Rabu, 27 Agustus 2008

Masa Bayi Yesus

Yesus Disunat (Lukas 2:21)

Peranyaan penyunatan adalah sebagai tanda perjanjian (covenant) Allah dengan Abraham yang dicatat dalam Kejadian 17:10. Semua anak laki-laki Israel harus disunat pada hari yang kedelapan (Imamat 12:3). Kenapa Yesus harus disunat? Dia disunat bukan hanya karena Dia adalah orang Yahudi tetapi lebih penting lagi karena Dia harus memelihara setiap aspek hukum Taurat untuk keselamatan kita. Yohanes Calvin memberikan pengertian teologi ini seperti berikut: “Allah menetapkan Anak-Nya disunat agar menundukkan dia pada hukum Taurat; karena sunat adalah suatu upacara keagamaan yang mana orang-orang Yahudi pada mulanya diperintahkan untuk menaati hukum Taurat. Paulus menjelaskan hal ini ketika dia berkata, bahwa Kristus dibuat “takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat” (Gal 4:4-5). Dengan menjalani penyunatan, Kristus mengakui diri-Nya menjadi hamba kepada hukum Taurat agar Dia mendapatkan/memperoleh kebebasan kita (Harmony, 1:122).

Nama “YESUS” berarti “JURUSELAMAT.” Maka sungguh benar bahwa meskipun Yesus masih bayi, dia sudah mengerjakan keselamatan kita. Penyunatan-Nya bukan yang pertama dan hanya kejadian ketaatan Yesus pada hukum Taurat. Keseluruhan pelayanan-Nya di bumi ini, Yesus sangat berhati-hati dalam memelihara hukum Taurat dengan sempurna.

Penyucian Maria dan Yesus (Lukas 2:22-24)

Pemeliharaan Yesus Kristus akan hukum Taurat dapat juga dilihat dalam partisipasi-Nya mengikuti upacara-upacara keagamaan walaupun Dia masih bayi yaitu: (1) Upacara penyucian Maria (Imamat 12:1-8), dan (2) Dedikasi anak pertama (Bilangan 3:13). Perlu diketahui bahwa upacara-upacara seperti ini bukan hanya melihat individu tetapi juga keluarga sebagai sifat natural Perjanjian Allah dalam hukum Taurat (Keluaran 20:1-10, 29; Bilangan 6:1-3).

Pada hari ke 40 setelah anaknya lahir (atau hari ke 41), Maria harus mempersembahkan diri di Bait Suci untuk Penyucian. Yusuf dan Maria juga harus mempersembahkan Yesus untuk Dedikasi. Yesus secara tidak langsung ikut berpartisipasi pada upacara tersebut karena Penyucian Maria adalah keharusan karena Kelahiran Yesus. Dalam hal ini tidak bisa diartikan bahwa Yesus harus juga disucikan dari dosa. Yesus tidak berdosa. Dia diikut sertakan dalam Penyucian dalam pengidentifikasian dengan orang berdosa karena Dia akan menjadi perwakilan kita sebagai penanggung kesalahan kita. Yohanes Calvin mengatakan, “… tidak kelihatan aneh bahwa Kristus yang akan dibuat kutuk untuk kita pada kayu salib (Galatia 3:13) akan mengenakan padanya kekotoran kita sebagai kejahatan yang legal untuk keuntungan kita walaupun Dia “tanpa noda dan dosa” (1 Petrus 1:19). Seharusnya tidaklah kelihatan aneh jika bukit kekudusan untuk menyucikan kekotoran kita, memilih dianggap sebagai yang tidak suci” (Harmony1:131).

Ucapan Syukur Simeon dan Hana (Lukas 2:25-38)

Paling sedikitnya ada dua orang di Israel yaitu Simeon dan Hana yang dengan sungguh-sungguh menantikan kedatangan Mesias Israel seperti dijanjikan dalam buku Perjanjian Lama. Dalam menghargai iman mereka, Allah menganugerahkan mereka kesempatan untuk melihat Mesias sebelum mereka meninggal.

Ucapan Syukur Simeon (Lukas 2:25-35)

Allah telah menjanjikan Simeon bahwa sebelum dia meninggal dia akan melihat Kristus Tuhan. Kata “Kristus” dalam bahasa Yunani memiliki persamaan arti dengan kata “Mesias” dalam bahasa Ibrani yang keduanya memiliki arti “YANG DIURAPI.” Ketika Simeon memandang bayi Yesus Kristus, dia langsung mengatakan bahwa dia sudah melihat Keselamatan Allah. Yesus Kristus harus menjadi Juruselamat manusia baik bagi orang Yahudi dan non-Yahudi (Kafir). Dia juga membicarakan kesengsaraan Yesus yang menderita di kayu salib dan bagaimana Maria akan bersedih olehNya.

Perlu ditekankan bahwa Lukas mencatat dalam Lukas 2:33 suatu pernyataan bahwa Yusuf adalah bapa Yesus. Lukas berkata, “Dan bapa dan ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia.” Dalam Alkitab KJV kata “bapa” ditulis dengan kata “Yusuf.” Dengan kata lain bahwa Lukas tidak melihat Yusuf sebagai bapa Yesus. Dalam terjemahan Alkitab yang lain seperti NIV, mengikuti terjemahan seperti terdapat dalam bahasa Indonesia. Hingga saat ini hal ini masih terus diperdebatkan apakah kata “bapa” atau “Yusuf” yang dipakai. Ada banyak naskah kuno manuscripts) yang mamakai kata “Yusuf” dan ada juga memakai kata “bapa.” Namun jika kita mempertimbangkan isi teologianya, sepertinya lebih cocok jika mamakai kata “Yusuf.” Dengan demikian hal ini menjelaskan bahwa Yusuf bukanlah bapa Yesus tetapi Maria adalah ibu-Nya.

Sehubungan dengan ide “bapa” dalam Lukas 2:33, kita perlu mempertimbangkan juga apa yang dikatakan oleh Maria dalam Lukas 2:48. Maria berkata kepada Yesus, “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau.” Maria memberikan penekanan khusus pada perkataan “bapa.” Tetapi apakah jawaban Yesus tentang pernyataan tersebut. “Jawab-Nya kepada mereka: ‘Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?’” Sebenarnya Yesus bisa memakai kata “Allah atau Tuhan” untuk menggantikan kata “Bapa-Ku” tetapi Dia tidak melakukannya. Yesus sengaja memakai kata “Bapa” untuk memberitahukan Maria bahwa Yusuf bukanlah Bapa-Nya. Maria dalam kekawatirannya melakukan kesalahan dengan mengatakan bahwa Yusuf adalah Bapa Yesus. Yusuf bukan bapa-Nya tetapi Allah adalah Bapa-Nya. Dan Yesus tidak akan memanggil siapa saja sebagai Bapa-Nya selain Allah.

Ucapan Syukur Hana (Lukas 2:36-38)

Hana, seorang nabi yang mengerti buku Perjanjian Lama dengan baik ketika dia mengatakan Yesus adalah Pelepasan untuk Yerusalem. Yerusalem dalam hal ini adalah ibu kota Israel yang mewakilkan negara Israel secara menyeluruh. Perkataan Hana “Pelepasan untuk Yerusalem” adalah sama seperti Perkataan Simeon “Penghiburan bagi Israel” (Lukas 2:25). Pengharapan dan kemuliaan Israel terletak pada Mesiasnya – Tuhan Yesus Kristus – Anak Daud (Yesaya 52:9 ref. 2 Samuel 7:12-13). Lahir di Kota Daud (Lukas 2:11), Dia pada suatu hari akan memimpin semua dunia dari Yerusalem yang diperbaharui.

Natal Pertama

Siapakah yang mengunjungi Bayi Yesus pada malam Dia dilahirkan? Dalam cerita Natal yang dilakonkan oleh anak-anak sekolah minggu sekarang ini kita lihat bahwa Bayi Yesus dikunjungi para malaikat, para gembala domba dan orang Majus. Tetapi yang menjadi pertayaan adalah apakah cerita seperti itu yang sebenarnya?

Malaikat Mengunjungi Gembala (Lukas 2:8-14)

Berdasarkan catatan Lukas dalam Lukas 2:8-20, para pengunjung malam itu ketika Yesus lahir hanya para gembala. Kelahiran Kristus diumumkan kepada mereka oleh Malaikat Allah yang menampakkan diri pada mereka ketika mereka manjaga domba. Malaikat Allah membawa kabar damai sejahtera dari surga: “Jangan takut sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” (Lukas 2:10-11). Kemudian nampaklah oleh mereka bala tentara surga memuji Allah dan berkata “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya” (Lukas 2:14).

Apakah itu “damai sejahtera” dan “berkenan kepada-Nya atau kehendak Allah (good will)?” Damai sejahtera yang datang dengan kelahiran Kristus tentu bukanlah hal yang umum atau damai sejahtera yang tampak dari luar kepada manusia. Yesus sendiri berkata, “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi, Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang” (Mat 10:34). Hal ini sungguh nyata, ketika Kristus lahir, Raja Herodes membunuh massal bayi-bayi berumur dibawah dua tahun (Mat 2:16). Sebenarnya, tidak ada damai sejahtera. Tetapi damai sejahtera yang para malaikat beritahukan ini harus menjadi yang khusus, damai dalam hati yang menghasilkan pendamaian antara Allah dan manusia dalam Kristus. Paulus membicarakan hal ini dalam Roma 5:1, 9-10 “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita yang hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. … Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!” Kristus, pengantara kita telah menyelamatkan kita bukan hanya melalui kematian-Nya tetapi juga hidup-Nya. Kristus mendapatkan kebenaran/kekudusan (righteousness) Allah untuk kita ketika Dia hidup dengan hidup yang sempurna di dunia ini dalam menggenapi hukum Taurat (Mat 5:7-18). Damai sejahtera Allah yang datang dari Kristus adalah suatu hasil/akibat dimana Kristus mengenakan kekudusan/kebenaran-Nya pada kita ketika kita menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat kita.

“Kehendak Allah” yang para malaikat maksudkan bukan yang datang dari manusia tapi dari Tuhan. Oleh karena kehendak Allahlah maka kita menerima damai sejahtera. Kehendak Allah adalah sumber damai sejahtera kita. Damai sejahtera yang Tuhan berikan ini adalah anugrah yang cuma-cuma. Ini hanya semata-mata kasih anugrahNya bahwa orang-orang berdosa dikaruniakan damai sejahtera. Karena keselamatan adalah kasih karunia Allah semata-mata, Allah berbangga ketika orang-orang berdosa percaya dan Dia sajalah yang lanyak menerima segala kemuliaan. “Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar – tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati – Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Roma 5:6-7).

Para Gembala Menyembah Yesus (Lukas 2:15-20)

Kelahiran Kristus tidak disaksikan oleh orang-orang tinggi dan terhormat tetapi orang-orang yang rendah dan hina. Para malaikat membawa berita baik akan kelahiran Yesus bukan pada raja-raja, tetapi pada gembala-gembala domba. Tuhan Yesus sendiri lahir bukan di sebuah istana tetapi di kandang domba dan dibungkus dengan lampin. Allah pada permulaannya telah merencanakan bahwa damai sejahtera dan kehendak Allah akan diterima hanya oleh orang-orang yang merendahkan diri dihadapan Allah yang telah merendahkan diriNya bagi kita. Melalui contoh yang Allah nyatakan inilah maka Paulus menuliskan inspirasi untuk menasihati orang-orang Filipi untuk merendahkan diri: “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, manaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Filipi 2:5-8).

Minggu, 10 Agustus 2008

Kelahiran Yesus, Sang Mesias (Lukas 2:1-7)

Filipi 2:8 menyatakan bahwa Tuhan Yesus mengambil rupa seorang manusia untuk mati bagi dosa-dosa kita: “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” Galatia 4:4-5 memberikan penjelasan tambahan bahwa Yesus menjadi manusia bukan hanya untuk mati tetapi juga untuk hidup bagi kita: “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat supaya kita diterima menjadi anak.” Yesus memelihara hukum Taurat dengan sempurna selama hidupNya untuk menebus kita. Jadi sangat penting diketahui bahwa kita diselamatkan oleh kedua ketaatan Yesus Kristus yaitu ketaatan aktif dan pasif, hidup dan kematian-Nya. Sebagaimana kita mempelajari kehidupan Kristus, kita akan melihat bagaimana Dia menyelamatkan kita bukan hanya melalui kematianNya (ketaatan pasif), tetapi juga melalui hidupNya (ketaatan aktif) bagi kita.

Kapankah Kristus lahir? Sekarang ini kita hidup dalam masa yang dikenal dengan Sesudah Masehi atau yang lazim dikenal dengan AD (Anno Domini, “in the year of the Lord” [Yesus Kristus]). Periode sebelum AD dikenal dengan BC (Before Christ) “Sebelum Masehi.” Berdasarkan pemikiran BC dan AD, banyak orang berpikir bahwa Kristus lahir pada tahun 1 AD (Sesudah Masehi). Kesimpulan ini adalah salah. Kristus pasti tidak lahir pada tahun 1 AD (Sesudah Masehi). Matius 2:1 memberitahukan pada kita bahwa Kristus telah lahir pada saat Herodes sebagai raja. Tetapi pada tahun 1 AD (Sesudah Masehi), Herodes Agung sudah tidak hidup; dia mati pada tahun 4 BC (Sebelum Masehi). Lagi pula Lukas 2:2 memberitahukan kita bahwa Kristus lahir pada saat Kirenius mengadakan Census. Sejarah mencatat bahwa Census ini terjadi pada tahun 5 BC (Sebelum Masehi). Oleh karena itu, Kristus tidak lahir pada tahun 1 AD (Sesudah Masehi).

Kristus lahir pada tahun 5 BC (Sebelum Masehi) dan bukan pada tahun 1 AD (Sesudah Masehi). Bagaimana perbedaan ini bisa terjadi? Hal ini terjadi berhubungan dengan salah perhitungan Dionisius (a Scythian monk) ketika dia mempersiapkan Standard Kalender untuk Gereja bagian Barat (Katolik Roma). Dalam Kalender Dionisius, 1 Januari 754 AUC (Anno Urbis Condidate “from the foundation of the city of Roma”) menjadi 1 AD (Sesudah Masehi). Hal ini menjadi suatu masalah karena penyelidikan kemudian membuktikan bahwa Herodes Agung (ref. Matius 2:1) meninggal tahun 750 AUC atau 4 BC. Bagaimana mungkin Yesus dilahirkan pada saat Herodes Agung sudah meninggal? Ini bertentangan dengan catatan sejarah dalam Firman Allah yang memberitahukan kita bahwa Yesus lahir ketika Herodes Agung masih hidup. Oleh karena itu, Yesus tak mungkin dilahirkan pada tahun 1 AD (sesudah masehi) tetapi beberapa lama sebelum kematian Herodes Agung tahun 4 BC sesuai dengan Firman Allah.

Jadi kapan Jesus dilahirkan? Yesus pasti sudah dilahirkan dua tahun lebih awal sebelum kematian Herodes Agung. Hal ini kita lihat dari Matius 2:7 yang memberitahukan bahwa setelah Herodes memastikan waktu munculnya Bintang (tanda kelahiran Kristus), dia memerintahkan pembunuhan semua anak laki-laki dibawah 2 tahun (Matius 2:16). Oleh karena itu, Yesus pasti sudah lahir antara tahun 6-4 BC (Sebelum Masehi).

Kita mengetahui bahwa Yohanes Pembaptis sudah dikandung Elisabet selama 6 bulan sebelum Maria mengandung Yesus (Lukas 1:36). Perbedaan umur Yohanes dengan Yesus hanya 6 bulan saja. Lukas 3:1 memberitahukan bahwa Yohanes memulai pelayanannya pada tahun ke 15 masa pemerintahan Kaiser Tiberius. Tiberius menjadi pemerintah pada tahun 11 AD (sesudah masehi). Jadi tahun ke 15 pemerintahannya jatuh pada tahun 26 AD (sesudah masehi) sebagai permulaan pelayanan baptisan Yohanes ketika dia berumur 30 tahun. Dengan memegang Lukas 3:23, berarti Yesus juga sudah hampir berumur 30 tahun pada masa tersebut karena Yesus 6 bulan lebih muda dari Yohanes. Hal ini memastikan bahwa tahun 5 BC (sebelum masehi) adalah tahun kelahiran Yesus (ingat tidak ada tahun 0 BC atau 0 AD). Untuk mengetahui lebih lanjut, kita dapat membaca dalam [“The Date of Christ’s Birth” in Chronological Aspects of the Life of Christ by Herold W. Hoehner (Grand Rapids: Zondervan, 1977), 11-27].

Yesus dilahirkan di sebuah kota kecil yang bernama Betlehem (ref. Mika 5:2). Dia tidak dilahirkan dalam sebuah istana tetapi di kandang domba, dan tempat tidurnya tidak dilapisi dengan kain sutra tetapi dengan lampin. Ini adalah kelahirn yang sangat sederhana dan hina bagi Dia yang adalah Anak Allah dan Raja dari segala raja. Rasul Paulus menarik suatu pelajaran penting dari inkaranasi Kristus dalam ke-Manusia-an-Nya dengan mengatakan: “Hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri; tetapi kepentingan orang lain juga. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Filipi 2:2-8). KelahiranNya yang hina menyatakan kehidupan yang akan Dia lalui yaitu kehidupan seorang hamba. Yesus berkata, “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Makrus 10:45). Dia datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani. Karena kita, Dia datang. Dia lahir untuk mati, untuk menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita.

Kelahiran Yohanes Pembptis (Lukas 1:57-80)

Setelah masa kehamilan selama 9 bulan, Yohanes lahir dari Elisabet dan Zakaria (Lukas 1:57). Selama beberapa bulan itu, mulut Zakaria membisu. Dia dibisukan karena dia meragukan perkataan malaikat Gabriel. Melalui sebuah papan tulis, dia menuliskan nama anaknya Yohanes sebagai ketaatannya pada Tuhan (Lukas 1:63-64).

Setelah Tuhan menyembuhkan kebisuaannya, Zakaria mengumumkan pada semua orang bahwa anaknya Yohanes akan menjadi kemuliaan bagi Allah. Yohanes akan “disebut nabi Allah Yang Mahatingg; karena engkau akan berjalan mendahului Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya, untuk memberikan kepada umat-Nya pengertian akan keselamatan yang berdasarkan pengampunan dosa-dosa mereka, oleh rahmat dan belas kasihan dari Allah kita, dengan mana Ia akan melawat kita, Surya pagi dari tempat yang tinggi, untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan dan dalam naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera” (Lukas 1:76-79).

Semua ini terjadi karena Allah setia. Allah mengingat sumpah (covenant) yang Dia buat dengan Israel – “sumpah yang diucapkan-Nya kepada Abraham, bapa leluhur kita, bahwa Ia mengaruniai kita, supaya kita, terlepas dari tangan musuh, dapat beribadah kepada-Nya tanpa takut, dalam kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya seumur hidup kita” (Lukas 1:73-75; ref. Kejadian 12:1-3; 13:14-17; 15:4-5, 17-18; 17:1-8; 22:15-18). Janji penyelamatan yang Allah berikan terdiri dari dua bagian yaitu secara jasmani dan spiritual. Mesias sudah datang menyelematkan kita dari musuh kita. Musuh di sini bukan hanya berbicara mengenai orang-orang jahat tetapi juga para malaikat yang jatuh (Luzifer dan pengikutnya). Dia akan menyelamatkan kita dari kutukan dosa yaitu maut dan dari perhambaan Setan dan dosa (1 Kor 15:26, Roma 16:20, Kol 1:12-13). Dia bukan hanya memerintah atas hati manusia tetapi juga semua negeri di bumi ini dalam kekudusan dan kebenaran (Yes 2:1-5; 9:6-7, 11:1-9, Fil 2:5-11; 1 Tes 3:13; 2 Tes 1:7-9; Wahyu 19:11-20:6).

Nyanyian Pujian Maria (Lukas 1:46-56)

Maria mengetahui posisinya dalam rencana Allah. Dia juga tidak memikirkan bahwa dia adalah “Ibu Tuhan” dan tidak menganggap dia lebih tinggi dari Kristus. Pada awal sekali dia menyatakannya dengan jelas bahwa dia adalah “hamba Allah.” Maria juga tidak melihat dirinya sebagai manusia sempurna atau manusia tidak berdosa (berbeda dengan doktrin Gereja Katolik Roma yang mengajarkan Maria tidak berdosa sejak dia mengandung Yesus). Justru Maria mengakui sifat keberdosaannya (sinfulness) ketika dia mengakui bahwa Allah adalah Juruselamatnya. Maria mengatakan “Kuduslah nama-Nya” dan bukan “Kuduslah namaku.”

Yohanes Calvin yang menentang pendewaan Maria yang dilakukan Katolik Roma memberikan komentar sebagai berikut, “Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa kegembiraan Maria bukan karena hal-hal yang lain tetapi karena dia mengetahui dia diberkati oleh Tuhan yang dikenal sebagai kasih karunia Allah. Maria berkata “Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia.” Apakah Maria mencari pujian seperti ini dengan kekuatan atau paksaannya? Kenyataannya tidak demikian, dia tidak mengatakan hal yang lain selain pekerjaan Allah. Oleh karena itu, kita melihat sekarang perbedaan pandangan tokoh-tokoh Katolik Roma mengenai Maria di mana dia diangungkan oleh segala kekeliruan pengikut Gereja Katolik Roma yang sebenarnya Maria sendiri sadar dia tidak menerima hal yang demikian dari Tuhan. Mereka memberikan julukan-julukan yang tinggi pada Maria seperti, ‘Ratu Surga, Bintang Keselamatan, Pintu Kehidupan, Yang Termanis, Pengharapan, dan Keselamatan.’ Sesungguhnya mereka sudah diperalat Setan dan mereka memberikan kekuasaan pada Maria atas Kristus, seperti lagu pujian mereka, “Kami mohon Bapa, perintahkanlah AnakMu.” Dari ekspresi pernyataan ini, tidak ada bukti hal ini datang dari Tuhan. Semua julukan yang diberikan pada Maria pasti disangkal Maria. Jika memang tugas Maria untuk memuliakan nama Allah saja, yang telah melakukan hal-hal yang baik padanya, maka tidak ada tempat untuk berpura-pura dengan memberikan julukan pada Maria. Disamping itu, dengan melakukan hal yang demikan pada Maria, ini berarti tidak menghormati Maria, kemudian merampok apa yang seharusnya diberikan untuk Anak Allah dan mengenakan jubah jurahan” (Harmony 1:66-7).

Nyanyian Pujian Elisabet (Lukas 1:29-45)

Setelah mendengar perkataan Malaikat tentang sanaknya (sepupu) bahwa Elisabet sedang mengandung (ref. Lukas 1:36), Maria dengan segera pergi melihat Elisabet, dan tidak ada keraguan bahwa Maria juga memberitahukan apa yang Allah lakukan padanya. Bukan hanya Elisabet tetapi juga bayi Yohanes meskipun masih dalam kandungan ibunya, melonjak kegirangan mendengar panggilan Maria. Dengan dipenuhi Roh Kudus, Elisabet mengucapkan berkat pada Maria dengan memanggilnya “Ibu Tuhanku.” Yohanes Calvin mengatakan bahwa frase “Ibu Tuhanku” “Menyatakan suatu kesatuan pribadi dalam dua sifat alami Kristus; seperti yang dia (she) katakan bahwa Yesus dilahirkan dengan tanpa noda dan dosa dalam kandungan Maria, dalam saat yang sama, Allah yang kekal” (John Calvin, Commentary on Matthew, Mark, and Luke, trans William Pringle, 1:63). Perlu dicatat bahwa ini tidak mengatakan bahwa Maria adalah “Ibu Tuhan” seperti yang diajarkan oleh Gereja Katolik Roma yang mendewakan Maria. Pernyataan Elisabet tidak mendewakan Maria sama sekali, tetapi Kristus! Perhatian utama di sini bukan pada Maria tetapi pada Kristus.

Minggu, 03 Agustus 2008

Pengumuman Kelahiran Yesus Kepada Yusuf

Maria tidak memberitahukan Yusuf tentang kandungannya. Dia mungkin berpikir lebih berhikmat dengan membiarkan Allah yang akan memberitahukannya pada Yusuf sebab hanya Allah saja yang dapat memberitahukan cerita yang tidak mungkin ini menjadi benar-benar mungkin (kenyataan).

Tanda-tanda kehamilan Maria dengan cepat dapat diketahui Yusuf. Karena Yusuf mengetahui bahwa kehamilan Maria tidak berhubungan dengan dia. Dia pasti menyimpulkan bahwa Maria tidak setia dan telah melakukan percabulan. Dosa seperti ini dapat dihukum mati (Ul 22:23-24). Yusuf, seorang yang tulus hati, dia tidak ingin menikah dengan seorang pecabul. Dia harus memutuskan hubungan mereka tetapi pada saat yang sama ia sangat mencintai Maria. Oleh karena itu dia dengan diam-diam ingin meninggalkan Maria. Dalam keadaan seperti ini, maka Tuhan dengan waktu yang tepat, menyatakan kebenaran pada Yusuf. Dalam suatu mimpi Allah berkata pada Yusuf untuk mengambil Maria sebagai isterinya. Anak yang dalam kandungannya bukanlah anak yang biasa. Maria akan melahirkan seorang anak namanya YESUS “Karena Dia yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka” (Mat1:21). Yusuf diberitahukan bahwa semua ini dilakukan agar nubuat dalam Yesaya 7:14 digenapi, “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” – yang berarti: Allah menyertai kita” (Mat 1:23). Yusuf sebagai orang yang takut akan Tuhan tidak mempertanyakan atau meragukan pemberitahuan malaikat itu tetapi dia melakukan seperti yang diberitahukan kepadanya. Yusuf tidak bersetubuh dengan Maria hingga Maria melahirkan Yesus (Mat 1:25). Sesungguhnya seorang anak dara mengandung dan melahirkan seorang Anak yang dinamai Yesus.

Apakah Yesus menggenapi nubuat anak dara melahirkan dalam Yesaya 7:14 secara langsung dan harfiah? Tentu tidak ada pertanyaan dan keraguan akan hal ini. Hanya Kristus Yesus yang demikian dan dilahirkan melalui anak dara. Perlu dicatat bahwa hal yang sangat mengganggu adalah banyak buku-buku tafsiran dan Study Alkitab sekarang ini menentang nubuat Mesianik Yesaya 7:14 dengan mengatakan bahwa bukan hanya Kristus – Anak Allah – yang menggenapi nubuat ini. Mereka mengatakan Yesaya 7:14 sudah digenapi, yang paling utama dalam kelahiran seorang anak pada Yesaya melalui isteri keduanya. Banyak mengatakan bahwa itu sudah digenapi dalam anak Ahaz yaitu Hezekia. Walaupun sudah digenapi secara histori melalui anak Yesaya atau Ahaz, tentu juga digenapi dalam Kristus. Pandangan penggenapan ganda seperti ini adalah lidah bercabang dua menyerang Kristus dan Firman-Nya.

Dari beberapa pandangan buku tafsiran atau Study Alkitab dapat disimpulkan bahwa (1) kata “almah” memiliki dua arti: “perempuan muda yang sudah dapat nikah (a young woman of marriageable age)” dan “anak dara (virgin).” (2) Menunjukkan kegadisan isteri Ahaz atau isteri kedua Yesaya (yang adalah anak dara sebelum menikah, tetapi tidak lagi sesudahnya), dan terakhir pada anak dara Maria. (3) Anak yang akan dilahirkan menunjuk pada Maher-Syalal Hasy-Bas atau Hezekia, dan terakhir pada Yesus Kristus. Oleh karena itu Yesaya 7:14 memiliki dua arti dan menuntut dua penggenapan: (1) Penggenpan yang terjadi pada saat itu yaitu anak yang lahir pada masa Yesaya dan (2) Penggenapan yang terakhir yaitu Mesias. Perlu ditekankan bahwa cara penafsiran seperti ini dipengaruhi oleh metode penafsiran Walter Kaiser. Tetapi kita tidak melihat pembagian kategori seperti diatas. HANYA ADA SATU PENGGENAPAN AYAT TERSEBUT YAITU DALAM DIRI YESUS KRISTUS. Hal ini sangat jelas dinyatakan dalam Matius 1:22-23, “Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: ‘Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel’ – yang berarti: Allah menyertai kita.” Matius 1:22-23 ini adalah komentari atau tafsiran dari Yesaya 7:14. Matius mengartikan penjelasan nubuat Imanuel seperti Yesaya artikan yaitu pada Yesus Kristus.

Catatan mujizat kelahiran Tuhan Yesus Kristus dalam Injil mencatat penggenapan nubuat Imanuel. Mesias telah lahir dalam keluarga Daud (Matius 1:18-25, Lukas 1:26-38). Berita baik ini disampaikan oleh malaikat Gabriel yang datang dari Allah untuk membuktikan Yesaya 7:14 digenapi hanya dalam Tuhan Yesus. Anak Allah yang inkarnasi benar-benar Imanuel, Allah beserta kita. Dengan jelas Yesaya 7:14 menuntut hanya satu penggenapan dan itulah yang disampaikan oleh malaikat Gabriel. Jadi pandangan ganda Yesaya 7:14 harus ditolak. Kalau memang penggenpan nubuat ini tidak hanya satu, kenapa harus dua saja? Kenapa tidak lebih dari dua?

Pengumuman Kelahiran Yesus Kepada Maria

Malaikat Gabriel mengumumkan kelahiran Kristus kepada Maria dan Yusuf pada kesempatan yang berbeda. Pengumuman ini pertama kali diberitahukan pada Maria (Lukas 1:26-38) dan kemudian kepada Yusuf (Mat 1:18-2 5).

Kepada Maria (Lukas 1:26-38)

Malaikan Gabriel memberitahukan pada anak dara Maria bahwa dia akan mengandung seorang anak yaitu Yesus, Juruselamat, melalui kuasa Roh Kudus (Lukas 1:31, 35, Mat 1:18). Dia akan mengandung ketika dia masih sebagai anak dara (virgin). Proses mengandung dan melahirkan di sini berarti supernatural (ajaib). Kelahiran bayi yang dikandung Maria harus bersifat extraordinary dan mujizat. Malaikat Gabrial memberitahukan Maria untuk tidak heran dengan semua ini karena bayi yang dikandungnya, “Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan” (Lukas 1:31-35). Namun demikian Nubuat malaikat Gabriel ini bukanlah yang baru. Gabriel di sini hanya mengulang kembali apa yang nabi Yesaya telah katakan dalam Yesaya 9:5-6, “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini.”

Perlu dicatat bahwa Elisabet yang sudah mengandung Yohanes selama 6 bulan adalah sanak (sepupu) Maria (Lukas 1:36). Oleh karena itu Yohanes 6 bulan lebih tua dari Yesus.

Pengumuman Kelahiran Yohanes Pembatis Kepada Zakharia

Malaikat Gabriel mengumumkankan kepada Imam Zakharia bahwa Elisabet, isterinya akan mengandung seorang anak laki-laki yang akan dinamai Yohanes. Zakharia dan Elisabet tidak pernah dapat memperoleh anak, karena Elisabet mandul. Disamping itu juga Zakharia dan Elisabet sudah tua. Menurut pikiran manusia, tidak akan mungkin mereka dapat memperoleh anak lagi pada saat itu. Tetapi tidak ada yang mustahil bagi Allah; Dia dapat membuatnya terjadi. Dengan demikian, berita ini merupakan kabar baik bagi Zakharia dan Elisabet.

Allah memiliki tujuan yang khusus bagi anak mereka yaitu Yohanes. Dia harus menjadi seorang yang bernazar, dikuduskan untuk Allah bagi pelayananNya (Lukas 1:15 ref, Bil 6:1-21). Yohanes, seorang yang dipenuhi Roh Kudus, dan dikarunia semangat dan kuasa Elia, yang akan membuat banyak orang Israel meninggalkan dosa dan berbalik pada pertobatan pada Allah (Lukas 1:15-17).