai seorang yang menonjolkan diri: “Dan ketika Tuhan Yesus berumur tujuh tahun, di suatu hari dia sedang bersama teman-teman sebayanya. Ketika mereka sedang membuat mainan dari tanah dengan berbagai bentuk seperti keledai, lembu, burung dan lain-lain, tiap-tiap orang membanggakan pekerjaannya dan berusaha keras untuk mengalahkan satu sama lain. Kemudian Yesus berkata kepada anak-anak yang lain, Saya akan memerintahkan bentuk mainan yang saya buat ini untuk berjalan. Dan tiba-tiba mereka berjalan dan ketika diperintahkan untuk kembali, mereka juga menurut. Dia juga membuat bentuk burung-burung dan burung pipit dan ketika diperintahkannya, mereka langsung terbang dan ketika diperintahkan untuk diam, mereka juga diam dan tenang dan jikalau dia memberikan mereka makanan dan minuman, mereka makan dan minum. Ketika anak-anak itu pulang, mereka memberitahukan hal-hal itu pada orangtua mereka, dan orangtua mereka berkata, Perhatikanlah anak-anak, untuk masa yang akan datang, janganlah berteman dengan dia sebab dia itu adalah tukang sihir. Jauhilah dia dan jangan bermain lagi dengan dia.” Catatan palsu ini tentu bertentangan dengan catatan Lukas yang berkata bahwa Yesus makin “dikasihi oleh Allah dan manusia.”

Contoh lain dimana Yesus bertindak sebagai seorang anak yang nakal dapat ditemukan dalam 2 Infancy 2:7-18. Di sini kita melihat Yesus bertindak sebagai seorang yang jahat: “Pada suatu hari ketika Yesus sedang berjalan di pinggir jalan, seorang anak laki-laki berlari melewatinya dan Yesus langsung menarik bahunya. Yesus sangat marah dan berkata padanya, kamu tidak perlu hidup, dan tiba-tiba anak itu jatuh dan mati. Ketika orang banyak melihat hal itu, mereka berkata, di manakah orang ini dilahirkan sebab apa yang diucapkannya pasti terjadi? Kemudian orangtua anak yang meninggal itu datang menuntut kepada Yusuf dan berkata, Kamu tidak layak hidup bersama kami di kota ini karena kamu memiliki anak seperti itu, kamu tidak mengajarnya untuk memberkati dan untuk tidak mengutuk. Tinggalkanlah kota ini bersama anak itu, karena dia akan membunuh anak-anak kami. Kemudian Yusuf memanggil Yesus dan mengingatkan dia serta berkata, Kenapa kamu melakukan hal yang demikian, melukai orang lain hingga mereka membenci dan menganianya kita? Tetapi Yesus menjawab, saya tahu apa yang kamu katakan bukanlah dari kamu sendiri, tetapi demi kamu saya tidak akan berkata apa-apa. Tetapi mereka yang mengatakan hal ini padamu akan menderita penghakiman kekal. Dan segera sesudah itu, mereka yang telah menuduhnya menjadi buta. Dan semua yang melihat hal itu sangat ketakutan dan berkata tentang dia, apa saja yang ia ucapkan, apakah itu baik atau buruk akan sungguh terjadi dan mereka sangat heran. Dan ketika mereka melihat tindakan Yesus ini, Yusuf bangkit dan menarik kuping Yesus, dan Yesus marah dan berkata, tenanglah.” Sangat jelas bahwa Yesus yang dicatat dalam buku apokripa ini adalah Yesus yang lain yaitu Yesus palsu dan bukan Yesus yang dicatat dalam Alkitab. Jika kita memiliki Roh Kudus, kita pasti dapat melihat kepalsuan cerita diatas (1 Yoh 2:20). Cerita ini tentu tidak diilhamkan Allah tetapi Setan.

Sangat berbahaya jikalau menduga-duga tentang seperti apa masa kecil Yesus sebenarnya. Dengan melakukan tindakan sedemikian kita mungkin bertentangan dengan Firman Allah atau menggambarkan Yesus dengan salah, jikalau kita dihadapkan dengan suatu imajinasi diskusi akan kehidupan Kristus Yesus. Jikalau Alkitab diam, marilah kita juga melakukan hal yang sama. Prinsip diam seperti yang terdapat dalam Ulangan 29:29 perlu diperhatikan: “Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini.”

Masa Kanak-Kanak Yesus: Paskah Di Yerusalem

Paskah di Yerusalem (Lukas 2:41-50)

Setiap anak laki-laki orang Yahudi ketika mereka mencapai umur 12 atau 13 tahun menjadi seorang bar mitzvah – “seorang anak yang tunduk pada Hukum Taurat” atau yang dikenal dengan “a son of the law.” Sebagai seorang bar mitzvah, Yesus mulai sekarang bertanggung jawab memelihara perintah-perintah Allah. Jadi untuk meresmikan tahap hidup yang penting ini, Yesus ketika berumur 12 tahun mendampingi Yusuf dan Maria pergi ke Yerusalem untuk merayakan Paskah. Perayaan Paskah ini memperingati “Perlindungan Allah” atas orang-orang Israel ketika Allah mencabut nyawa setiap anak pertama orang Mesir di Mesir (Kel 12:11-28, 23:14-17). Sekarang sebagai seorang yang muda, Yesus secara personal bertanggung jawab memelihara hukum Taurat. Yesus memastikan bahwa Dia memelihara hukum Paskah. Di sini terlihat kembali akan ketaatan aktif Yesus.

Selama kunjungan ini di Bait Allah Yerusalem, Yesus menyatakan kesadaran Mesianik-Nya. Hingga pada saat ini, pengetahuan dan pengertian-Nya akan Perjanjian Lama melampaui semua doktor-doktor teologia dalam Bait Allah tersebut. Yesus seperti siswa teladan mendengarkan pengajaran-pengajaran dan pertanyaan-pertanyaan mereka. Kita dengan pasti yakin bahwa ada pertanyaan-pertanyaan yang Dia ajukan membuat guru-guru yang terdidik Yahudi di Bait Allah terlena. Ketika suatu masalah teologi ditanyakan, Yesus dapat memberikan jawaban dengan penuh kuasa. Hal ini kita ketahui dari Lukas ketika dia melaporkannya, “Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya” (Lukas 2:47).

Ketaatan Yesus yang aktif juga terlihat dalam jawabanNya pada orangtuaNya – Yusuf dan Maria – ketika Dia berkata “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” (Lukas 2:49). Meskipun Yesus masih muda, Dia mengetahui kenapa Dia ada di dunia ini. Yesus sebagai Anak Allah mengetahui benar apa yang Allah Bapa ingin Dia lakukan. Dengan perpanjangan waktu tinggal di Bait Allah, telah menarik perhatian para rabi (guru-guru) Yahudi sebagai bagian dari ketaatannya pada BapaNya dalam menggenapi kehendakNya. Yesus taat pada BapaNya sejak permulaan.

Masa Kanak-Kanak Yesus Di Nazaret

Dalam ke empat injil, hanya Lukas yang memberitahukan pertumbuhan fisik Tuhan Yesus. Yesus bertumbuh dalam tubuh, pikiran dan roh. PertumbuhanNya sama halnya dengan seorang anak normal (ref. Lukas 1:80), tetapi dengan satu pengecualian, yaitu Dia sempurna dan tidak berdosa (Ibrani 4:15). Semua ini berhubungan dengan rencana teologiaNya yang harus memperkenalkan Kristus sebagai Manusia sempurna dan sebagai Manusia sempurna perwakilan dalam rencana penyelamatan Allah. Lukas mungkin merefleksikan pikiran Paulus karena rasul ini memperkenalkan Kristus sebagai Adam kedua atau Adam yang lebih hebat: “Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus” (Roma 5:15); “Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus” (1 Kor 15:22).