Selasa, 11 November 2008

Masa Kanak-Kanak Yesus: Masa Tenang Di Nazaret

Masa Tenang di Nazaret (Lukas 2:51-52)

Yesus menghabiskan masa kecilNya di Nazaret. Dia bertumbuh semakin besar dan alami dalam intelektual dan jasmani. Dia melakukan semua hal yang telah diperintahkan Bapa-Nya di surga. Salah satu di antaranya adalah untuk taat pada Yusuf dan Maria. Yesus melakukan hal-hal yang berhubungan dengan ke-Manusia-an-Nya untuk umat-Nya sebagai Adam yang sempurna. Meskipun Dia adalah Raja dari segala raja, Dia benar-benar menjadi Hamba dari segala hamba. Dia “Mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Filipi 2:7-8). Aspek ketaatan Kristus yang aktif ini dijelaskan Yohanes Calvin dengan baik, “Ini adalah untuk keselamatan kita bahwa Kristus mengenakan pada diriNya status yang rendah agar Allah dan Kepala para malaikat dengan kesadaran menjadi tunduk pada ciptaan yang fana. Seperti itulah tujuan Allah bahwa Kristus harus tetap tinggal untuk beberapa lama, dibawah suatu bayangan, membawa nama Yusuf. Meskipun ketundukan ini timbul bukan karena keharusan yang tidak dapat dihindariNya, namun seperti yang Dia kenakan pada diriNya, sifat manusiawi pada kondisi yang harus tunduk pada orang tuanya, dan telah dianggap kedua karakter sebagai manusia dan hamba – dengan hubungannya dengan jabatan Penebus, hal ini adalah kondisi yang sesuai dengan hukum. Kesukaan yang besar dalam kesempatan ini seharusnya setiap orang menanggung kuk yang Allah dengan senang telah meletakkan padaNya” (Harmony 1:157).

Yesus bukan hanya menaati Bapa-Nya di surga dan orangtua-Nya di bumi, dalam hubungannya dengan pengosongan diri di antara para tetangga, Dia tidak diragukan, dengan baik semakin dikasihi Allah dan manusia. “Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia” (Lukas 2:52). Yesus adalah seorang yang paling mengasihi dan Anak yang dapat dikasih. Semua orang tidak memiliki masalah dengan-Nya.

Selain dari bagian firman Allah yang singkat ini dalam Injil Lukas, tidak ada lagi catatan masa kecil Kristus yang diilhamkan Allah. Buku-buku Apokripa Perjanjian Baru yang tidak termasuk tulisan yang diilhamkan Allah mencatat beberapa naratif (cerita) kehidupan masa kecil Yesus: Misalnya, dalam 1 Infancy 15:1-7 kita menemukan Yesus sebagai seorang yang menonjolkan diri: “Dan ketika Tuhan Yesus berumur tujuh tahun, di suatu hari dia sedang bersama teman-teman sebayanya. Ketika mereka sedang membuat mainan dari tanah dengan berbagai bentuk seperti keledai, lembu, burung dan lain-lain, tiap-tiap orang membanggakan pekerjaannya dan berusaha keras untuk mengalahkan satu sama lain. Kemudian Yesus berkata kepada anak-anak yang lain, Saya akan memerintahkan bentuk mainan yang saya buat ini untuk berjalan. Dan tiba-tiba mereka berjalan dan ketika diperintahkan untuk kembali, mereka juga menurut. Dia juga membuat bentuk burung-burung dan burung pipit dan ketika diperintahkannya, mereka langsung terbang dan ketika diperintahkan untuk diam, mereka juga diam dan tenang dan jikalau dia memberikan mereka makanan dan minuman, mereka makan dan minum. Ketika anak-anak itu pulang, mereka memberitahukan hal-hal itu pada orangtua mereka, dan orangtua mereka berkata, Perhatikanlah anak-anak, untuk masa yang akan datang, janganlah berteman dengan dia sebab dia itu adalah tukang sihir. Jauhilah dia dan jangan bermain lagi dengan dia.” Catatan palsu ini tentu bertentangan dengan catatan Lukas yang berkata bahwa Yesus makin “dikasihi oleh Allah dan manusia.”

Contoh lain dimana Yesus bertindak sebagai seorang anak yang nakal dapat ditemukan dalam 2 Infancy 2:7-18. Di sini kita melihat Yesus bertindak sebagai seorang yang jahat: “Pada suatu hari ketika Yesus sedang berjalan di pinggir jalan, seorang anak laki-laki berlari melewatinya dan Yesus langsung menarik bahunya. Yesus sangat marah dan berkata padanya, kamu tidak perlu hidup, dan tiba-tiba anak itu jatuh dan mati. Ketika orang banyak melihat hal itu, mereka berkata, di manakah orang ini dilahirkan sebab apa yang diucapkannya pasti terjadi? Kemudian orangtua anak yang meninggal itu datang menuntut kepada Yusuf dan berkata, Kamu tidak layak hidup bersama kami di kota ini karena kamu memiliki anak seperti itu, kamu tidak mengajarnya untuk memberkati dan untuk tidak mengutuk. Tinggalkanlah kota ini bersama anak itu, karena dia akan membunuh anak-anak kami. Kemudian Yusuf memanggil Yesus dan mengingatkan dia serta berkata, Kenapa kamu melakukan hal yang demikian, melukai orang lain hingga mereka membenci dan menganianya kita? Tetapi Yesus menjawab, saya tahu apa yang kamu katakan bukanlah dari kamu sendiri, tetapi demi kamu saya tidak akan berkata apa-apa. Tetapi mereka yang mengatakan hal ini padamu akan menderita penghakiman kekal. Dan segera sesudah itu, mereka yang telah menuduhnya menjadi buta. Dan semua yang melihat hal itu sangat ketakutan dan berkata tentang dia, apa saja yang ia ucapkan, apakah itu baik atau buruk akan sungguh terjadi dan mereka sangat heran. Dan ketika mereka melihat tindakan Yesus ini, Yusuf bangkit dan menarik kuping Yesus, dan Yesus marah dan berkata, tenanglah.” Sangat jelas bahwa Yesus yang dicatat dalam buku apokripa ini adalah Yesus yang lain yaitu Yesus palsu dan bukan Yesus yang dicatat dalam Alkitab. Jika kita memiliki Roh Kudus, kita pasti dapat melihat kepalsuan cerita diatas (1 Yoh 2:20). Cerita ini tentu tidak diilhamkan Allah tetapi Setan.

Sangat berbahaya jikalau menduga-duga tentang seperti apa masa kecil Yesus sebenarnya. Dengan melakukan tindakan sedemikian kita mungkin bertentangan dengan Firman Allah atau menggambarkan Yesus dengan salah, jikalau kita dihadapkan dengan suatu imajinasi diskusi akan kehidupan Kristus Yesus. Jikalau Alkitab diam, marilah kita juga melakukan hal yang sama. Prinsip diam seperti yang terdapat dalam Ulangan 29:29 perlu diperhatikan: “Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini.”

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Setuju deh tapi... Tolong dong latarnya jangan warna hijau terang gitu nyaman di mata... THX...