Rabu, 27 Agustus 2008

Natal Pertama

Siapakah yang mengunjungi Bayi Yesus pada malam Dia dilahirkan? Dalam cerita Natal yang dilakonkan oleh anak-anak sekolah minggu sekarang ini kita lihat bahwa Bayi Yesus dikunjungi para malaikat, para gembala domba dan orang Majus. Tetapi yang menjadi pertayaan adalah apakah cerita seperti itu yang sebenarnya?

Malaikat Mengunjungi Gembala (Lukas 2:8-14)

Berdasarkan catatan Lukas dalam Lukas 2:8-20, para pengunjung malam itu ketika Yesus lahir hanya para gembala. Kelahiran Kristus diumumkan kepada mereka oleh Malaikat Allah yang menampakkan diri pada mereka ketika mereka manjaga domba. Malaikat Allah membawa kabar damai sejahtera dari surga: “Jangan takut sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” (Lukas 2:10-11). Kemudian nampaklah oleh mereka bala tentara surga memuji Allah dan berkata “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya” (Lukas 2:14).

Apakah itu “damai sejahtera” dan “berkenan kepada-Nya atau kehendak Allah (good will)?” Damai sejahtera yang datang dengan kelahiran Kristus tentu bukanlah hal yang umum atau damai sejahtera yang tampak dari luar kepada manusia. Yesus sendiri berkata, “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi, Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang” (Mat 10:34). Hal ini sungguh nyata, ketika Kristus lahir, Raja Herodes membunuh massal bayi-bayi berumur dibawah dua tahun (Mat 2:16). Sebenarnya, tidak ada damai sejahtera. Tetapi damai sejahtera yang para malaikat beritahukan ini harus menjadi yang khusus, damai dalam hati yang menghasilkan pendamaian antara Allah dan manusia dalam Kristus. Paulus membicarakan hal ini dalam Roma 5:1, 9-10 “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita yang hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. … Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!” Kristus, pengantara kita telah menyelamatkan kita bukan hanya melalui kematian-Nya tetapi juga hidup-Nya. Kristus mendapatkan kebenaran/kekudusan (righteousness) Allah untuk kita ketika Dia hidup dengan hidup yang sempurna di dunia ini dalam menggenapi hukum Taurat (Mat 5:7-18). Damai sejahtera Allah yang datang dari Kristus adalah suatu hasil/akibat dimana Kristus mengenakan kekudusan/kebenaran-Nya pada kita ketika kita menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat kita.

“Kehendak Allah” yang para malaikat maksudkan bukan yang datang dari manusia tapi dari Tuhan. Oleh karena kehendak Allahlah maka kita menerima damai sejahtera. Kehendak Allah adalah sumber damai sejahtera kita. Damai sejahtera yang Tuhan berikan ini adalah anugrah yang cuma-cuma. Ini hanya semata-mata kasih anugrahNya bahwa orang-orang berdosa dikaruniakan damai sejahtera. Karena keselamatan adalah kasih karunia Allah semata-mata, Allah berbangga ketika orang-orang berdosa percaya dan Dia sajalah yang lanyak menerima segala kemuliaan. “Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar – tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati – Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Roma 5:6-7).

Para Gembala Menyembah Yesus (Lukas 2:15-20)

Kelahiran Kristus tidak disaksikan oleh orang-orang tinggi dan terhormat tetapi orang-orang yang rendah dan hina. Para malaikat membawa berita baik akan kelahiran Yesus bukan pada raja-raja, tetapi pada gembala-gembala domba. Tuhan Yesus sendiri lahir bukan di sebuah istana tetapi di kandang domba dan dibungkus dengan lampin. Allah pada permulaannya telah merencanakan bahwa damai sejahtera dan kehendak Allah akan diterima hanya oleh orang-orang yang merendahkan diri dihadapan Allah yang telah merendahkan diriNya bagi kita. Melalui contoh yang Allah nyatakan inilah maka Paulus menuliskan inspirasi untuk menasihati orang-orang Filipi untuk merendahkan diri: “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, manaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Filipi 2:5-8).

Tidak ada komentar: