Sabtu, 20 Desember 2008

Pelayanan Pembaptisan Kristus (Yohanes 3:22-24)

Di sini, kita menemukan Yesus juga melakukan pekerjaan baptisan. Yohanes 4:2 menjelaskan bahwa Yesus tidak secara pribadi membaptis tetapi memberikan tugas tersebut pada murid-murid-Nya. Baptisan Kristus ini mungkin menandakan pergantian dari baptisan Yohanes menjadi baptisan Kristen. Adalah fakta bahwa Yesus tidak membaptis tetapi memberikan tugas tersebut pada murid-murid-Nya, hal ini menyatakan bahwa Dia lebih besar dari Yohanes pembaptis. Dengan kata lain, Yohanes pembatis merupakan murid Yesus Kristus sama halnya dengan murid-murid Yesus lainnya yang membaptis di bawah pengawasanNya. Dengan membaptis mereka yang datang pada Yesus, Dia menunjukkan bahwa baptisan air sangat penting. Namun demikian perlu dicatat bahwa baptisan air sangat penting untuk membuktikan ketaatan seorang percaya tetapi bukan untuk keselamatan. Baptisan tidak menyelamatkan. Air tidak memiliki kuasa khusus. Air melambangkan kuasa penyucian Firman Allah (Yoh 15:3) dan Darah Kristus (1 Yoh 1:7). Kuasa ada dalam Firman dan Darah Kristus. Baptisan Air merupakan sarana dari luar yang menunjukkan hal yang telah mengambil tempat internal yaitu pembaharuan, pembenaran, pengudusan, dll. Hal ini merupakan tanda dari luar akan kasih karunia Allah yang telah dialamai di dalam diri seseorang.

Ada kelompok baptis (kelompok gereja Baptis) yang memakai ayat ini sebagai salah satu bukti teks untuk membuktikan pola selam merupkan satu-satunya baptisan air benar. Dalam Yohanes 3:23, dinyatakan bahwa Yohanes membaptis di Ainon, “Sebab di situ banyak air.” Maka mereka menyimpulkan bahwa baptisan tersebut pasti dengan baptisan selam karena Yohanes melayani di suatu tempat di mana ditemukan banyak air. Meskipun ada kemungkinan Yohanes melakukan baptisan selam dalam pelayanan baptisan, namun pernyataan “banyak air” tidaklah kesimpulan yang mutlak. “Ada banyak air,” tetapi apakah hal ini harus diartikan bahwa Yohanes memakai air tersebut sebagai tempat selam? Buswell berkomentar, “Penekanan khusus terkadang ditempatkan pada frase “banyak air” seperti terjadi dalam Yohanes 3:23, … Kenyataannya adalah, kata yang diterjemahkan “banyak air” secara harfiah berarti “beberapa air (many waters).” Dalam area geografi seperti Ainon, ada banyak sumber-sumber air, tetapi tidak ada sungai atau kolam air yang cukup untuk dipakai sebagai tempat selam. Yohanes dan murid-muridnya dapat membaptis banyak orang pada sumber air yang berbeda-beda, tetapi selam tidak termasuk” (Theology, 2:247). John Calvin dengan hikmat berkata, “Dari kata-kata ini, kita boleh menyimpulkan bahwa Yohanes dan Kristus bisa saja melaksanakan baptisan dengan menyelamkan seluruh tubuh ke dalam air yang disediakan. Itu sesuai dengan kebenaran rohani dan dengan pernyataan Allah; meskipun kita tidak seharusnya memberikan diri kita pada upacara pelaksanaan yang nampak (outward rite)” (John, 111). Jadi haruskah kita menggunakan air yang banyak atau air yang sedikit dalam baptisan? Dr John Sung menjawab, “Iman yang banyak menggunkan sedikit air, iman yang sedikit menggunakan banyak air.” Rev Dr. Timothy Tow, dalam semangat Calvin mengatakan “Air banyak atau sedikit, Injil adalah yang terbaik.”

Hal yang sama diaplikasikan pada baptisan Yesus. Dalam Markus 1:10 Yesus dijelaskan, “keluar dari air” [coming up out of the water]. Jadi kelompok baptis berargumentasi bahwa Yesus pasti diselam karena cara Dia keluar dari air. Mereka mengatakan bahwa Yesus pasti diselamkan sebelum Dia keluar dari air. Meskipun hal ini memiliki skenerio yang mungkin tentang apa yang terjadi, tetapi sekali lagi, hal ini bukanlah mutlak. Buswell menyarankan skenerio yang lain, “Sering didebatkan bahwa dalam penguraian-penguraian Perjanjian Baru tentang baptisan, ada kesempatan tertentu di mana “turun ke dalam air” dan “keluar dari air” dipakai. Hal ini benar, tetapi dalam kejadian tertentu tindakan baptisan merupakan suatu tindakan yang berbeda setelah turun ke dalam air dan sebelum keluar dari air. Tidak pernah diartikan bahwa tindakan baptisan itu sendiri diuraikan sebagai turun ke dan keluar dari air.

“Dalam situasi air di tempat terbuka, di sungai atau danau, seseorang sangat susah untuk mencuci tangan pada pinggiran sungai tanpa melangkahkan kaki ke dalam air tersebut. Di daerah yang orang-orang mengenakan sandal, umumnya tindakan yang dilakukan adalah melangkah masuk ke dalam air untuk mendapatkan baptisan dan kemudian melangkah keluar dari air setelah baptisan dilakukan. Dalam baptisan Yesus, tidak diberitahukan juga bahwa Yesus melangkah masuk ke dalam air. Matius mengatakan bahwa, “Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air” (Matius 3:16). Markus mengatakan bahwa Yesus “dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes. Pada saat itu Ia keluar dari air, Ia melihat….” (Markus 1:9-10). Lukas dan Yohanes tidak memberitahukan keluar dari air. Jadi jelas, “baptisan” dan “keluar dari air” merupakan dua kegiatan yang berbeda dan terpisah. Turun ke dalam air adalah tindakan yang pertama dan keluar dari air adalah yang keuda.

“Arus air sungai Yordan kadang-kadang sangat kuat. Teman-teman kami mencoba untuk diselamkan di sungai Yordan di tempat di mana Yohanes membaptis, memberikan laporan bahwa mereka dalam keadaan bahaya karena air yang begitu kuat. Dalam segala kemungkinannya, seseorang yang dibaptis Yohanes, hanya melangkah ke pinggiran sungai; jadi Yohanes mengambil air dengan tangannya, atau mengambil air dengan alat tertentu; dan Yohanes membaptis dengan percikan atau menumpahkan air ke atas kepala dan kemudian orang yang dibaptis tersebut keluar dari air” (Theology, 2:247).

Adalah sesuatu yang keliru jika ayat-ayat diatas dipergunakan sebagai teks kunci untuk menentukan apakah pola baptisan Alkitabiah; percikan atau selam karena yang sebenarnya ayat-ayat itu lebih menjelaskan apa yang telah terjadi (descriptive), daripada memerintahkan apa yang harus dilakukan (prescriptive). Sebagai Alkitab Presbyterian, kita lebih condong pada percikan berdasarkan konsep penyucian Alkitabiah (ref. Kisah 2:38, Ibrani 10:22). Namun dalam hal ini juga, kita tidak memiliki masalah dengan teman-teman Baptis yang melakukan selam. Selagi air dipergunakan dalam baptisan, banyaknya air yang dipergunakan bukanlah suatu pertentangan di antara orang-orang percaya. Penjelasan yang lebih sempurna pada pola baptisan diberikan dalam buku tulisan Buswell Theology 2:241-66.

Yesus Mengajar Nikodemus tentang Kelahiran Kembali (Yohanes 2:23-3:21)

Sebelum seseorang dapat masuk ke dalam kerajaan Allah, ia harus “dilahirkan kambali.” Nikodemus salah mengartikan arti lahir kembali. Ia mengira bahwa menjadi lahir baru artinya masuk kembali ke dalam kandungan ibunyaa dan dilahirkan kembali secara jasmani untuk kedua kalinya. Sebagai seorang Farisi – seorang Doktor Teologi – Nikodemus sudah seharusnya tahu apa yang Yesus maksudkan ketika Dia berkata, “Kamu harus dilahirkan kembali.” Konsep “dilahirkan kembali” bukanlah sesuatu yang baru. Umur konsep ini sama dengan umur Perjanjian Lama. Kata “kembali” dalam kalimat tersebut dapat juga diterjemahkan sebagai “dari atas” (lihat Yoh 3:31; 19:11, 23). Menjadi penduduk kerajaan Allah, seseorang harus dilahirkan dari sorga, yaitu dilahirkan secara rohani. Yesus menjelaskan, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah” (Yoh 3:5). Frase “dari air dan Roh” harus diartikan secara menyeluruh; yang satu menjelaskan yang lain. Air menunjuk pada pembaharuan air Roh Kudus yang menyucikan hati dari dosa. Titus 3:5 memberikan penjelasan, “Bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus.”

Sebagai seorang Farisi, Nikodemus selalu berpikir bahwa keselamatan datang dengan cara memelihara hukum Taurat dan melakukan perbuatan baik. Namun apa yang diketahui oleh Nikodemus tentang keselamatan bertentangan dengan apa yang diajarkan dalam firman Allah. Seseorang yang telah diselamatkan didiami oleh Roh Kudus. Roh kudus diam di dalam diri setiap orang percaya sejak ia pertama sekali mengakui Yesus Kritus sebagai Tuhan dan juruselamatnya. Inilah pekerjaan Allah dalam diri orang percaya. “Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. … Kamu harus dilahirkan kembali. … lahir dari Roh” (Yoh 3:6-8).

Rasul Paulus memberikan eksposisi yang jelas tentang apa artinya dilahirkan dari Roh. Ia berkata, “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut. Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh. Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah. Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus. Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran. Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu. Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging. Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup. Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!” Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah” (Roma 8:1-16).

Dalam bagian firman Tuhan yang lain Paulus juga memberikan kesimpulan ini, “iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus” (Roma 10:17) dan Yesus memberitakan Kabar Baik Keselamatan pada Nikodemus. Yesus berkata, “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:14). Yesus secara tidak langsung menunjuk pada kematian-Nya di kayu salib. Pada kayu salib yang kejam itu, Yesus dijadikan sebagai kutuk bagi kita. Dia adalah pengganti kita, dan menanggung penghukuman atas dosa-dosa kita. Dia mengambil tempat kita dan melakukan segala sesuatu yang perlu dilakukan untuk menebus kita. Sekarang hanya tinggal masalah percaya, jika kita ingin diselamatkan kita harus percaya pada Yesus.

Sebelum kita lanjutkan, tafsiran hyper-Calvinisme pada Yoh 3:16 harus diperbaiki. Hyper-Calvinis seperti John Gill dan John Owen percaya bahwa “dunia” dalam Yoh 3:16 hanya berarti “dunia orang yang dipilih.” Bagi mereka, “dunia” tidak berarti semua manusia di bumi ini dimasa lampau, sekarang dan yang akan datang. Mereka menolak bahwa Allah dengan cuma-cuma dan sungguh-sungguh menawarkan Injil pada semua orang tanpa ada pengecualian. Penjelasan Yohanes Calvin sendiri akan menyelesaikan perdebatan tentang pengertian Calvinis yang benar tentang istilah “dunia” (kosmos) dalam Yohanes 3:16. Calvin memberikan komentar, “Hal yang sangat menonjol dan jelas mengenai iman adalah bahwa iman menyelamatkan kita dari penghakiman yang kekal. Karena Dia khusus ingin mengatakan bahwa meskipun kita nampaknya telah dilahirkan untuk mati, tetapi jaminan penyelamatan ditawarkan pada kita oleh iman dalam Kristus supaya kita tidak perlu takut akan kematian yang menakutkan. Dan Dia memakai istilah umum, untuk mengundang semua orang dalam kehidpuan tanpa diskriminasi dan memutuskan segala alasan dari orang-orang tidak percaya. Hal seperti ini sangat penting dalam istilah “dunia” yang Dia sudah pergunakan sebelumnya. Meskipun tidak ada di dunia yang pantas menerima kemurahan Allah, namun demikian Allah menunjukkan kemurahanNya pada semua dunia ketika Dia memanggil semua orang tanpa kecuali untuk percaya pada Kristus, yang sesungguhnya menjadi kunci mendapatkan hidup yang kekal” (The Gospel According to St. John 1-10, trans T H L Parker [Grand Rapids: Wm B Eerdmans, 1993 reprint], 74). Yohanes Calvin dengan jelas percaya pada penawaran yang Cuma-Cuma akan Injil pada setiap orang dalam dunia yang dipilih atau tidak dipilih (world elect or non-elect).

Selasa, 16 Desember 2008

Paskah Pertama dan Yesus Menyucikan Bait Allah yang Pertama Kali (Yohanes 2:13-22)

Paskah merupakan perayaan agama nasional orang Yahudi. Ini merupakan perayaan yang ditetapkan Allah dan memerintahkan orang Israel untuk mengingat masa Keluaran dari Mesir dengan merayakan Paskah satu kali dalam setahun (Kel 12). Perayaan Paskah dirayakan pada hari ke-14 bulan Nisan. Setiap laki-laki orang Yahudi yang berumur 12 tahun ke atas harus ikut berpartisipasi dalam perayaan peringatan ini di Yerusalem. Kita juga melihat bagaimana Yesus ikut berpartisipasi dalam perayaan Paskah sejak umur 12 tahun. Dia tidak pernah gagal memeliharanya termasuk pada masa pelayananNya – masa yang paling sibuk dalam hidupNya. Hal ini dilakukan untuk menggenapi segala sesuatu dalam kebenaran – yaitu memelihara setiap aspek seremonial atau upacara hukum Taurat bagi keselamatan kita.

Bait Allah di Yerusalem pada dasarnya dimaksudkan sebagai tempat menyembah Allah, namun hal ini telah berubah menjadi pasar. Para imam-imam yang menyeleweng telah mengubah Bait Allah menjadi tempat belanja. Seperti Yesus katakan bahwa mereka telah mengubah rumah BapaNya menjadi tempat business. Para imam dan pebisnis bekerja bersama-sama secara rahasia. Para imam hanya menerima binatang (domba, lembu, dll) untuk dipersembahkan di Bait Allah jikalau binatang itu dibeli disekitar Bait Allah. Tetapi hukum Perjanjian Lama memberikan izin pada orang Yahudi yang miskin mempersembahkan sepasang burung merpati (Imamat 12:8 ref. Lukas 2:24) untuk menggantikan domba atau lembu jantan yang sepatutnya, yang bisa digolongkan sebagai benda mahal. Tetapi, daripada menjual burung merpati seperti ini dengan murah, mereka menaikkan harganya menjadi sangat mahal. Para penyembah juga dimanfaatkan oleh para penukar uang. Para imam juga hanya menerima mata uang Yahudi. Mata uang lain tidak bisa dipergunakan. Oleh karena itu, para imam memberikan izin pada penukar uang tertentu untuk menukarkan mata uang asing dengan mata uang yang diterima di Bait Allah. Ongkos yang tinggi dikenakan pada setiap transaksi. Semua para pedagang dan penukar uang ini harus memberikan komisi kepada para imam.

Kita bisa membayangkan keributan dan kesibukan yang terjadi di Bait Allah. Halaman Bait Allah pasti sudah menjadi sangat kotor dengan kotoran binatang-binatang. Proses tawar menawar antara penjual dan pembeli telah membuat Bait Allah tidak layak sebagai tempat beribadah. Menurut Alfred Edersheim, “Semua kegiatan, penukaran uang, penjual merpati dan pasar domba dan lembu pada hakekatnya dan lingkungannya merupakan suatu kekejian” (The Life and Times of Jesus the Messiah [Grand Rapids: Wm B Eerdmans, 1971], Bagaimana Yesus tidak bertindak sesuatu melihat keadaan sedemikian?

Kemarahan kudus Yesus, Anak Tunggal Allah memiliki hak mutlak untuk menyucikan Rumah BapaNya dari segala kekotoran yang menguasai RumahNya. Dia mengambil satu cambuk yang Ia temukan di Bait Allah dan mengusir keluar semua para pedagang yang jahat termasuk semua binatang-binatang yang ada di Bait Allah. Yesus menghamburkan uang para penukar uang dan memutar balikkan meja penukar uang. Apa yang Yesus ajarkan di sini.

Dalam menyucikan Bait Allah dengan semangat besar, Yesus menggenapi nubuat mesianik Mazmur 69:11. Apa yang dilakukan Yesus dalam Bait Allah telah diramalkan dalam Maleakhi 3:2-3, “Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya? Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab ia seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu. Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak; dan Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada TUHAN.”

Hanya Mesiaslah yang memiliki kuasa yang melampaui kuasa dari Imam Besar dan menempatkan Bait Allah pada fungsinya. Oleh karena itu orang Yahudi menuntut suatu tanda dari Yesus untuk mengabsahkan ke-Mesiasan-Nya. Mereka meminta pekerjaan mujizat. Namun tidak ada tanda yang diberikan kepada orang-orang yang tidak percaya tetapi tanda kebangkitan. Yesus berkata, “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali…. Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri” (Yoh 2:19-21). Kebangkitan-Nya tiga hari setelah penyaliban-Nya akan menjadi tanda yang paling pasti bahwa Dia adalah Mesias. Tetapi mereka semua buta terhadap arti rohani yang dikatakan Yesus. Mereka menganggap bahwa Yesus membicarakan gedung Bait Allah yang sesungguhnya yang telah dibangun kembali selama 46 tahun dan masih dalam proses pembangunan. Herodes mulai membangunnya pada tahun ke 18 masa pemerintahannya yaitu tahun 20 SM. Ini sesuai dengan tahun 27 M sebagai tahun pertama pelayanan Kristus Yesus.

Mujizat Yesus Yang Pertama di Kana (Yohanes 2:1-12)

Di daerah Kana Galilea, kota tetangga Nazaret, Yesus melakukan mujizat yang pertama pada suatu pernikahan. Ketika tuan pesta itu kehabisan anggur, Maria meminta bantuan Yesus. Tetapi Yesus menjawab Maria dan berkata, “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba” (Yoh 2:4). Apakah yang dimaksud Yesus dengan “saat-Ku” dalam ayat ini? Dari 26 kali kata “saat” atau “waktu” digunakan dalam Injil Yohanes, sebanyak 9 kali menunjukkan pada "waktu atau saat Yesus" (2:4; 7:30; 8:20; 12:23, 27; 13:1; 16:32, 17:1).
Kata “waktu atau saat” diuraikan dengan berbagai cara seperti “saat-Ku” (2:4), “saatnya” (5:28, 12:23, 16:32, 17:1), “saat-Nya” (7:30), dan “saat ini” (12:27). Kata sandang tertentu (definite article), kata benda milik dan kata penunjuk menandakan bahwa “waktu atau saat” adalah (1) batas waktu tertentu dan (2) berhubungan dengan diri Kristus. Kapankah itu terjadi? Apa yang terjadi jikalau hal itu datang? Apa yang Yesus katakan, “Saat-Ku belum tiba”? Dia sangat jelas berbicara tentang hal yang akan datang. Dengan penekanan tentang “saat,” Yesus juga berkata saat-Ku sudah tiba untuk pertama kalinya dalam Yohanes 12:23, “Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan.” Mulai saat itu, Yesus dengan konsisten menunjuk pada “waktu” sebagai yang sudah tiba. Sangat penting dicatat bahwa perkataan ini disampaikan Yesus pada permulaan minggu kesengsaraanNya. Dengan jelas, Yesus melihat saatNya adalah sebagai saat penderitaan yang memimpin pada kematianNya di kayu salib, penguburan dan kebangkitanNya. Hanya pada permulaan penderitaan Yesus Kristus, Dia sepenuhnya menyatakan IdentitasNya sebagai Mesias seperti yang tunjukkannya dengan “memasuki kota Yerusalem” dalam Matius 21:1-9, Markus 11:1-10, Lukas 19:29-40, Yohanes 12:12-19. Jadi ketika Yesus berkata kepada Maria bahwa saatNya belum tiba, Dia mencoba mengatakan bahwa pernyataan wahyu ke-Mesiasan-Nya tidak diputuskan oleh manusia (ref. Markus 1:44), tidak juga oleh Setan (demons) (ref. Markus 1:24-25, 34; Lukas 4:34-35), tetapi oleh Allah sendiri (ref. Mat 16:16-17). Maria pada pesta perkawinan di Kana melampaui batas kelayakannya dengan meminta Yesus melakukan suatu tanda atau mujizat. Tetapi Yesus dalam ketaatanNya menghargai permintaan Maria.

Dengan menjadikan air menjadi anggur apakah Yesus mengajarkan di sini bahwa minim anggur itu diperbolehkan? Pdt Dr. Timothy Tow memberikan tanggapan pada bagian firman Tuhan ini. Pada judul artikel “Anggur kehidupan bukan whisky kematian” – dia menuliskan, “Oleh karena Yesus membuat anggur di Kana Galilea, kelompok orang-orang Kristen tertentu mengartikan hal ini sebagai izin untuk minum anggur dan minum-minum Alkohol pada makan malam pernikahan mereka seperti “Yam Sengs.” Ini benar-benar salah paham dan salah menerapkan kebenaran firman Allah. Anggur yang dibuat Yesus, menurut Kamus Alkitab Hastings, anggur ini sama halnya dengan anggur orang Ibrani yang mengandung alkohol ringan. Hal ini disetujui oleh Dr. R.L Harris dalam sebuah Artikel pada “The Bible Today” dimana dia menunjukkan perbedaan besar kadar alkohol pada anggur yang demikian dengan whisky dan brandy sekarang ini. Dr. Buswell secara humor mengamati bahwa jenis ‘Yam Seng’ sekarang ini adalah sejenis alkohol seperti ‘gosohol’ yang dapat digunakan sebagai bahan bakar sepeda motor. Dia juga menambahkan, ‘perut kita bukanlah sejenis mesin.’

“Namun demikian, anggur Palistina yang dipakai pada perjamuan makan orang Ibrani memiliki kadar alkohol ringan. Anggur Saron dicampur dengan dua bagian air untuk lebih ringan dari yang lainnya. Dengan anggur yang lain, perbandingan ukurannya adalah satu bagian anggur dan tiga bagian air.

“Bahaya anggur untuk membuat seseorang mabuk diingatkan oleh raja Salomo (baca Amsal 23:29-35). Oleh karena itu, alangkah baiknya bagi orang Kristen untuk menjauhkan diri dari minuman beralkohol. Marilah kita menjadi seorang yang tidak minum alkohol!” (The Gospel of Life, 13).

Rabu, 12 November 2008

Murid-Murid Yohanes Menjadi Murid Yesus (Yohanes 1:35-51)

Dalam catatan firman Tuhan dalam Yohanes 1:35-51 menjelaskan Mesias sudah tiba, dan Yohanes sudah pensiun. Dia mengarahkan murid-muridnya pada Allah sendiri. Andreas sebelumnya merupakan murid Yohanes tetapi sekarang menjadi pengikut Yesus. Kemudian Andreas membawa Simon, saudaranya untuk melihat Yesus. Namun sebelum Andreas memperkenalkan saudaranya, Yesus sudah mengetahui namanya, dan mengenalnya sebagai Simon - anak Yohanes. Ini merupakan satu bukti kemahatahuan Yesus. Yesus memberikan perhatian khusus dengan Simon, dan memberinya nama baru yaitu Kefas (Aram) yang berarti Petrus (Yunani) artinya “batu.”

Nama yang lain adalah Filipus. Yesus memasukkan namanya sebagai salah satu dari dua belas muridNya. Kemudian Filipus menemukan Natanael dan memberitahukan padanya berita baik, “Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi” (Yoh 1:45). Filipus mengenal Yesus sebagai Mesias yang diberitakan Musa dan para nabi (dalam Perjanjian Lama). Yesus adalah Nabi seperti Musa seperti dicatat dalam Ulangan 18:15, dan Juruselamat yang menderita seperti dicatat dalam Yesaya 53. Yesus juga menunjukkan kemahatahuanNya dalam pertemuanNya dengan Natanael. Dia mengetahui segala sesuatu mengenai Natanael ketika Dia melihatnya di bawah pohon ara sebelum Filipus memanggilnya. Oleh karena itu Natanael mengakui Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan Allah “Anak Allah” (ref. Daniel 3:25), dan “Raja Israel” (Yesaya 44:6).

Sementara murid-murid itu penuh keheranan atas kebesaran Mesias ini, Yesus memberitahukan bahwa mereka dapat berharap melihat hal-hal yang lebih besar lagi. Yesus berkata, “Sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia” (Yoh 1:51). Dalam kehidupan Kristus kita dapat melihat kemulian Yesus dalam beberapa kesempatan meskipun itu singkat. Pada kesempatan seperti itu, sorga terbuka dan malaikat-malaikat turun melanyaniNya. Kesempatan seperti ini juga terjadi pada saat baptisanNya dan sesudah masa pencobaanNya (Matius 2:13-4:11). Hal lain, yang akan datang adalah ketika Yesus dimuliakan di atas gunung (Mat 17:1-9), pada penderitaanNya di taman Getsemani (Lukas 22:39-46), pada kebangkitan (Mat 28:1-7) dan kenaikanNya (Kis 1:1-11).

Kesaksian Yohanes Pembaptis (Yohanes 1:19-34)

Yohanes menyatakan bahwa Yesus adalah “Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yoh 1:29). Kenapa Yohanes mengenali Yesus sedemikian? Untuk menjawabnya, William Hendriksen mengajukan pertanyaan retorik sebagai berikut: “Bukankah benar bahwa kesediaan tunduk Yesus untuk dibaptis dan dengan keberjayaanNya atas cobaan-cobaan Setan di padang gurun, Yesus sesungguhnya melakukan tugasNya dengan mengenakan pada diriNya kutuk hukum Taurat dan memberikan ketaatan yang sempurna?” (William Hendriksen, Commentary on John, 98).

Korban persembahan Perjanjian Lama tidak pernah dapat mengampuni dosa. Penulis buku Ibrani memberikan penjelasan sebagai berikut: “Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya. … Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa” (Ibrani 10:1, 4). “Tipe [bayangan]” dalam Perjanjian Lama menunjuk pada “anti-tipe [hal yang sebenarnya]” dalam Perjanjian Baru. Semua korban persembahan Perjanjian Lama hanya gambaran persembahan yang akan datang, yaitu, Domba Allah – Tuhan Yesus sendiri. Orang-orang kudus Perjanjian Lama diselamatkan bukan oleh darah domba atau lembu jantan yang dipersembahkan, tetapi melalui darah Anak Domba Allah saja yang sungguh-sungguh menghapus dosa dunia ini. Sebagai contoh, Habel diselamatkan bukan karena Dia mempercayakan dirinya pada domba yang dipersembahkannya, tetapi melalui domba tersebut, ia melihat dengan iman, yaitu Anak Domba Allah yang akan disediakan. Domba ini adalah Kristus – keturunan perempuan – yang akan meremukkan kepala Setan – ular (Kej 3:15). Itulah sebabnya dicatat, “Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati” (Ibrani 11:4). Petrus juga menulis, “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat” (1 Petrus 1:18-19).

Kedua ketaatan Kristus yang sempurna juga terlihat dalam metafor domba ini. Ketaatan pasif Yesus sebagai seorang Domba Allah boleh terlihat dalam kerelaanNya dipersembahkan kepada Allah untuk mendamaikan murkaNya menentang orang-orang berdosa. Dan ketaatan aktifNya sebagai Domba Allah terlihat dalam diriNya yang tanpa noda dan dosa, Dia sungguh tidak berdosa dibawah tuntutan hukum Taurat yang kudus.

Yesus Dicobai

Pencobaan Yesus dicatat dalam ketiga Injil Sinoptik (Lukas 4:1-13; Matius 4:1-11; Markus 1:12-13). Ini merupakan kejadian yang sangat penting dalam kehidupan Yesus. Kita diberitahukan bahwa Yesus, sebagai yang dipenuhi Roh Kudus, segera dipimpin oleh Roh ke padang gurun. Di sana Ia berpuasa selama 40 hari dan 40 malam serta dicobai oleh Setan. Selama masa ini, Yesus tidak makan apa-apa. Keadaan seperti ini membuatNya secara jasmania rawan pada godaan-godaan Iblis.

Kenapa Yesus harus menjalani pencobaan atau ujian pada waktu seperti ini? Yesus harus melalui waktu seperti ini sebab Ia harus mendapatkan atau mencapai kebenaran yang dibutuhkan umatNya agar bisa memasuki kerajaan sorga. Ini termasuk bagian dari ketaatan aktif Yesus. Sama seperti Adam harus diuji di Taman Eden untuk memperoleh kehidupan kekal melalui ketaatannya. Kristus sebagai Adam yang lebih Besar dan Hebat, harus menjalani cobaan seperti itu untuk menjamin keselamatan kita. Hal ini sangat jelas diajarkan Paulus dalam Roma 5:12-21: “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa. Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat. Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang. Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus. Dan kasih karunia tidak berimbangan dengan dosa satu orang. Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran. Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus. Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup. Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar. Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah, supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.” Adam gagal, tetapi Kristus berhasil melalui ujian. Jadi kita bukan hanya diselamatkan oleh kematianNya, tetapi juga kita “diselamatkan oleh hidup-Nya” (Roma 5:10).

Dalam Injil Lukas, catatan pencobaan Yesus ditempatkan sesudah silsilah Yesus di mana Lukas mengusut kembali kepada Adam. Lukas melalui pengajaran Paulus dengan benar menggambarkan Kristus sebagai Adam yang kedua yang harus mengerjakan apa yang Adam pertama gagal lakukan, yaitu hidup yang kekal. Apa yang Adam gagal lakukan dibawah “Covenant of Works” [Perjanjian Perbuatan Baik], Kristus berjaya melakukannya dibawah “Covenant of Grace” [Perjanjian Kasih Karunia].” Kristus, sebagai perwakilan sempurna manusia, memelihara Taurat Allah untuk kita melalui ketaatanNya yang aktif. Adam gagal menaati perintah Allah di Taman Eden dengan menyerahkan diri pada tiga godaan Setan yaitu (1) Keinginan danging (2) Keinginan mata dan (3) Keangkuhan hidup. Setelah dicobai Setan, Hawa mengambil bagian buah itu karena (1) “buah pohon itu baik” (keinginan daging), (2) “sedap kelihatannya” (keinginan mata), (3) “menarik hati karena memberi pengertian” (keangkuhan hidup). Dengan tidak menaati Allah, Adam dan Hawa bukan hanya menceburkan diri mereka saja, tetapi juga semua manusia jatuh pada penghukuman karena dosa.

Jika kita perhatikan pencobaan yang dialami Yesus, Yesus juga dicobai dengan cara yang sama seperti Adam dan Hawa alami: Yesus dicobai (1) untuk mengubah batu menjadi roti (keinginan daging), (2) dengan kerajaan dunia dan kemegahannya (keinginan mata), dan (3) menjatuhkan diri dari bubungan Bait Allah ke bawah (keangkuhan hidup). Kristus menang. Dia mengalahkan Setan dengan firman Allah dan mengutip firman Allah, (1) Ulangan 8:3 “Bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN,” (2) Ulangan 6:13, “Engkau harus takut akan TUHAN, Allahmu; kepada Dia haruslah engkau beribadah” dan (3) Ulangan 6:16, “Janganlah kamu mencobai TUHAN, Allahmu.” Firman Allah adalah Pedang Roh (Efesus 6:17). Firman Allah adalah senjata yang paling ampuh untuk menentang godaan Setan. Kristus mengalahkan Setan. Dia dengan sempurna mentaati perintah-perintah Allah. Dia menyelamatkan kita melalui ketaatan aktifNya.